Lanjutan Cerita Harumi, harap membaca cerita tersebut, agar bisa nyambung dengan cerita berikut.
Mia tak menyangka, jika selama ini, sekertaris CEO yang terkenal dingin dan irit bicara, menaruh hati padanya.
Mia menerima cinta Jaka, sayangnya belum sampai satu bulan menjalani hubungan, Mia harus menghadapi kenyataan pahit.
Akankah keduanya bisa tetap bersama, dan hubungan mereka berakhir dengan bahagia?
Yuk baca ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mantan
Kasih konflik dikit biar seru ...
Gimana kira-kira reaksinya Mas Jaka, tau calon bini ketemu mantan?
Happy Reading.
Masih dalam area Pabrik, ada area taman kecil tempat para staf kantor bersantai sejenak di antara waktu sibuk, untuk sekedar duduk-duduk atau bahkan merokok.
Dan di sinilah Mia sekarang, duduk berjarak satu meter dari pria yang pernah memiliki hatinya di masa lalu.
"Aku hampir nggak mengenali kamu, tadi. Aku pikir aku salah lihat. Tapi ternyata itu memang benar kamu, Mia Andani. Jadi apa kabar kamu sekarang?" Tanya pria berkemeja putih, yang lengannya sudah digulung hingga siku, tak ada dasi hanya ada lanyard berwarna biru.
"Aku baik." Jawab Mia singkat, tak ada keinginan untuk bertanya balik, karena bayangan masa tidak menyenangkan tiba-tiba muncul di kepalanya.
"Kamu kenapa nggak nanya kabar aku?" Pria yang biasa dipanggil Aji sampai menoleh.
Mia melihat jam di pergelangan tangannya, hadiah dari Jaka sebelum pria itu kembali ke ibu kota. "Kamu terlihat baik-baik saja, ngapain aku tanya." Sahutnya santai.
Aji terkekeh, "nggak pernah berubah dari dulu, ketus, cueknya minta ampun padahal sama pacar sendiri."
Hening, di antara keduanya belum ada lagi yang bicara. Hanya terdengar suara bising dari pabrik, dan gemericik air mancur mini di belakang mereka.
Mia mulai merasa tak nyaman, apalagi sedari tadi Aji terus menatapnya. Jangan sampai pikirannya goyah, karena dia pernah mendengar jika pria itu telah menikah dan memiliki anak.
"Aku udah cerai setahun lalu." Ungkap Aji tiba-tiba.
"Ohh ..." Hanya itu yang keluar dari mulut Mia, dia sendiri bingung harus berkomentar apa. Tak mungkin dia bersorak, dan mengejek pria itu. Atau mungkin ikut sedih. Tidak akan Mia melakukan itu, dia itu orang yang cuek, dan tak terlalu peduli. Sempat mengalami patah hati, sejak saat itu dia bertekad untuk tidak menoleh ke belakang.
"Kamu nggak nanya kenapa aku bisa cerai atau kenapa aku dulu ninggalin kamu?"
Mia sama sekali tidak peduli dengan urusan masa lalunya, dia mau diajak bicara karena merasa tak enak jika menolak secara terang-terangan. Setidaknya dia masih menjaga etika sebagai makhluk sosial. "Oh ... Kenapa?"
Aji berdecak, "beneran nggak berubah sama sekali." Dia mengembuskan napasnya kasar. "Tau nggak Mi, ini yang dulu buat aku ragu sama kamu. Sebenarnya kamu sayang nggak sama aku, karena aku merasa mencintai kamu secara sepihak."
Mia menoleh cepat, dan menatap mantannya itu, dengan tatapan tak percaya, lebih tepatnya tak menyangka mantannya itu mengatakan hal yang sama sekali tak terpikirkan olehnya. Masalah dirinya yang cuek memang sudah dari sananya. Lalu dia kembali menatap pintu kaca tak jauh darinya. "Udah berlalu, nggak usah di omongin." Ujarnya. Dia bangkit, "aku lagi banyak kerjaan, jadi sampai di sini ngobrolnya. Dan tolong kalau ada yang tanya, bilang saja kalau kita HANYA TEMAN kuliah." Setelahnya dia melangkah masuk ke arah pintu kaca, dan tak peduli panggilan dari masa lalunya itu.
Sebelum kembali ke ruangannya, Mia pergi ke toilet terlebih dahulu. Dia butuh membasuh wajahnya, walau dia cuek dan tak mau menoleh kebelakang. Nyatanya, dia merasa kurang nyaman karena pertemuan dengan sang mantan.
Ponselnya berdenting, ada notifikasi yang masuk. Usai membasuh wajahnya, Mia melihat pesan yang masuk. Dia tersenyum begitu melihat pacarnya mengirim foto, namun senyumnya memudar begitu membuka foto itu. Foto terlihat diambil dari samping, menunjukkan dirinya yang hari ini menggunakan blus kuning kunyit sedang duduk bersebelahan dengan laki-laki lain. Lalu isi pesan dari pacarnya yang membuat Mia tak habis pikir, apa kekasihnya Itu memata-matai dirinya?
Mia tersenyum miris, astaga baru dapat satu laporan saja, Jaka mengirimkan pesan seperti ini. Lalu bagaimana dengan dirinya? Yang hampir semua rekan kerjanya memberitahunya tentang betapa getolnya Raisa mendekati pria itu.
Mia menghela napas, kini dia harus tenang dan fokus bekerja saja. Tak pedulidengan pesan dari pacarnya, tak akan dirinya membalasnya.
***
Jam pulang kerja, Mia bersama Sandi berjalan bersama menuju parkiran motor. Keduanya selalu menjawab sapaan dari para rekan satu kantor atau beberapa buruh pabrik, dengan ramah.
"Mia ..."
