Sebuah keputusan besar terpaksa harus Jena ambil demi menghidupi keluarganya. Menikah dengan Bos diperusahaannya untuk mendapatkan keturunan agar dapat meneruskan perusahaan adalah hal yang gila. Namun apa jadinya jika pernikahan itu terjadi diatas kontrak? temukan jawabannya disini 👇🏻.. Selamat membaca 🤗🥰🥰
.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nazefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Kamu hanya milikku
"Tuan, boleh aku meminta sesuatu?" tanya Jena yang kini masih berada di atas pangkuan Savero.
"Minta saja, asal itu bisa membuatmu senang." jawab Savero enteng.
"Tapi ini tentu tidak mudah Tuan." ucap Jena.
"Apa yang tidak mudah untukku? aku punya segalanya yang bisa memenuhi semua keinginanmu." ujar Savero.
"Apakah Tuan benar-benar menginginkan anak dariku?" tanya Jena memastikan.
"Tentu, karena tujuan itulah kita menikah." jawab Vero.
"Berarti Tuan harus benar-benar menjaga perasaanku dengan baik." ucap Jena.
"Ya, itu yang sedang aku coba lakukan." ujar Vero.
"Aku hanya minta... selama Tuan masih terikat kontrak dengan ku, aku mau Tuan hanya menjadi milikku sampai nantinya anak ini lahir." pinta Jena kali ini dengan sungguh-sungguh.
Savero terdiam sejenak, dia mulai berfikir apakah dia bisa dalam waktu selama itu untuk hidup hanya dengan satu wanita saja. Mengingat bahwa dia adalah seorang Casanova yang jika kapanpun dia mau dia akan mendapatkan wanita seperti apa yang dia inginkan untuk sebuah kesenangan.
Tapi memang semenjak Jena hadir di hidupnya kini Savero seperti orang yang berbeda. Kini dia sudah tidak menginginkan wanita lain lagi selain gadis cantik yang berada dipangkuannya kini. Bahkan Savero rela mencampakkan Amanda dan juga Naura demi selalu ingin mendapatkan waktu bersama sekertaris candunya itu.
Entahlah.. Savero juga tidak mengerti dengan apa yang dirasakannya kini, yang dia tau dia kini hanya menginginkan Jena. Ya, hanya Jena untuk saat ini.
"Bagaimana? Apa Tuan bisa?" tanya Jena.
Jena pun sebenarnya tidak yakin jika Savero mau menuruti keinginannya ini, tapi entah mengapa kini dia tidak mau berbagi suami kontraknya itu dengan yang lain. Biarpun pernikahan ini hanya kontrak tapi Jena ingin menikmati kebersamaan mereka selama perjanjian ini berlangsung.
"Kalau tidak ya sudah, tapi jangan lagi sentuh-sentuh aku jika aku sudah dinyatakan positif hamil nantinya." ketus Jena dengan wajah cemberut.
"Eh! iya.. iya.. gitu aja ngambek." ucap Vero dengan mencolek hidung mancung milik sang sekretaris.
"Iya apa tapi, jangan cuma iya.. iya.." kesal Jena.
"Iya, saya janji tidak akan menjalin hubungan dengan siapapun selama kontrak ini berlangsung." ucap Savero.
"Janji yaa...?" ucap Jena memastikan
"Iya.."
"Sekarang kamu senang?" tanya Vero.
"Banget..!" ucap Jena refleks dan langsung menutup mulutnya.
"Kalau gitu ciuman dong." goda Vero.
"Dih! nggak mau."
"Nggak mau cium tapi juga nggak mau turun. Padahal tadi katanya takut ada yang lihat." goda Vero lagi.
"Hah? oh iya.. maaf Tuan, pasti berat ya?" ucap Jena dan langsung turun dari pangkuan sang direktur.
"Enggak kok, seharian juga saya masih kuat." ujar Vero.
"Dih! maunya." gerutu Jena.
"Ya sudah kalau begitu saya permisi dulu Tuan." ucap Jena dengan menundukkan kepalanya dan pergi dengan membawa dokumen yang tadi dia bawa.
"Ya, ingat pesanku tadi?" ucap Vero
"Siap." jawab Jena dengan meletakkan satu tangan di kening membuat Savero tertawa kecil melihat tingkah gadis itu.
Jena pun membuka pintu ruangan itu dan pergi untuk melanjutkan pekerjaannya lagi.
✨
✨
✨
Malam ini Savero sedang berada di apartemennya sendirian, karena Jena tadi sore meminta ijin padanya untuk menjenguk ayahnya hari ini. Savero juga sudah menyuruh Rey untuk menjemput istri kontraknya itu.
Ting-tong!
