Menggantikan Peran Kakak Angkatku

Beberapa hari telah berlalu, Glady kini telah menyelesaikan ujiannya dan menunggu hasil prestasinya selama tiga tahun di sekolah menengah atas. Nadia sahabat Glady juga merasakan hal yang sama. Kini keduanya tengah duduk di salah satu cafe yang tak jauh dari sekolahan mereka. 

“Akhirnyaaaaaa ! Lega juga gue ! “ seru Nadia senang. 

Glady tersenyum senang, dia juga lega setelah menyelesaikan ujian nasional. Tapi, dia harus kembali ke rumah untuk mengurus berkas-berkas yang akan digunakannya untuk melamar pekerjaan di kotanya. 

“Gue kira-kira ngelamar kerja dimana ya, kalau jauh kasihan ibu.. sendirian di rumah, “ kata Nadia menatap minumannya. 

“Lo gimana Lad, lanjut kuliah ? “ tanya Nadia kepada Glady yang masih terdiam. Glady diam tak merespon pertanyaan Nadia membuat gadis cantik itu ikut terdiam. 

“Udah dua minggu, gimana keadaan Gabriel dan Ella ya ? Apa mereka senang tinggal bersama keluarga bang Gama ? Apa Ella rewel atau sebaliknya ? Uh, aku jadi kangen pengen ketemu mereka.. “ kata Glady pelan membuat Nadia mengerutkan keningnya saat mendengar perkataan Glady. 

“Kalau kangen ya datengin aja, nggak usah pake acara tahan-tahan segala deh.. “ celetuk Nadia. 

Glady tersentak kaget. “ tapi gue nggak tahu, alamatnya dimana “

“Lo nggak tahu ? “ tanya Nadia heran. Glady menggelengkan kepalanya. 

Nadia sontak menepuk jidatnya dan kembali menyesap air yang dia pesan. Sementara Glady menghela nafas, dia benar-benar sangat merindukan kedua keponakannya. 

“Apa gue terima aja ya, permintaan orang tua gue ? Menikah dengan abang ipar gue, soalnya gue kangen bangettttt ! “

“Uhuk ! Uhuk! Ja–jangan bilang, –”

“Lo kangen bapaknya atau anaknya ? “ tuduh Nadia setelah bisa menguasai dirinya yang terkejut dengan ucapan spontan sahabatnya. 

“Apa sih ! Anaknya lah, ngapain juga bapaknya. Cinta aja kaga ! “ ketus Glady namun dirinya malah terlihat seperti sedang salah tingkah. 

Di sisi lain, Ganesha tengah panik saat Gabriel mengatakan bahwa Gabriella kulitnya panas. Setelah diperiksa ternyata benar, Gabriella mengalami demam membuat Ganesha segera menghubungi suami dan putranya.

“Owaaa !! Owaaa !! “

“Uhh, panas sekali ya sayang.. Uhhh maaf oma nggak tahu… “

“Hiks oma ! Dedek kenapa kulitna panas sekali, apa telsengat matahali jahat ? “ tanya Gabriel  terisak. Dia masih mengenakan seragam sekolah barunya, belum sempat menggantikannya. 

Ganesha menggelengkan kepalanya. Dia tak dapat berkata-kata. Ganesha menatap cucu perempuannya yang masih menangis dan merengek. Menimangnya dengan sepenuh hati hingga bayi itu sedikit demi sedikit tidak lagi menangis. 

Tak lama Gama dan daddy nya tiba di rumah, keduanya yang mendengar Gabriella sakit langsung segera meninggalkan ruang rapat. 

“Mommy ! Bagaimana keadaan Ella ? “ tanya Gama khawatir dengan keadaan putrinya. 

“Masih panas ! “ kata Ganesha dengan wajah yang sembab. 

“Bi–biar Gama yang gendong Ella mom, “ Ganesha mengangguk, dia memberikan Gabriella kepada putrinya. 

Gama langsung menimang putrinya yang sudah diam dan hanya meninggalkan isakan kecil dari bibir mungilnya. Geon meminta cucu laki-lakinya untuk berganti pakaian dan makan. Dia yakin cucu laki-lakinya itu belum makan dari sepulang sekolah. 

Ini kali pertamanya, Gama merawat salah satu anaknya yang tengah demam. Biasanya dia hanya melihat dari layar ponselnya saat mereka berjauhan. Gabriella yang merasakan pelukan hangat daddy nya langsung tenang dan tidur dengan nyaman. 

Sementara Geon dia sudah menghubungi dokter anak keluarganya untuk memeriksa Gabriella, cucu perempuannya. 

*

*

*

*

“Bagaimana keadaan Ella, Ky ? “ tanya Ganesha kepada Dokter Eky. 

“Ibunya mana kak ? “ tanya Dokter Eky kepada kakak sepupunya. 

“Nda ada ibu, adanya bunda ! “ sahut Gabriel yang duduk di sebelah adiknya terbaring lemah. 

“Mana bundanya ? “ tanya Dokter Eky lembut. 

“Lagi cekolah, “

“Ha?! “ Perkataan Gabriel membuat keempat orang dewasa bingung dengan penuturan Gabriel. 

Bukannya Patricia sudah selesai kuliah empat tahun yang lalu ? Kenapa Gabriel mengatakan bundanya  lagi sekolah. Ganesha yang penasaran segera menanyakan siapa yang lagi diomongin cucu laki-lakinya itu. 

“Bunda Ladyboy ! “ sahutnya pelan. 

