Ditinggalkan di hari pernikahan membuat Abigail, gadis yang memiliki berat badan berlebih memutuskan untuk berubah. Dibantu seorang teman lama yang sudah menyukainya sejak lama, Abigail mewujudkan keinginannya untuk memiliki tubuh ideal tapi sahabat yang dia anggap sebagai sahabat baik, berusaha menghalangi langkahnya. Disaat keinginan itu sudah terwujud, Abigail berubah menjadi gadis cantik dan pada saat itu sang mantan kembali dan ingin memperbaiki hubungan mereka. Akankah Abigail menerima ajakan sang mantan sedangkan secara diam-diam, ada seorang pria yang begitu tulus mencintai dirinya. Antara cinta lama dan cinta baru, yang mana akan dipilih oleh Abigail?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11
Sebuah Gym berlantai dua sudah berpindah tangan hanya dalam hitungan setengah jam saja. Tentunya harganya tidak murah sehingga sang pemilik mau melepaskan tempat itu dengan mudah.
Walau harus mengeluarkan uang tapi tidak masalah, Justin melihat tempat itu dengan ekspresi puas. Sekarang dia sudah punya tempat untuk melakukan rencananya.
Sang sahabat baik hanya menggeleng, dia benar-benar ingin tahu kenapa tiba-tiba pria itu membeli tempat fitnes. Jangan katakan jika dia ingin merubah profesi karena itu terdengar seperti lelucon yang gila tapi entah kenapa dia punya firasat seperti itu.
"Bagaimana, apa kau puas dengan tempatnya? Jika tidak maka aku akan mencarikan tempat lain yang lebih baik dari pada ini," ucap sahabat baiknya yang dipanggil Benward.
"Ini sudah cukup!" jawab Justin. Tempat itu terlihat luar biasa, tidak perlu dirubah sedikitpun. Ternyata ancaman yang dia berikan sangat manjur sehingga Ben mendapatkan apa yang dia mau dengan cepat.
"Hei, sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa tiba-tiba kau membeli tempat ini? Apa kau mau alih profesi?" Ben memandangi Justin dengan lekat. Jujur dia belum tahu kenapa Justin membeli tempat itu.
"Yes," jawab Justin sambil tersenyum.
"What? Hei, apa kau salah makan pagi ini? Oh tidak, kau sudah aneh sejak semalam. Aku dengar kau kembali dari acara reuni naik sepeda, sepeda siapa yang kau pakai?" Ben semakin penasaran, ini tidak seperti Justin yang biasanya.
"Tentu saja sepedaku, kau kira aku mencuri!!"
"Baiklah, jadi katakan padaku, kenapa tiba-tiba kau membeli tempat ini? Kau pasti punya tujuan, bukan?"
"Tidak perlu banyak bertanya!" senyum Justin mengembang, hal itu membuat Benward semakin penasaran.
"Ingat Ben, mainkan peranmu dengan baik. Kau bosnya dan aku pegawaimu, jika kau membuat kesalahan maka gajimu akan aku potong lima puluh persen selama dua bulan!" ancam Justiin.
"Wow, jangan begitu tega sobat. Jika kau memotong gajiku maka aku akan tidur di luar kamar selama dua bulan! Jatahku akan dipangkas oleh istriku!"
Justin terkekeh, dia melangkah pergi. Sekarang saatnya menghubungi Abigail.
Ben mengekorinya dari belakang, dia sangat ingin tahu apa yang terjadi dengan sahabat baiknya. Dia bahkan memasang telinga dengan tajam hanya untuk mendengar pembicaraan Justin karena saat itu Justin sedang menghubungi Abigail.
"Abi, ini aku," ucapnya
Ben mendengarnya, Abi? Apa dia gadis yang digilai Justin sejak dulu?
"Justin, aku kira kau tidak akan menghubungi aku," ucap Abi. Jujur dia sangat menunggu telepon dari Justin. Selain ingin tahu jadwal fitnesnya, Sarah juga sudah terlihat tidak sabar bahkan Sarah berada di rumahnya saat ini.
"Maaf membuatmu menunggu, Nona."
"Tidak apa-apa, jadi kapan kami bisa memulainya?" tanya Abi tapi Sarah membisikkan sesuatu di telinga Abigail.
"Ajak dia bertemu, cepat!" pinta sarah.
"Bagaimana jika kita bertemu?" ajak Justin sebelum Abigail memintanya. Lebih baik mereka bicara secara langsung apalagi ini kesempatan untuknya.
"Boleh, kebetulan Sarah ingin bertemu denganmu," ucap Abi mengiyakan.
Sarah melompat senang, dia tahu Abi bisa dia andalkan. Semoga saja Abi tidak mengganggunya nanti.
