Sebuah keputusan besar terpaksa harus Jena ambil demi menghidupi keluarganya. Menikah dengan Bos diperusahaannya untuk mendapatkan keturunan agar dapat meneruskan perusahaan adalah hal yang gila. Namun apa jadinya jika pernikahan itu terjadi diatas kontrak? temukan jawabannya disini 👇🏻.. Selamat membaca 🤗🥰🥰
.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nazefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Dua-duanya
"Ayo Amora.. telfon David lagi!" titah Sarah dengan geram sekaligus cemas pagi ini.
"Iya Bu, sabar dong! Ini juga lagi Mora hubungin terus." jawab Amora yang sebenarnya juga tidak kalah cemasnya.
David adalah kekasih baru Amora, mereka menjalin hubungan baru-baru ini setelah Amora dan Sarah mendapatkan uang dari Rey beberapa waktu lalu.
Awalnya David terlihat seperti orang yang baik, bahkan dia juga sering membawakan hadiah-hadiah mahal untuk Sarah dan juga Amora. Tapi akhir-akhir ini dia tidak bisa di hubungi setelah David membawa semua uang yang mereka miliki dengan alasan untuk investasi penanaman modal di perusahaannya yang nantinya akan mendapatkan keuntungan dua kali lipat.
Amora mengenal David di salah satu club' malam saat Amora sedang dugem bersama teman-temannya.
"Gimana Mora?!" tanya Sarah memastikan.
"Nggak bisa Bu." jawab Mora.
"Aduh! gimana ini. Jangan-jangan si David sudah nipu kita lagi!" ujar Sarah dengan gelisah sambil meremas kedua tangannya.
"Nggak mungkin Bu, Mora yakin David orang yang baik." timpal Mora.
"Ya buktinya dia ngilang abis kita bawakan semua uang kita." ujar Sarah.
"Tapi Bu, siapa tau aja David cuma lagi sibuk aja. Kan David bilang kalau dia punya perusahaan besar." jawab Amora yang tidak mau berpikir terlalu jauh lebih dulu.
"Halah! kamu itu, belain dia mulu. Awas aja nanti kalo dia beneran kabur bawa uang kita, ibu bakal kasuskan ini kepolisi!" ucap Sarah dengan kesal lalu pergi ke kamarnya.
Amora hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil menatap punggung ibunya itu. Amora mulai mencoba menghubungi David lagi, namun lagi-lagi hasilnya sama.
"Kemana sih kamu? Jangan bikin aku panik dong David..!" ucap Amora dengan gelisah.
Karena tidak ada juga kabar dari David, kini Amora memutuskan untuk pergi mencari lelaki itu.
"Bu! Mora pergi dulu." teriak Amora dengan mengambil tas dan kunci mobil yang dia taruh dimeja.
Sarah yang masih merasa kesal pun hanya diam tidak menjawab ucapan putrinya itu. Amora bergegas pergi menggunakan mobil yang dia beli dari hasil uang yang dia mereka terima dari Rey.
Amora pun pergi melajukan mobilnya yang entah akan dia bawa kemana, yang pasti Amora berharap bisa bertemu David secepatnya.
💦
💦
💦
Sementara pagi ini di dalam ruang rapat tepatnya di kantor King Lionel.
"Bagaimana Tuan dengan harga yang kami tawarkan apa Tuan setuju?" ucap Jena yang memimpin rapat kali ini untuk pembelian saham baru mereka.
"berapa yang kalian mau?" tanya Tuan William.
"Kami minta seratus dua puluh milyar." ucap Jena.
"No! bagaimana kalau seratus empat puluh milyar?" tawar Tuan William.
"seratus tiga puluh milyar? kita ambil tengahnya." tawar Jena lagi.
"Seratus tiga puluh lima milyar. Deal?" ucap Tuan William dengan berdiri sambil mengulurkan tangannya.
"Deal!" jawab Jena sambil menyambut jabatan tangan dari Tuan William.
"Jena, kamu begitu cantik. Bagaimana jika malam ini kita makan malam bersama?" bisik Tuan William di samping telinga Jena tanpa melepaskan jabatan tangan mereka.
"Sebelumnya terimakasih untuk pujian anda Tuan, tapi maaf saya tidak bisa karena saya tidak mau jika nantinya ini akan menjadi kesalahpahaman." tolak Jena dengan halus.
"Apa maksudmu, kamu sudah memiliki kekasih?" tanya Tuan William.
