NovelToon NovelToon
Kala Cinta Menggoda

Kala Cinta Menggoda

Status: tamat
Genre:Komedi / Tamat / cintamanis / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:11.6M
Nilai: 5
Nama Author: Me Nia

Putri Kirana

Terbiasa hidup dalam kesederhanaan dan menjadi tulang punggung keluarga, membuatnya menjadi sosok gadis yang mandiri dan dewasa. Tak ada waktu untuk cinta. Ia harus fokus membantu ibu. Ada tiga adiknya yang masih sekolah dan butuh perhatiannya.

"Put, aku gak bisa menunggumu tanpa kepastian." Satu persatu pria yang menyukainya menyerah karena Puput tidak jua membuka hati. Hingga hadirnya sosok pria yang perlahan merubah hari dan suasana hati. Kesal, benci, sebal, dan entah rasa apa lagi yang hinggap.

Rama Adyatama

Ia gamang untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan mengingat sikap tunangannya yang manja dan childish. Sangat jauh dari kriteria calon istri yang didambakannya. Menjadi mantap untuk mengakhiri hubungan usai bertemu gadis cuek yang membuat hati dan pikirannya terpaut. Dan ia akan berjuang untuk menyentuh hati gadis itu.

Kala Cinta Menggoda

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33. Gara-Gara Emoticon

Ini malam minggu. Puput lagi ngapain ya...

Keinginannya untuk menelpon Puput harus ditahan dulu. Sabar.....Hubungan saat ini baru sebatas atasan dan bawahan. Puput gadis langka yang belum tentu akan memekik girang mendapat telepon darinya. Berbeda dengan perempuan lain yang selalu mengejar-ngejarnya. Yang akan excited setiap mendapat balasan komentar di media sosialnya.

Lamunannya terjaga oleh dering ponsel yang tergeletak di sofa. Rama menutup pintu balkon dan menguncinya. Melangkah lebar menuju sofa. Panggilan video dari Cia.

"Taraaa....coba tebak aku lagi sama siapa nih, Kak!"

Suara dan wajah riang sang adik menjadi pembuka saat Rama menggeser layar. Ia mengamati tubuh yang bersembunyi di balik punggung Cia.

"Siapa ya?!" Rama belum bisa menduga perempuan yang mengenakan jilbab instan sambil menunduk itu. Hanya dari pakaian yang dikenakan sepertinya anak-anak.

Terdengar Cia berbisik memberi aba-aba 1 2 3.

"Baaaa----" Orang yang berada di balik punggung Cia menampilkan wajah sambil cilukba.

Rama membelalakkan mata. "Eh, ada Ami. Kok bisa?! Diculik Kak Cia ya?!" ujarnya merasa surprise ada adiknya Puput di rumah Enin malam minggu ini.

"Enak aja diculik. Ami emang mau aku ajak nginep di sini. Aku jadi ada temen malam mingguan....so happy deh." Cia mengklarifikasi sambil menata bantal untuk dipakai bersandar. Ia dan Ami berada di dalam kamar.

"Ami, Teh Puput ikut nggak?!" Rama beralih menyimpan ponsel di phone holder di atas meja agar lebih leluasa berbicara menatap layar. Satu nama yang diabsen berharap ikut tampil di layar.

"Enggak, Kak. Teteh pergi ke Banyumas tadi abis magrib." sahut Ami yang duduk sila di samping Cia sambil memeluk guling.

"Ke Banyumas ada acara apa?!" Rama terkejut dengan kedua alis bertaut.

"Itu....kan Mbak Via mau dilamar Aa Adi besok minggu. Jadi mbak Via mudik dulu ke Banyumas. Teteh jadi pendampingnya mbak Via...kan mereka bestie an."

"Kak Rama kapan mau melamar Teteh....hihihi....keduluan Mbak Via sama Aa Adi." Ami dengan polos meledek Rama sambil terkikik.