Merasa namanya dipanggil, Mia menoleh. Dia mendapati mantan pacarnya itu, tengah berjalan ke arahnya.
"Mbak Mia kayaknya dekat sama 'duren' pabrik ini?" Sandi berbisik. "Idola cewek-cewek pabrik di sini itu, mbak!" tambahnya.
Mia tidak memungkiri paras yang dimiliki mantannya itu, sedari mereka masih berkuliah. Aji sudah menjadi salah satu idola kampus.
"Sandi, saya pinjam Mia, ya!" Aji menarik tangan Mia agar mengikutinya. Sedangkan Sandi hanya bisa melongo menatap apa yang baru saja terjadi di depannya.
Mia berusaha menepis, tapi tangan besar yang menggenggam jarinya, terlalu kuat. "Kamu apa-apaan, sih! Main tarik-tarik aja, aku kan belum setuju kamu ajak. Nggak pernah berubah, senengnya maksa-maksa. Huh ..."
Aji menghentikan langkahnya, "kamu juga sama, nggak pernah berubah. Lagian kalau aku ajak kamu baik-baik, kamu bakal mau?"
Skak mat! Benar apa kata pria bermata cokelat itu, jelas Mia akan menolak mentah-mentah. Masalah teguran dari pacarnya tadi siang saja, belum dia selesaikan. Malah ditambah ini? Apa yang akan terjadi padanya setelah ini?
Aji tak melepaskan genggaman tangannya, hingga tiba di parkiran mobil, pria itu membukakan pintu mobil dan meminta Mia untuk masuk.
"Kamu mau bawa aku kemana? Main tarik-tarik aja, kalau ada rumor yang enggak-enggak gimana?" Mia protes begitu mantannya duduk di balik kemudi dan memasang sabuk pengaman.
"Emang kalau aku tanya dulu kamu mau ikut? Kamu kalau nggak dipaksa emang bisa?" Aji mulai melajukan mobilnya.
Mia bungkam, jelas dia tak akan mau ikut. "Kan aku bilang, kamu sama sekali nggak berubah, hanya penampilan kamu yang lebih, dewasa!" Aji sempat melirik gadis di sebelahnya.
"Iya-iya aku nggak berubah, tapi ngomong-ngomong ini mau kemana? Aku nggak enak sama Sandi."
"Aku udah ngomong ke dia, kok! jadi nggak masalah dong!"
Dan dalam hati Mia berkata, "Lo juga nggak berubah, tukang paksa! Kalau dulu Lo nggak ngejar segitunya, gue nggak bakal menghabiskan waktu sia-sia buat pacaran. Mana main tinggalin gitu aja abis wisuda ... Ibarat Lo ninggalin gue, waktu gue udah mulai sayang sama Lo." Tak mungkin mengungkapkan isi hatinya, bisa-bisa pria itu besar kepala, dan menyangka dirinya masih menyimpan rasa. "Dasar brengsek ...!" gerutunya pelan.
Aji menoleh seraya mendelik. "Ngomong apa kamu barusan?" Dia sedikit meninggikan suaranya.
Mia mendesis, "nggak ..."
"Aku nggak budek, Mia! Aku denger kamu ngomong kasar! Kamu lupa aku paling nggak suka sama cewek yang ngomong kasar?" Aji sampai menepikan mobilnya.
Mia mengalihkan wajahnya ke arah jendela kaca mobil di samping kirinya. Lalu memutar bola matanya malas, seraya menggerutu tanpa suara.
"Aku tau kamu lagi ngata-ngatain aku, kebiasaan kamu beneran nggak berubah sama sekali. Padahal umur udah hampir kepala tiga, masih aja begini!"
Mia menoleh menatap mantan pacarnya, yang sialnya terlihat tampan, karena wajahnya tertimpa cahaya matahari sore. "Ishh ... Bawel banget kamu, dasar jelek! Nyebelin! Kamu juga sama nggak berubah, malah makin cerewet. Cowok tapi banyak omong."
Aji tertawa renyah, lalu menarik hidung Mia, "gemes banget kalau udah lihat kamu ngomel."
"Sakit ..." Mia mengaduh dan reflek mencubit lengan di balik kemeja berwarna putih itu. "Kamu tuh kebiasaan banget seneng narik idung, aku tau aku nggak mancung kayak kamu. Huh ..."
Aji mengusap lengannya sendiri, "cubitan kamu masih pedas tau, nggak!"
Dan Mia seketika tersadar, jika interaksinya dengan sang mantan, terlalu berlebihan. Dia langsung mengalihkan wajahnya ke arah samping kiri, Mia mengatai-ngatai dirinya sendiri.
Aji kembali melajukan mobilnya, "Kamu ingat nggak? Aku pernah ngomong akan ngajakin kamu makan nasi bebek di tempat asalnya langsung. Nah sekarang aku mau ajak! setiap aku makan nasi bebek, aku pasti ingat kamu."
Mia masih mengalihkan wajahnya, dalam hati dia mengiyakan. Dia ingat semua apa yang terjadi di masa lalu.
othor jangan lama2 dunk update nya...
semangat ya thor... 💪
sblum nanti kamu d kejar scara ugal²an lg sm pak sekertaris/Grin/
kasiaaaan nasib ari,dia baik ke tmn² unge, tp jd kaya bahan bakar d hubungan mrk.yg sll mnjdikan pasangannya kebakaran jenggot tiap kali melihat mrka jalan sama ari./Facepalm//Facepalm//Facepalm/
tp cuma jg bodoh²in unge²an itu.toh buktinya hidup unge skrng lbh bahagia dpt suami yg lbh kaya dr ari lbh bs memuaskan d ranjang lagi/Facepalm//Facepalm/ (gitukan ya thor awal mulanya hubungan mrka? dr ranjang/Chuckle/)