"Ya Tuan, saya benar-benar minta maaf." jawab Jena.
"Oh ya.. tidak masalah."
Savero diam-diam mengangkat jari jempolnya yang berada diatas meja untuk Jena saat mereka semua tidak melihat yang dibalas senyuman kecil dari sang sekretaris.
Setelah rapat mereka selesai, Jena pun pergi mengantarkan Tuan William beserta asistennya keluar dari kantor tersebut.
Setelah itu, Jena kembali ke ruang meeting karena Jena yakin Savero masih menunggunya disana.
"Good job Jena." ucap Savero dengan berjalan mendekati Jena yang berada masih berada di pintu.
"Terimakasih Tuan." jawab Jena dengan menundukkan kepalanya.
Savero menutup pintu tersebut lalu kedua tangannya meraih pinggang sang sekretaris.
"Saya sangat beruntung memiliki kamu Je." ucap Savero.
"Sebagai sekretaris atau istri?" tanya Jena dengan mengalungkan kedua tangannya di leher Savero.
"Tentu saja dua-duanya." jawab Vero.
Lalu mereka mulai berciuman tentu saja dengan ciuman yang begitu lembut awalnya. Namun lama-kelamaan Savero mulai mengarahkan tubuh Jena untuk terus mundur hingga akhirnya terhenti di meja ruangan itu.
Savero mengangkat tubuh sang sekretaris keatas meja tanpa mau melepaskan ciuman mereka berdua.
Kini ciuman itu semakin kasar tanda Savero mulai terbawa hasratnya semakin tinggi. Dengan sekali remasan di dada milik sang sekretaris, mampu membuat Jena mengeluarkan desahan lembut dari mulutnya.
"Aakh!"
Kini Savero mulai menguasai permainan mereka, karena tanpa disadari kini kancing kemeja milik Jena sudah terbuka sampai ke atas rok yang dia kenakan membuat akses untuk Savero kini lebih mudah untuk menjamah kedua gunung kembarnya.
Puas Savero bermain di gunung kembar milik sekertarisnya, kini tangan Vero mulai turun ke paha mulus milik Jena di iringi dengan ciuman yang kini mulai turun ke leher jenjang milik Jena.
"Eemph!"
Entah mengapa semakin Jena mengeluarkan suara-suara merdunya itu, membuat Savero kian bernafsu. Sadar akan Savero yang sepertinya kini mulai menginginkan lebih, Jena pun mulai menjauhkan tubuhnya.
"Sssudah Tuan, ini masih di kantor. Aku takut jika kita akan lebih jauh dari ini." ucap Jena yang sebenarnya juga masih ingin menikmatinya.
Savero yang sadar akan posisi mereka kini mulai membenarkan posisinya.
"Maafkan aku Jena, aku tidak bisa mengontrolnya." ucap Savero.
"Iya, tidak apa-apa. Kita lanjutkan nanti malam saja." ucap Jena dengan nada begitu menggoda di telinga Savero saat Savero sedang memasangkan kancing kemeja milik Jena.
"Kamu begitu cantik Je." ucap Savero sambil memegang rahang sang sekretaris.
"Maksud Tuan, apakah Tuan baru menyadarinya sekarang?" tanya Jena dengan nada bercanda.
"Tentu tidak, tapi aku suka jika memandangku lebih dekat seperti ini." jawab Savero.
"Apakah Tuan juga berbicara seperti itu pada setiap wanita yang Tuan dekati?" tanya Jena kali ini dengan serius.
"Eemm...! Mungkin." ucap Savero dengan niat membalas candaan Jena barusan. Namun siapa sangka, jawaban Savero malah membuat Jena marah besar kepadanya.
"Cih! Dasar buaya!" ucap Jena dengan mendorong dada bidang Savero dan melangkah pergi dari hadapannya.
"Je, tunggu... saya hanya bercanda!" ucap Vero berharap bisa mencegah langkah Jena kali ini.
Namun Jena yang kini merasa kesal pada Savero malah pergi begitu saja dengan menutup pintu ruangan dengan kasar hingga menimbulkan suara keras yang membuat Savero kaget.
"Huh! Salah lagi! sial!" umpat Savero menerkutuki kebodohannya itu karena sudah membuat Jena lagi-lagi marah padanya.
Apalagi dengan posisi Jena yang saat ini sedang hamil sangatlah rawan untuknya berubah-rubah mood dengan cepat.