Membuat Cia tertawa dengan renyahnya saking terhibur dengan ucapan Ami. Lain halnya Rama yang garuk-garuk kepala yang tak gatal sambil nyengir kuda. Ia ingat ucapan Ibu Sekar jika sahabatnya Puput juga satu kantor bernama Novia.

"Pastinya...yang ditanya ngarep dot com dong!" Cia menjulurkan lidah menggoda kakaknya yang mati kutu dengan pertanyaan Ami.

"Secepatnya....Kak Rama akan melamar Teh Puput. Tapi Ami jangan bilang-bilang sama siapapun ya...ini rahasia kita." Rama mendekatkan wajah sambil menyimpan telunjuk di bibir.

"Ashiapp....rahasia dijamin aman, Kak. Tapi kalau gak keceplosan ya....ehehehe." sahut Ami sekenanya.

Ucapan-ucapan polos Ami selalu saja mengundang tawa. Komunikasi jarak jauh yang benar-benar menghibur untuk Cia dan Rama.

"Kasih uang jajan dong, Kak. Biar remnya pakem. Sekalian buat aku juga." Cia merayu sambil mengerja-ngerjapkan mata.

"Dih...itu sih modusnya kamu." Rama mencibir. "Iya nanti ditransfer." Tak urung akan menuruti meski Cia punya penghasilan sendiri dari bisnis jaringan counter ponsel yang sudah tersebar di Jabodetabek, tetap saja ia adalah adik pada umumnya yang suka bermanja minta uang jajan.

"Ami....titip salam sama Ibu Sekar ya." Rama berniat menyudahi sambungan video itu. Sudah jelas kabar Puput sekarang yang tengah ada di Jawa Tengah.

"Iya, Kak. Sama Teh Puput mau nitip salam juga, nggak? Sekalian biar free ongkir."

Rama tergelak. Bisa-bisanya Ami menganalogikan paket salam seperti belanja on line. Andai ada di dekatnya pengen sekali menguyel-nguyel pipi anak itu. Gemas. Sudah pasti Cia juga tertawa lepas.

"Iya. Sekalian salam buat Teh Puput."

Keheningan kembali menyelimuti. Sambungan video sudah berakhir dengan ucap salam dari Ami. Rama beralih membuka lagi chat dari Puput. Bukan tertarik dengan kalimat ucapan terima kasihnya. Tapi terkesan dengan emot 🤗.

Apakah ini artinya Puput sudah mulai ada perasaan....

Rama menduga-duga. Membayangkan lagi kebersamaan selama dua hari bersama Puput. Ia menilai sikap mojang Ciamis itu masih biasa saja.

Tapi emot itu....

Rama mengangkat bahu. Menyerah menerka akan maksudnya Puput.

...***...

Sehari semalam berada di Banyumas. Menyaksikan sahabatnya dilamar, membuat Puput tulus turut merasakan kebahagian. Kedua keluarga Novia dan Adi resmi menentukan tanggal pernikahan di bulan Juli.

Tiba di rumah minggu sore, langsung mandi karena gerah dan lelah usai perjalanan 3,5 jam lamanya.Puput yang sudah segar menghampiri Ibunya di dapur.

"Gimana acaranya lancar, Teh?!" Ibu sudah tak sabar ingin mendengar cerita si sulung yang berani menyetir ke Banyumas membawa Via dan keluarga pamannya Via. Dimana selama di Ciamis ini Via tinggal bersama pamannya tersebut.

"Alhamdulillah lancar dan sukses, Bu. Nikahnya nanti Juli, untuk tanggalnya nanti nyusul." Puput menyendok nasi dan lauk ke dalam piring. Memilih makan di dapur sambil menemani ibunya membungkus ikan dengan daun untuk dipepes.

"Syukurlah. Kalau udah ada calonnya jangan dilama-lamain. Godaan pacaran itu berat. Dekat dengan maksiat Makanya agama melarang pacaran tapi cukup ta'aruf." Ibu menyusun ke dalam langseng (dandang) bungkusan pepes ikan yang sudah diberi taburan daun kemangi, daun salam, serta serai sebagai pelengkap agar pepes ikan lebih harum dan lezat.

