NovelToon NovelToon
[1] 5th Avenue Brotherhood

[1] 5th Avenue Brotherhood

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: BellaBiyah

5 anggota geng pembuli baru saja lulus SMP dan kini mereka berulah lagi di SMK!

Novel ini merupakan serial pertama dari "5th Avenue Brotherhood". 5th Avenue Brotherhood atau yang sering dikenal dengan FAB adalah geng motor yang terdiri dari 5 orang remaja dengan latar belakang yang berbeda-beda.

Jesika. Seorang gadis yang merupakan anak kandung dari kepala sekolah dan adik dari pendiri FAB itu sendiri. Sayangnya, Jesika tidak suka berteman sehingga tidak ada yang mengetahui latar belakang gadis ini, sampai-sampai para member FAB menjadikannya target bulian di sekolah.

Gimana keseruan ceritanya? Silakan baca sampai bab terakhir 🙆🏻‍♀️ update setiap hari Minggu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BellaBiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27 Pacaran

Cia kembali bersekolah dengan normal, namun ....

"Gracia! Lo pernah satu kelas sama adek gue kan?" tanya kakak kelas laki-laki yang ikut duduk di sebelah Cia saat jam makan siang.

"Siapa?" tanya Cia cuek.

"Ayu," jawab pria itu.

"Di kelas gue nggak ada yang namanya Ayu. Satu-satunya yang absen A itu cuma Angga," balas Cia.

"Ada! Ayu Lestari. Tapi emang dipanggil Ale sih," ucapnya.

Cia menoleh pada pria itu. "Lo abangnya Ale?" tanya Cia.

"Kenalin nama gue Randa." Menjulurkan tangan ke arah Cia.

Satu niat tersemat di otak Cia.

***

Semakin hari, Cia semakin dekat dengan Randa (abang Ale) yang berusia 2 tahun di atasnya. Hingga akhirnya ....

"Lo mau nggak jadi pacar gue?" tanya Randa sembari melirik belahan dada Cia yang memang ukurannya cukup besar dibanding anak seusianya.

"Mau!" jawab Cia tanpa berpikir.

Tepat diusia pacaran 1 bulan, sebagai hadiah anniversary mereka, Randa hendak memperkenalkan Cia pada keluarganya. Dibawahlah Cia ke rumah dinas ayahnya pada malam Minggu.

Memang hari sial tidak ditandai di kalender, hari sial Randa itu terjadi hari ini. Saat ia sedang mengobrol dengan seorang ajudan, tanpa sengaja ia berkata, "Kasih makan Jesika di gudang, udah mau mati kayaknya dia."

Sontak kalimat itu membuat Cia terkejut.

Randa menoleh padanya. "Tenang tenang! Jesika itu bukan cewek kok! Nggak mungkin aku selingkuhin kamu! Jesika itu nama kelinci peliharaan Ale," alibinya.

Cia berpura-pura untuk mempercainya.

"Ale kok nggak keliatan?" tanya Cia di saat mereka sedang makan malam.

"Ale di rumah pribadi, ini kan rumah dinas, nggak boleh sembarangan nginep," jawab Ridwan (ayah Ale dan Randa).

Selesai makan malam, Cia dan Randa duduk berdua di ruang tamu. "Aku kan udah kasih kamu hadiah anniversary ke sini, kamu kasih aku hadiah apa?" tanya Randa.

"Kamu maunya apa?" Cia balik bertanya.

"Mau ...." Randa membisikkan sesuatu padanya.

Cia sempat terkejut namun tampaknya ini kesempatan yang bagus.

"Boleh," jawab Cia membuat Randa kegirangan.

***

"Di sini aja! Di sini nggak kena CCTV. Di aeah pintu belakang juga nggak ada yang jaga kalo hari Sabtu," ucap Randa memberikan informasi yang sangat penting untuk Cia.

"Loh kalo nggak ada yang jaga, orang bisa keluar masuk dong?"

"Iya emang itu tujuannya. Makanya nggak dikasih CCTV. Boleh sekarang kan?" Randa bersiap menyantap sesuatu.

Jujur saja, Cia begitu terkejut begitu melihat sela pintu yang tidak rapat pada gudang di sana. Menampakkan Jesika kurus kering berbaring di lantai tanpa alas dengan kaki terpasung.

"Ayang?" panggil Randa.

Ini kali pertamanya Cia membuka begitu banyak kancing kemeja untuk seorang pria. Ia menbiarkan Randa bermain dengan dua buah gumpalan lemak miliknya. Sentuhan dan hisapan itu terasa sangat menggelikan.

