Deskripsi: Hazel merasa dunia runtuh saat dia dipecat akibat fitnah dari rekan kerja dan baru saja mendapati kekasihnya berselingkuh. Dalam keputusasaan, dia pulang ke rumah dan menyerahkan segalanya pada orang tuanya, termasuk calon pasangan yang akan dijodohkan untuknya. Namun, saat keluarga dan calon suaminya tiba, Hazel terkejut—yang akan menjadi suaminya adalah mantan bos yang selama ini sangat dibencinya. Dihadapkan pada kenyataan yang tak terduga dan penuh rasa malu, Hazel harus menghadapi pria yang dianggapnya musuh dalam diam. Apakah ini takdir atau justru sebuah peluang baru? Temukan jawabannya dalam novel "Suamiku Mantan Bosku"😗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aping M, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Malam Pertama
Setelah ciuman mereka terlepas, Lucas menggendong Hazel memasuki kamar dengan langkah yang tenang, seakan membawa keduanya menuju momen yang hanya milik mereka. Hazel duduk perlahan di tepi ranjang, menghadap Lucas dengan tatapan yang mengandung kepercayaan dan sedikit rasa gugup. Detak jantungnya berpacu, menciptakan harmoni yang seolah mengiringi keheningan di dalam ruangan.
Keduanya kembali berciuman, perlahan namun penuh perasaan. Lucas menatap Hazel sejenak, seakan memastikan bahwa momen ini benar-benar terasa berharga bagi mereka berdua. Hazel merasakan kehangatan yang mengalir dari sentuhan bibirnya, kehangatan yang seolah menenangkan setiap inci tubuhnya. Dengan setiap ciuman yang semakin dalam, Hazel larut dalam perasaan yang meluap, membiarkan diri tenggelam dalam momen penuh kelembutan dan kasih sayang.
Tanpa sadar, tubuh Hazel terjatuh perlahan di atas kasur yang empuk, memberi perasaan nyaman saat punggungnya menyentuh permukaan yang lembut. Ia menatap langit-langit dengan perasaan campur aduk, pikirannya terlintas di antara rasa gugup dan keinginan untuk menciptakan kenangan indah.
“Kali ini, jangan sampai gagal," gumamnya dalam hati, penuh tekad. Bukan berarti Hazel terlalu ingin melangkah sejauh ini, tetapi ia ingin momen ini membekas dalam ingatan Lucas, sesuatu yang akan selalu ia kenang dengan senyum.
Lucas kemudian mulai membelai tubuh Hazel dengan lembut. Tangannya menyusuri pundak Hazel, jari-jarinya merasakan setiap detail di permukaan kulitnya yang lembut. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha meredam perasaan yang mulai memuncak.
Hazel tak kuasa menahan geliat kecil saat Lucas menyentuhnya, membuat suasana di kamar itu terasa semakin intim diiringi suara hujan deras di luar jendela yang menciptakan suasana hangat dan tenang.
Lucas mendekatkan bibirnya ke telinga Hazel dan berbisik lembut, suaranya rendah dan penuh canda, “Sepertinya kau sudah siap untuk melanjutkan, ya?” Tawanya mengusik Hazel, membuatnya gugup namun tersenyum malu-malu. Hazel menelan ludah, hatinya berdebar kencang, dan tanpa sadar ia menjawab dengan nada bingung, “Si... siap?”
Lucas tersenyum lembut, lalu kembali mendekat, kali ini dengan bisikan penuh ketulusan. “Boleh aku memintanya sekarang?” bisik Lucas lembut di telinga Hazel, suaranya mengalun dengan nada yang dalam dan penuh harapan. Hazel merasakan jantungnya berdegup lebih cepat, begitu terpengaruh oleh kehangatan yang ditimbulkan dari kedekatan mereka. Ia hanya mengangguk kecil, senyum gugup muncul di wajahnya, tanpa berani mengucapkan sepatah kata pun.
Lucas perlahan menyentuh kembali pundak dan leher Hazel, jari-jarinya menjelajahi kulitnya yang lembut dengan hati-hati dilanjutkan dengan mencium pundak dan lehernya. Hazel terhanyut dalam sentuhan itu, merasakan sensasi hangat menjalar ke seluruh tubuhnya.
Momen itu membuatnya merasa semakin dekat, semakin nyaman, dan seolah lupa dengan keraguannya. Tanpa ragu, Hazel kemudian mendekatkan wajahnya, menyentuh bibir Lucas dengan ciuman lembut yang penuh kerinduan.
Lucas membalasnya dengan tatapan penuh kasih, lalu menarik napas dalam-dalam. “Bimbing aku,” bisik Hazel perlahan, memandang Lucas dengan mata yang dipenuhi campuran perasaan malu dan keinginan untuk berbagi keintiman. Lucas tersenyum lembut dan menenangkan Hazel, membelainya dengan penuh perhatian. “Tenang saja,” jawabnya lembut, “kali ini, biarkan aku yang membimbingmu, kau hanya perlu mengikutinya.” Hazel mengangguk, merasa lebih tenang dan siap untuk mempercayakan dirinya pada Lucas.