"Ibu dulu sama Ayah emang gak pacaran?!" Puput mencomot kerupuk emping untuk melengkapi isi piringnya.

"Dulu pertama kali ketemu Ayahmu pas lebaran. Beliau kan tinggal di Bekasi, merantau sama orangtuanya. Mudik ke sini ke rumah neneknya. Ayahmu ngajak kenalan dan minta nomer telepon rumah. Dulu kan masih jarang orang punya hape. Hanya kalangan tertentu. Eh....seminggu kemudian mulai deh dia telpon basa basi. Besoknya lagi dan lagi tiap jam 8 malam. Padahal interlokal, pasti bayar teleponnya jebol deh." Ibu terkekeh mengingat penjajakan almarhum suaminya dulu.

"Yaa kan cinta itu butuh pengorbanan dan perjuangan." Puput menimpali sambil mulut penuh mengunyah nasi lauk.

"Dua bulan kemudian datang ke rumah dan bicara serius sama Abah dan Mamah. Bukan untuk melamar tapi ngajak nikah. Ibu sampai kaget." Ibu terkekeh membayangkan kenangan masa gadis dulu. Menyimpan langseng yang sudah penuh pepes ke atas kompor gas dan dinyalakan.

"Ibu langsung terima?!" Puput makin antusias. Menunda gelas yang siap minum untuk mendengar dulu jawaban ibunya.

"Ya enggaklah...Ibu juga takut meskipun sebenarnya udah ada rasa suka saking seringnya ayahmu telpon Ibu." Ibu tersenyum mesem.

Puput memperhatikan wajah Ibu yang merona. Menjadi tertular ikut mesem juga.

"Ibu minta waktu dua mingga buat ngasih jawaban. Ibu gak mau gegabah. Istikharoh dulu...terus Abah nyari info dulu tentang kelakuan ayahmu di Bekasi. Abah udah kenal sama orangtua dan neneknya ayahmu karena asli orang Ciamis."

"Kurang dari 2 minggu Ibu udah ngasih jawaban. Dua bulan kemudian nikah deh." Ibu menutup cerita dengan wajah semringah. Beralih menatap Puput dengan penuh kelembutan.

"Nanti kalau ada yang melamar Teteh dan latar belakangnya baik jangan ditolak lagi ya, Teh. Umur Teteh udah mateng buat membina rumah tangga." Bicara tema pernikahan menjadi hal sensitif buat Puput. Makanya Ibu menyampaikanya dengan halus. Gak bisa dengan memaksa.

"Nanti lah, Bu...itu mah gampang. Aku pengen adik-adik bisa mandiri dulu. Minimal Aul udah lulus kuliah dan bekerja."

"Kalau nikah kan aku harus nurut suami. Gimana kalau nanti suami kerjanya di luar kota dan harus ikut pindah. Ah....ngebayanginnya aja belum siap....apalagi ngejalaninya." Puput menggelengkan kepala. Teringat janjinya yang terucap secara pribadi kepada almarhum ayahnya di saat kritis. Bahwa akan membantu Ibu dan menjaga adik-adiknya sampai bisa mandiri.

Kedatangan Ami yang baru pulang mengaji dari masjid dijemput Zaki, menghentikan dialog ibu dan anak itu.

"Ibu aku lupa. Ada salam dari Kak Rama buat Ibu sama Teteh." Ami lalu membuka kulkas. Mengeluarkan setangkai anggur sisa oleh-oleh.

"Memangnya ada Param eh Kak Rama di rumah Enin?!" Sahut Puput sambil meminta dua butir anggur. Ia tahu jika Ami diajak Cia menginap.

Ami menggelengkan kepala. "Kak Cia video call an sama Kak Rama. Aku ikutan juga. Dan ini...." Ami dengan pipi yang menggembung bulat karena memasukkan sebutir anggur belum digigit, mengeluarkan dua lembar uang warna merah dari saku roknya.

