Bertetangga dengan seseorang yang sangat kamu benci adalah sebuah musibah besar. Hal itulah yang dialami oleh Bara dan Zizi.
Parahnya lagi, mereka berdua harus menikah untuk mendapatkan harta warisan yang sangat banyak.
Mampukah keduanya berdamai untuk mendapatkan keuntungan atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Modus Saja
Bara mengerang kesal. Ia paling tidak suka kalau Zizi mengatakan kalau miliknya adalah terong bakar. Dengan cepat ia meraih tangan wanita itu dan membawanya ke daerah bawahnya dan memaksa wanita itu menggenggam terongnya yang super jumbo.
"Aaaaaaa!" Zizi terpekik lagi karena kaget.
"Kenapa kamu?" tanya Bara dengan ujung bibir terangkat.
"Ini kok gak kayak terong sih pak. Besar banget!" ucap Zizi dengan tangan masih berada pada terong suaminya dan bahkan mengelusnya bagaikan seekor binatang peliharaan.
Bara tersenyum miring.
"Gimana? Mau coba?!"
"Iiii gak lah!" Zizi langsung bergidik dan menarik tangannya cepat. Setelah itu ia bergegas lari keluar dari kamar itu karena takut. Sungguh, ia tak menyangka kalau benda tumpul tak bertulang itu rasanya seperti itu.
Sekilas mirip terong tapi itu kok keras banget dan bahkan berurat.
"Cih! Sok polos kamu ya!" ucap Bara berubah kesal. Pasalnya ia masih tak percaya kalau wanita itu se lugu itu. Mana ada seorang sugar baby yang tak pernah melihat dan merasakan benda seperti miliknya.
"Zizi! Kembali kamu!" teriak Bara untuk meminta pertanggungjawaban dari wanita itu.
"Gak mau pak!" balas Zizi yang sudah berada jauh darinya.
"Zizi! Ini perintah" teriak Bara lagi karena ternyata sang terong kini sudah bertransformasi menjadi terong super yang sangat ganas.
"Ih ngeri pak!" balas Zizi yang ternyata sedang bersembunyi di balik pintu.
"Kamu kesini atau aku yang kesana!"
"Gaaak!"
"Awas kamu ya!" geram Bara kemudian langsung masuk ke dalam kamar mandi lagi untuk melanjutkan mandi di bawah guyuran air dingin. Tubuhnya kini gelisah dan merespon sangat baik padahal wanita itu hanya menggenggam dan mengelusnya saja tadi.
"Aaargh sial!" geram Bara karena libidonya kini semakin tertantang. Kepala atas dan kepala bawahnya kini jadi pusing. Sentuhan tangan Zizi yang sangat lembut tadi benar-benar menyiksanya sampai titik terdalam.
"Awas kamu!" geram Bara kesal. Gegas ia menyiram kepalanya dengan air dingin agar hasratnya yang menggila bisa ia obati secepatnya.
"Sekali kamu menyentuhnya maka aku pastikan kamu akan ketagihan," sumpah Bara dengan tekad membara.
Sementara itu, di belakang pintu kamar, Zizi yang masih berdiri di tempat itu merasakan dadanya berdebar kencang. Tak ia sangka kalau penampakan suaminya tadi bisa sangat luar biasa seperti itu.
"Oh ya ampun. Itu beneran terong bakar?" Ucap Zizi masih dengan dada naik turun karena ekspresi tak percaya.
"Kok bisa kayak gitu sih?!" ucapnya lagi dengan perasaan yang tiba-tiba gelisah.
Gegas wanita itu mencari segelas air putih dan meminumnya hingga habis, untuk menetralisir debaran jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Tinggal bersama buaya darat seperti pak Bara bisa-bisa dimakan habis aku," ucapnya dengan tubuh merinding. Sungguh, tak bisa ia bayangkan benda itu akan membuat hidupnya kacau.
Setelah merasa lebih baik, ia pun membersihkan meja makan sisa makan suaminya tadi kemudian mencuci semua peralatan dapur yang telah ia gunakan. Setelah itu ia langsung kabur ke rumahnya sendiri.
"Wah mbak Zizi, habis ngapain sama pak bos semalam?" tegur Lailah tetangga samping kiri rumahnya yang juga merupakan karyawan di perusahaan tempat mereka bekerja. Wanita itu ternyata sedang membeli sayur sama tukang sayur.
Zizi langsung tersentak kaget. Ia malu karena ketahuan menginap di rumah bosnya.
"Gak ngapa-ngapain kok mbak Lail, cuma bantuin pak bos aja."
"Bantuin apaan malam-malam sampai teriak-teriak gitu." Laila sepertinya semakin kepo saja. Apalagi dia sempat mengintip dari jendela semalam saat Bara menggendong tubuh Zizi.