Ting-tong!
Bel apartemen Savero berbunyi, Savero segera berjalan untuk membuka pintu apartemen karena itu pasti Jena yang pulang.
Cklek!
"Ayo masuk, aku sudah menunggu mu......." ucap Savero yang langsung tercengang ketika melihat Naura lah yang kini sedang berada di depan pintu apartemennya.
Malam ini Naura sengaja memakai pakaian seksi yaitu dress ketat dengan dada terbuka dan sangat pendek itu memperlihatkan seluruh lekuk tubuhnya dengan sempurna. Naura juga tidak lupa untuk menurunkan baju bagian atasnya agar membuat Savero lebih jelas melihat buah dadanya.
"Malam Vero.. kamu sedang menunggu ku?" ucap Naura.
"Tidak! aku salah orang." ujar Vero.
"Lalu jika bukan, lantas siapa yang sedang kamu tunggu?" tanya Naura.
"Bukan urusanmu!" ucap Vero.
Vero yang malas meladeni Naura langsung membalikkan badannya hendak meninggalkan Naura.
"Lebih baik kamu pulang dan jangan berharap apapun dariku lagi." ucap vero.
Namun bukannya patuh, Naura malah ikut masuk ke dalam dan memeluk Savero dari belakang.
"Ver.. aku tidak bisa hidup tanpa kamu. Aku mau kita seperti dulu lagi." ucap Naura.
"Beri aku kesempatan sekali ini saja, aku akan membuktikan jika kamu tidak akan pernah menyesalinya." lanjut Naura.
Naura mulai mengambil kesempatan dengan meraba-raba dada bidang milik Savero dan memberi ciuman bertubi-tubi di punggung kekar milik sang empu.
Kini perlahan tapi pasti Naura mulai mengambil posisi tepat di depan Savero dengan mengalungkan satu tangannya ke leher pria itu lalu mengangkat satu pahanya sampai ke pinggang Savero hingga membuat dress yang dia kenakan semakin terangkat ke atas menampakkan paha mulus miliknya.
"Vero... akan aku buktikan jika aku serius dengan ucapanku." bisik Naura dengan nada menggoda tepat di telinga Savero.
Kini Naura mulai memberikan banyak ciuman di leher dan terus turun ke dada bidang Savero, dengan lembut jari jemari Naura mulai membuka kancing baju Savero satu persatu. Kali ini Savero mencoba sekuat hatinya untuk tidak tergoda oleh permainan Naura malam ini.
Tangan Naura kini beralih mulai membuka resleting bajunya sendiri sampai ke bawah dan menurunkan dress bagi atas sampai ke perutnya hingga terpampanglah jelas dua gunung kembar miliknya kini.
"Ayo Savero.. kita nikmati malam ini bersama...." goda Naura.
Naura menempelkan tubuh mereka hingga benda padat nan kenyal itu terhimpit antara tubuh Savero dan tubuhnya. Perlahan Naura mulai mendekatkan bibir mereka berdua untuk mendapatkan kehangatan malam ini.
"Hentikan Naura!" ucap Savero dengan memalingkan wajahnya.
Naura memegangi wajah mulus Savero dan memandangi pria tampan dihadapannya itu lalu mencoba membujuknya.
"Kenapa Savero? kamu tidak perlu melakukan apapun, nikmati saja.. biar aku yang mengerjakannya." ucap Naura dengan begitu lembut berharap bisa meluluhkan hati Savero malam ini.
"Gila kamu Naura!" ucap Savero dengan menangkis tangan Naura dan mundur.
"Lebih baik sekarang pakai bajumu! Jangan buat dirimu seperti perempuan murahan!" lanjut Vero.
"Tapi aku melakukannya untukmu Savero... apa kamu tidak menginginkanku? tidak menginginkan tubuhku?" tanya Naura yang masih berharap Savero untuk mau membuka hati untuknya.
Savero memalingkan wajahnya lagi dari gadis yang berada didepannya itu.
"Tidak akan! Pergi dari sini! cepat!" bentak Savero.
Mata Naura mulai berkaca-kaca mengisyaratkan hati yang amat terluka karena sikap dingin Savero padanya. Naura mulai membenahi bajunya seperti semula dengan air mata yang terus jatuh dipipinya.
"Jahat kamu Vero!!"
"Jahat!!" maki Naura sebelum akhirnya keluar dari apartemen itu dengan terus menangis.
Sementara Jenna yang sebenarnya sudah berada disana sejak tadi dan melihat semua kejadian tadi kini mulai bingung dengan hati dan pikirannya. Disatu sisi Jena senang karena Savero benar-benar menepati janjinya, tapi disisi lain Jena jugamerasa iba dengan Naura.