"Aku dikasih uang jajan sama Kak Rama. Ditransfer lho Teh uangnya ke Kak Cia." Ami bercerita dengan berbinar. "Teh, aku punya rah------ eh keceplosan," sambungnya sambil membekap mulut. Terkaget sendiri.

"Punya apa?! Hayoh harus cerita!" Puput memelototkan mata menatap tajam Ami yang kini cengengesan.

"Biasa aja atuh, Teh. Jangan galak-galak." Ledek Ami sambil memberikan uang jajan 200 ribunya itu ke Ibu untuk disimpan.

"Aku punya boneka. Tadi siang jalan-jalan dulu ke mall Tasik makan pizza sama beli boneka panda yang gede." Lanjut Ami. Memberi tahu jika bonekanya ada di kamar Ibu yang sekaligus kamarnya juga.

"Ami yang minta atau beneran dikasih?!" Puput ingin memastikan.

"Beneran dikasih, Teh. Kan kata Ibu gak boleh minta. Kalau dikasih ya diterima." sahut Ami serius. "Terus gimana ini salamnya diterima nggak?! Aku kan kurirnya," sambungnya menatap silih berganti ibunya dan kakaknya.

"Wa'alaikumsalam. Salam balik juga sama Kak Rama." Ibu lebih dulu menyahut.

"Teteh?!" Ami menatap punggung Puput yang kini tengah mencuci piring kotor.

"Idem---" jawab Puput singkat.

"Mana ada salam jawabnya idem." Protes Ami lalu menghampiri dan ikut berdiri di samping sang kakak. Membantu mengucurkan piring yang udah disabuni ke air keran.

"Iya....wa'alaikumsalam."

"Mau salam balik nggak?! Tenang....free ongkir kan salamnya dua."

"NGGAK!"

"Ihh si Teteh pelit." Ami mencipratkan air ke muka Puput. Segera berlari sambil cekikikan sebelum mendapat omelan dan pelototan kakaknya itu.

...***...

Puput berdiri dengan raut gelisah di parkiran motor. Menunggu Via yang baru tiba belakangan dan tengah memarkirkan motor.

"Via....gawat-gawat!" Puput mencengkeram lengan Via yang baru menghampirinya dengan mimik serius.

"Gawat apa sih. Pagi-pagi udah bikin horor." Via menatap dengan penuh keheranan. Seperti biasa, senin harus sudah kumpul lebih awal di ruangan karena akan ada rutinitas briefing dipimpin oleh manajer.

"Coba deh lihat chat balasan aku ke Param. Aku kirim emot itu. Kirain biasa aja maknanya. Ternyata dalem juga ya...." Puput memperlihatkan ponselnya. Semalam saat Ami meminjam ponselnya, ia mendengar si bungsu bisik-bisik dan cekikikan bersama Aul dan Zaky yang semuanya berkumpul di ruang keluarga. Ternyata sedang membahas emot balasan chat ke Rama.

Puput memang membebaskan adiknya menggunakan ponselnya. Toh tidak ada isi yang privasi. Berlaku juga untuk Aul dan Zaky untuk saling terbuka. Apalagi setelah ketahuan saat Zaky SMP kelas 9 , menyimpan video dewasa kiriman teman sekolahnya.

"Witwiw....udah mulai mesra nih yee." Tadi malam Zaky langsung menggodanya.

Puput dengan polos mencibir. "Itu emot biasa karena seneng dikasih bonus. Malah heboh. Dasarrrr."

"Ihh si Teteh masih aja jaga gengsi ternyata. Ami aja anak kecil ngerti. Itu emot mengandung ungkapan perhatian dan kasih sayang." Ledekan Aul tadi malam.

Membuat Puput beralih masuk ke kamar sambil membawa ponselnya. Penasaran langsung cek google.

🤗 Arti dan Deskripsi

Ini adalah wajah tersenyum dengan pipi kemerahan. Kedua tangan terbuka dan dapat digunakan untuk mengungkapkan rasa terima kasih, cinta, perhatian, kehangatan, pelukan, atau kelucuan. Itu juga akan digunakan untuk mengungkapkan sambutan dan kasih sayang.