Terus terang hatinya sangat cemburu karena sudah lama menginginkan Bara juga.
"Iya nih. Kami semua sampai gak bisa tidur lho mbak Zizi," timpal Vina yang sedang memilih-milih sayuran.
"Bukannya mbak Zizi hanya Office Girl di perusahaan ya? Kok bisa sih tiba-tiba naik jabatan jadi asisten pribadi? Kita-kita pada cemburu lho mbak?" lanjut Vina semakin membuat suasana pagi itu memanas.
"Kasih tahu kita dong, apa rahasianya bisa jadi akrab banget sama pak bos. Ya, itung-itung bisa menaikkan jabatan kami lah di perusahaan," sambung Laila lagi dengan maksud menyindir.
Zizi hanya tersenyum meringis dan tak tahu harus menjawab apa. Hubungan pernikahannya dengan Bara belum diumumkan oleh pria itu di perusahaan entah karena alasan apa. Jadi ia juga merasa tidak berhak untuk mengatakan status mereka. Takutnya ia dikatakan terlalu Ge Er atau Gede Rasa.
"Nah, bagus banget kalian menegur wanita kampung ini!" timpal seseorang yang tiba-tiba muncul di antara mereka semua.
"Eh Bu Maria," ucap Laila dan Vani seraya membungkukkan tubuh mereka hormat.
Zizi sendiri hanya menghela nafasnya pelan. Ia yakin kalau pagi ini hidupnya akan sedikit terganggu karena kedatangan ibu mertuanya yang sangat membencinya.
"Lihat lah dia!" ucap Maria seraya menunjuk Zizi dengan tatapan tajamnya.
"Pagi-pagi di depan rumah orang dengan hanya memakai pakaian tidur. Gak tahu sopan santun! Mau menggoda kang sayur juga kamu?!"
Zizi tersinggung tapi tak bisa membalas. Bagaimana pun juga wanita itu adalah ibu mertuanya yang tak boleh ia lawan apalagi di depan banyak orang.
"Maaf, saya permisi. Ada pekerjaan yang harus saya kerjakan," ucap Zizi dan segera pergi dari tempat itu sebelum ibu mertuanya itu lebih mempermalukannya lagi.
"Gitu tuh kalo cuma OG tapi berharap jadi istri bos. Gak punya sopan santun padahal saya ini adalah pemilik perusahaan. Gak punya kaca apa di rumahnya!" cibir Maria dengan tatapan tajam ke arah punggung Zizi yang sudah memasuki halaman rumahnya sendiri.
Laila dan Vina ikut mengiyakan dan bahkan mendukung kemarahan Maria. Dua wanita itu semakin memanas-manasi istri Hasan Al Fayed dengan menceritakan kalau Zizi berusaha menggoda Bara dan berani menginap di rumah bos mereka semalam.
"Ini tak bisa dibiarkan. OG itu harus dipecat sebelum membuat malu perusahaan!"
"Iya Bu kami setuju. Gak ngaca banget tuh OG!" timpal Lailah senang.
"Kalian tenang saja, dia pasti dipecat di perusahaan saat saya mengadukannya pada semua kepala divisi di perusahaan kalo pak Bara tetap melindunginya," ucap Maria.
"Bagus Bu. Kami dukung seratus persen."
"Harus. Kalian memang harus mendukung saya," balas Maria dan segera memasuki halaman rumah Bara dengan sebuah rantang di tangannya.
Vani dan Laila saling bertatapan kemudian menyumpahi Zizi agar wanita muda itu segera dipecat dan bahkan diusir dari perumahan itu sesegera mungkin.
"Enak saja. Baru juga masuk kerja sudah bisa tidur di atas ranjang pak bos. Enak banget hidupnya," geram Laila kesal.
"Iya. Pokoknya kita harus segera bergabung untuk membuat OG itu pergi dari tempat ini atau kita tak akan mendapatkan apa-apa dari pak Bara," lanjut Vina.
"Eh, emangnya kamu pengen sama pak Bara juga? Bukannya kamu udah punya suami?" ucap Lailah dengan tatapan tak suka pada Vina.
"Yah gak apa-apa lah kalo pak Bara juga mau sama aku. Aku 'kan bisa dapat dua hehehe," kekeh Vina dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari suaminya yang ternyata baru muncul di tempat itu juga.
Wanita itu langsung meninggalkan gerobak sayur dan lari ke dalam rumahnya karena takut. Begitupun dengan Lailah.
"Lain kali jangan jual sayur lagi di depan rumah ini ya bang!"
Abang penjual sayur hanya bisa menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Mereka-mereka hanya modus untuk mencari perhatian Pak Bara!"
🌻
Like Like Like
Komen Komen Komen
trus devano gimana dong, ..ga kasian, dia blm kesurga thor 😀