Mereka membuat janji untuk bertemu, tentunya di tempat fitnes. Sesuai dengan rencana, Ben jadi bosnya sedangkan Justin adalah pegawai. Dia bahkan mengganti bajunya dengan seragam yang dipakai oleh pegawai di tempat fitnes itu.
"Jadi, siapa Abi?" tanya Ben ingin tahu seraya memandangi sahabatnya yang sedang ganti baju.
"Teman lama."
"Teman lama? Apa kau membeli tempat ini demi dirinya?"
"Berisik, kenapa kau jadi cerewet hari ini?!" Justin menatap Ben dengan tatapan tidak senang.
"Ayolah, ini tidak seperti dirimu. Aku sangat ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi padamu jadi katakan, apa Abi gadis yang kau gilai sejak dulu?"
"Ben," Justin menatapnya dengan tajam.
"What?" entah kenapa dia jadi punya firasat buruk.
"Sepertinya istrimu tidak tahu jika kau pergi mabuk dua hari yang lalu."
"Wow, apa ini semacam ancaman?"
"Yes, jika mulutmu tidak bisa diam maka kabar ini akan sampai di telinga istrimu!!"
"Sial, mulutku terkunci rapat!!" ucap Ben. Umpatannya terdengar, jangan sampai istrinya tahu akan hal itu.
Justin tersenyum dan melangkah pergi, dia terlihat tidak sabar menunggu kedatangan Abigail.
Sementara itu, Abi hanya bisa tersenyum terpaksa saat Sarah terus mengoceh di sampingnya. Mereka berada di sebuah bus saat itu dan mereka sedang menuju ke alamat yang diberikan oleh Justin.
Niatnya pergi ke tempat Justin bersama dengan ibunya tidak jadi karena sudah ada Sarah.
Sarah benar-benar memanfaatkan situasi itu dengan sangat baik. Kesempatan emas tidak boleh dia sia-siakan. Dia tidak percaya Justin hanya seorang instruktur, dia yakin Justin adalah seorang pengusaha sukses seperti yang dia dengar dari teman-temannya saat di acara reuni.
"Abi, apa kau mau membantu aku?" tanya Sarah sambil memasang wajah memohon.
"Apa yang bisa aku lakukan?" tanya Abi pula.
"Bisakah nanti Justin yang menjadi instrukturku?"
"Aku tidak tahu, kau bisa memintanya melakukan hal ini nanti," jawab Abi karena itu memang bukan urusannya.
"Please, Abi. Dia bilang ingin jadi instrukurmu, bukan? Kau bisa menolak dan memilih yang lain. Katakan aku tidak mau sehingga dia mau menjadi instruktur pribadiku," Sarah kembali memasang wajah memelas, dia harap Abi bersedia dan menolak tawaran Justin nanti.
"Hm, aku?" Abi terlihat ragu.
"Please," Sarah kembali memohon.
Abi menghela napas, padahal itu bukan urusannya.
"Baiklah," jawab Abi terpaksa. Bagaimanapun Sarah adalah teman baiknya.
"Oh Abi, kau memang sahabat baikku. Aku tahu kau bisa diandalkan," Sarah memeluknya dan tampak senang.
"Nanti malam aku akan mentraktirmu makan sampai puas," ucapnya lagi.
Abi tersenyum, ya sudahlah. Tujuannya memang untuk fitnes, mau siapa pun yang jadi instrukturnya nanti tidak akan jadi soal. Yang penting dia harus melakukannya dengan sungguh-sungguh jika tidak ibunya akan marah.
Abi bear-benar tidak memiliki prasangka buruk dengan Sarah, itu karena mereka sudah berteman sejak lama. Lagi pula mereka sahabat baik, dia yakin Sarrah tidak memiliki niat jahat sama sekali.
Sarah tersenyum penuh arti, dia harus mendapatkan Justin. Lagi pula Abi bukanlah penghalang besar, dia hanya perantara supaya dia bisa dekat dengan Justin.
Bus yang mereka tumpangi sudah berhenti, mereka berdua turun dari bus dan berdiri di depan tempat fitnes.
Sarah merapikan penampilannya, dia harus terlihat luar biasa agar dia jadi pusat perhatian.
"Ayo," ajak sarah seraya menggandeng tangan Abi.
Abi tersenyum dan menggangguk, entah kenapa Sarah terlihat begitu bersemangat dibanding dirinya. Yang mau menguruskan badan dia atau Sarah?
Tanpa tahu apa tujuan Sarah, mereka melangkah, memasuki tempat itu. Abi menghela napas, sebenarnya dia malas fitnes. Tapi agar ibunya tidak seperti Godzilla yang tertelan bahan peledak, dia harus melakukannya.
klara