Buah yang padat dan berisi itu juga masih sangat fresh dan Randa jatuh cinta padanya.

Selesai bermain, Cia kembali ke rumah dinas dan disuguhi minuman yang sudah dicampur oleh Randa dengan obat tidur. Rencananya adalah Randa ingin hadiah yang lebih dari tadi. Cia sudah melihatnya.

Dengan cerdik, Cia mengambil gelas yang sebenarnya milik Randa. Pria itu juga tidak mengetahui hal tersebut, sehingga ia meneguk minuman dengan larutan obat tidur.Randa tertidur pulas di ruang tamu.

"Om, kayaknya Randa mau nginep di sini deh, aku pulang dulu ya? Udah kemaleman. Dia juga udah tidur," ucap Cia berpamitan dengan Ridwan yang sedang melayani tamunya di meja sebelah.

"Oh iya iya, Gracia. Maaf ya, Randa emang suka tidur. Kamu mau dianterin pulang?" tanya Ridwan.

"Nggak, Om. Aku nelpon sopir aja," jawab Cia berjalan ke arah belakang. Sedangkan Ridwan masih fokus pada tamu.

Cia membuka gudang yang tak terkunci itu dan membekap mulut Jesika agar gadis itu tak berteriak.

"Ini gue! Lo jangan takut! Jangan teriak! Ntar kita ketauan!" ucap Cia memukul gembok karat pasung dengan sebongkah batu.

Dalam sekejap gembok itu hancur.

Cia menopang tubuh Jesika untuk berjalan keluar. Gadis itu kini berjalan dengan sedikit mengangkang, mungkin karena terlalu lama dipasung, mengubah struktur tulangnya.

***

"Kok lo bisa ada di sana, Jes?!" pekik Cia di dalam mobil.

Jesika terus menangis tiada henti. "Gue takut, Ci! Gue takut!"

"Mereka ngapain lo?! Lo ada masalah apa sama mereka?!" tanya Cia lagi.

"Gue takut! Gue mau mati aja!" teriak Jesika berusaha membuka pintu mobil.

"Jes! Jangaan!"

"Gue mau mati aja!"

"Jesikaaaaaa!" teriak Cia.

"Gue takuuuuuuuutttt!" balas Jesika dengan ikut berteriak.

***

Tepat jam 1 malam, Cia mengirim pesan pada Randa.

[Ayang, aku pulang sama Pak Iman, soalnya ayang dibangunin malah nggak bangun!]

Setelah pesan itu terkirim, ia kembali fokus pada Jesika yang duduk sambil memeluk lutut di atas kasur.

"Lo takut apa?" tanya Cia.

"Randa perk*sa gue, Ci." Kalimat bisikan itu membuat rahang Cia mengeras. "Sekarang gue lagi ha—hamil anaknya. Gue nggak mau pulang. Mereka bisa aja da—dateng lagi dan nyulik gue lagi," lanjut Jesika.

"Berapa kali dia perk*sa lo?" tanya Cia.

"Tiap ha—hari," jawab Jesika terbatah.

Cia menoleh ke arah lain sebab rasa kesalnya memuncak dalam sekejap.

"Gue udah gugurin anak 10 kali. Kayaknya gue ba—bakalan mati bentar lagi. Lo ma—mau kan bantuin gue?" tanya Jesika.

"Bantuin apa, Jes?" tanya Cia yang kini kerongkongannya menerik akibat menahan tangis.

"Gue ma—mau nyusul mama," bisik Jesika lagi.

"Toleh tau soal ini?" tanya Cia.

Jesika menggeleng pelan dengan tatapan sayu. "Lo ja—jangan bilang kalo gue di sini. Gu—gue takut mereka ke sini!" bisiknya tak berdaya.

"Gue bakalan balas ini semua ke Randa!" tegas Cia sambil mengusap air mata.

"Ja—jangan!" pekik Jesika dengan ketakutan melihat sekitaranya. "Lo jangan berurusan sa—sama dia!"

"Gue harus laporin dia ke polisi, Jes!"

"Kepala polres itu temen bokapnya Randa."

"Tapi hakim kan bisa memutuskan dia bersalah!"

"Mereka punya duit, Ci. Udah! Udah," ucap Jesika lagi.

1
Iam-aam
Haris pawang ngadem
Iam-aam
tolol lo yg tolol bjir
Iam-aam
Berapa bang* kasar bjir le
Ciret
next kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!