Dalam beberapa saat, mereka sudah berada di ranjang bersama. Lucas memperhatikan Hazel dari ujung kepala hingga kaki, dibandingkan Reina justru Hazel nyaris sempurna, seolah-olah waktu berhenti hanya untuk menikmati momen itu. Baginya, Hazel tampak begitu indah, setiap gerakan dan ekspresi yang ia tunjukkan membuat Lucas semakin yakin akan perasaannya.
“Kau cantik sekali,” bisik Lucas, tanpa menyembunyikan kekagumannya. Hazel tersipu, wajahnya memerah, dan ia buru-buru menutupi wajahnya dengan kedua tangan, merasa sedikit malu. Lucas, sambil tersenyum, menahan tangannya, menariknya perlahan, lalu mengecup bibir Hazel, membuatnya merasa lebih nyaman dan rileks di sisinya.
Saat mereka semakin dekat, Hazel menatap Lucas dengan mata yang sedikit gugup. “Pelan-pelan, ya,” bisiknya lembut.
Lucas mengangguk, mengerti sepenuhnya. “Aku akan pelan-pelan,” jawabnya penuh perhatian, “rasanya mungkin sedikit tidak nyaman pada awalnya, tapi percayalah, lama-kelamaan kau akan merasa lebih baik.”
Hazel mengangguk, berusaha memercayai kata-katanya, sambil meyakinkan dirinya bahwa ia berada dalam pelukan orang yang menghargainya.
Malam itu terasa begitu panjang bagi keduanya. Menjadikan malam pertama yang penuh intim bagi Lucas dan Hazel. Suara hujan yang deras dan udara dingin di luar jendela justru membuat suasana di dalam kamar terasa semakin hangat. Keduanya tenggelam dalam momen penuh kasih dan keintiman yang mendalam, seolah dunia di luar kamar itu berhenti untuk sementara.
Euuummppphh” desis Hazel, membuat Lucas semakin bergairah.
Setelah beberapa saat, Hazel terbaring lelah di pelukan Lucas, tubuhnya terasa nyaman, dan kepalanya bersandar di dadanya. Lucas mengecup keningnya dengan lembut, berterima kasih untuk kehadiran dan kepercayaan yang diberikan Hazel malam itu. “Terima kasih,” bisiknya, penuh kehangatan. Hazel hanya tersenyum kecil, lalu menutup mata dan tertidur pulas di bawah selimut yang menyelimutinya.
Lucas kemudian bangkit perlahan, membiarkan Hazel tertidur dengan tenang. Ia pergi mandi, membiarkan dirinya kembali segar, dan berencana menyiapkan sarapan sederhana untuk Hazel sebagai ungkapan terima kasihnya.
Namun sebelum menyiapkan masakan, rupanya Hazel perlahan membuka matanya, merasakan kelembutan sinar matahari yang menembus celah tirai kamar.
Tubuhnya terasa lelah, dan ada rasa nyeri halus yang mengingatkannya pada malam panjang yang baru saja mereka lewati. Dengan usaha yang sedikit tertahan, Hazel mencoba bangkit, tetapi raut wajahnya langsung menunjukkan ketidaknyamanan.
Lucas, yang tengah berdiri di dekat jendela dengan handuk di lehernya, segera memperhatikan perubahan pada wajah Hazel. Dia mendekat dan menyentuh pundak Hazel dengan lembut, tatapan penuh perhatian terlukis di matanya.
“Bagaimana perasaanmu?” tanyanya pelan.
Hazel tersenyum tipis, berusaha menutupi rasa sakitnya. “Sedikit sakit,” bisiknya jujur, merasa malu namun lega di saat yang sama.
Tanpa berkata-kata, Lucas mengangkat tubuh Hazel dengan lembut, membawanya ke arah kamar mandi. Di sana, sebuah bathtub sudah diisi air hangat, permukaannya penuh dengan busa yang tampak mengundang untuk meredakan ketegangan tubuh Hazel. Uap lembut memenuhi ruangan, menghadirkan aroma segar dari minyak esensial yang ditambahkan Lucas ke dalam air.
Dia mendudukkan Hazel perlahan di tepi bathtub, membantunya untuk masuk dengan hati-hati. Saat tubuh Hazel menyentuh air hangat, dia menghela napas lega, merasakan nyerinya perlahan mulai reda. Lucas tersenyum, melihat Hazel yang perlahan-lahan mulai merasa lebih nyaman. Dia mengambil waslap dan membasahkannya, lalu menyentuhkan ke bahu Hazel, gerakan tangannya lembut dan penuh perhatian.
“Terima kasih,” ucap Hazel dengan suara lembut matanya menatapnya penuh rasa syukur. Lucas mengangguk kecil, lalu mengecup punggungnya dengan penuh kasih.
“Santai saja di sini, biarkan airnya meredakan semua lelahmu,” bisik Lucas lembut. Ia duduk di tepi bathtub, menunggu sambil memastikan Hazel merasa nyaman, memperlihatkan perhatian yang membuat Hazel merasa dicintai dan diperhatikan sepenuh hati.