Ada rasa rindu yang membuncah di hati Gabriel. Dia sangat merindukan bibinya itu, entah apa yang sedang ia pikirkan saat ini. 

Gabriel menatap daddy nya dengan air mata yang tiba-tiba mengalir begitu deras. 

“Daddy…  bisakah membawa bunda Ladyboy kemali ? Gabli lindu bunda ! “ Isak Gabriel saat menginginkan kehadiran Glady. 

Gabriel tak lagi memanggil Glady dengan sebutan bibi. Entah mengapa tiba-tiba saja memanggil Glady bunda. Sesayang itukah Glady dengan Gabriel dan Gabriella ?. 

Gama terdiam, mana mungkin dia datang ke rumah itu lagi setelah tahu istrinya berkhianat dibelakangnya dan kabar terakhir setelah sidang perceraian. Mantan istrinya itu menikah dengan sosok pria yang dikatai kurir oleh putranya sendiri. 

“Biar ! Biar mama yang jemput Glady ! “ kata Ganesha cepat. 

Dia ingin melihat seperti apa besannya setelah terakhir kali bertemu setahun lalu. Saat persidangan, Ganesha  tidak bisa hadir karena harus mengasuh kedua cucunya yang ingin bermain di rumah keluarga Gilbert. Sedangkan Geon, dia sedang melakukan rapat rutin dan bertemu beberapa klien di luar kantor. 

“Tapi, mom ? “

“Sudahlah, demi cucuku. Aku akan membawa Glady kemari ! “

*

*

*

*

Glady melangkah perlahan memasuki rumah, rasa rindu bercampur dengan keinginan untuk segera mengambil ijazah dan barang-barangnya yang tertinggal. Namun, suasana rumah yang seharusnya hangat kini dipenuhi ketegangan. Begitu dia membuka pintu, mamanya menyambut dengan senyum yang terlihat dipaksakan.

"Glady, ada yang ingin Mama bicarakan," kata mamanya, suaranya terdengar tegas namun lembut. Glady merasa ada yang tidak beres. "Apa itu, Ma?"

"Kamu ingat Gama, kan? Mantan suami kakakmu, Patricia? Mama ingin kamu menikah dengannya."

Kata-kata itu menghantam Glady seperti petir di siang bolong. "Apa? Kenapa Mama ingin aku menikah dengan mantan suami kakakku sendiri? Ini tidak masuk akal! Dan juga Lady sudah menolak permintaan kalian !"

Mamanya menghela napas panjang, tampak bersiap untuk memberikan penjelasan panjang lebar. Namun sebelum dia bisa memulai, kakaknya, Patricia, muncul di ruang tamu dengan seorang pria asing di sisinya. Glady mengerjapkan mata, berusaha memahami situasi yang semakin rumit.

"Patricia sudah menikah lagi," kata mamanya dengan nada yang seakan meremehkan perasaan Glady. "Gama masih keluarga, dan kita butuh dukungan finansialnya."

"Ini gila, Ma!" Glady menolak keras. "Aku tidak akan menikah dengan Gama, tidak peduli alasan Mama!"

“Dan kakak, apa selama ini berkhianat dengan kakak ipar dibelakang ? “ Patricia hanya menatap adiknya dengan santai tanpa takut sekalipun jika perbuatannya kebongkar. 

Di saat perdebatan semakin memanas, Glady melihat sosok di luar jendela. Junik, seorang selebjin yang sering membuat konten kontroversial, sedang merekam semuanya. Glady merasakan marah dan putus asa sekaligus.

Tapi dia membiarkan hal tersebut, siapa tahu akan berguna suatu saat nanti. Tak lama kemudian, Ganesha dan suaminya tiba. Mereka terkejut melihat suasana tegang dan mendengar tuntutan mantan besannya. "Apa yang terjadi di sini?" tanya Ganesha pelan, mencoba memahami kekacauan yang sedang berlangsung.

"Papa, katakan sesuatu!" Glady memohon, berharap setidaknya papanya akan membela dirinya. Namun papanya hanya menatap dengan raut wajah datar, seakan tidak ingin terlibat dalam konflik itu.

“Kita lihat dari sini dulu, jangan ikut campur sebelum kita tahu permasalahannya apa, “ Ganesha mengangguk, keluarga mantan besannya benar-benar tidak menyadari keberadaan mereka berdua yang sudah jauh terbang ke kota mantan besan. 

Beberapa menit menunggu, akhirnya Geon yang sudah menahan amarahnya segera masuk bersama istrinya membuat Lediana dan lainnya terkejut. 

Ganesha langsung memeluk Glady, memberikan sedikit kelegaan di tengah kekacauan. "Jadi ini jawabannya, kenapa putrimu menggugat putraku ! Ingat ini, Denis. Jika bukan karena putraku hidup kalian tidak seperti ini ! Ternyata kalian sudah mengkhianati kami." kata Geon dengan tegas. 

Lediana hanya terdiam, mungkin menyadari bahwa rencananya telah runtuh. Glady merasa lega, meski situasi ini masih jauh dari selesai. Namun satu hal yang pasti, dia tidak akan menyerah pada tekanan apapun yang ingin mengatur hidupnya.

“Lady, kemaskan barang-barangmu. Kamu ikut kami ke kota J ! “ kata Geon tegas. 

Walau bingung, Glady menurut untuk membereskan pakaiannya dibantu Ganesha sementara Geon tengah memandang mantan besannya dengan penuh amarah.