"Via...aku mesti gimana nih. Klarifikasi atau gimana. Haduuhhh aku jadi enak hati. Nanti Param bisa ngira aku cewek gimana gitu---" Puput menggosok-gosok telapak tangan sambil bergerak mengitari Via yang berdiri di sampingnya.

"Diem atuh, Siput. Lieur (pusing) ih!" Via menegur Puput yang seperti cacing kepanasan itu.

"Kamu tenang dong. Ini kan chat seminggu yang lalu. Param ada complain nggak?!" dengan sabar Via menenangkan sahabat yang diberinya julukan baru. Miss Lola.

Puput menggelengkan kepala. "Nggak ada."

"Tuh kan si doi aja gak protes. Bisa jadi malah happy dapat emot itu. Kenapa kamu mesti panik. Udah yuk ah masuk!" Via menarik tangan Puput yang sepertinya belum puas mendapat sarannya.

Konsentrasi Puput tidak sepenuhnya memdengarkan ucapan Pak Hendra. Pikirannya bercabang pada sang owner RPA yang kini membayang di pelupuk mata. Mengingat wajahnya, membuat badan Puput menegang dengan jantung yang bertalu tak beraturan.

"Astagfirullah---" Menggelengkan kepala. Segera ditepisnya bayangan wajah yang tengah tersenyum padanya saat menjamu klien makan siang di hotel T.

Tepat jam 8 pagi briefing usai. Bersamaan dengan itu ponsel di atas meja dalam mode silent, menyala layarnya.

"Haduuuh, Param telpon!" Mulut Puput tanpa suara dengan mata membelalak. Padahal baru saja tarik dan hembuskan nafas untuk menetralisir rasa tegang dan gelisahnya. Kini jadi tegang lagi.

Aduh, kenapa jadi mules. Kacau-kacau...

Puput memegang perutnya yang melilit. Dorongan ingin ke toilet yang tiba-tiba, tidak bisa ditangguhkan. Memilih mengabaikan dulu ponsel yang terus menyala dengan tertera nama Param.

"Put, mau ke mana?!" Via merasa aneh melihat Puput yang melangkah tergesa.

"Setor---" sahut Puput tanpa menoleh.

Aneh-ane aja Siput pagi ini. Setor kok keluar....bukannya ke ruang Pak Hendra.

Via geleng-geleng kepala dengan kelakuan absurd Puput. Beralih memperhatikan cincin yang tersemat di jari manisnya. Membuatnya kembali tersenyum semringah.

...***...

1
minah
bagusss banget dah ah ni novel kalo dikasih nilai nih nilainya 10000/100
Enny Ernawati
bagus
Desi Hari Wijaya
mbakkkk....cerita aul ama panji g da ???
Adib Abdulloh
nyes
murtinah salam
bagus bgt crtanya seperti di kehidupan nyata semangat thor
Nathaaaa
Luar biasa
Adib Abdulloh
mantap thoor,
Adib Abdulloh
nuhun thoor, hhhh, maaf dak ngerti artinya
Siti Arbainah
acil.. klo bhasa banjarnya kalsel artinya bibi atau tante
Siti Arbainah
pdhal mau duluan di panggil Allah krna tkut rahasianya kebongkar dluan ya kan.
Dyah Rachmawati
Luar biasa
***bulan****
Kecewa
***bulan****
Buruk
Nike Sulistiani
Luar biasa
yulia rachmawati
aku nge fans banget sm ami 😂, untuk ke 3 kali nya aku baca novel teh nia yg ini, gara gara ami nih 😂🤣
Nurhartiningsih
bca 1novel ttg ami.kok jadi ketagihan.aku suka.novel dg cerita ringan.konfliknya jg TDK berlebihan.jadi ketagihan buat baca novel2 yg lain
Oyah Karlinaa
ga bosen " baca nya seru pokok nya,,, banyak manfaat na 😘🙏
Kun Yulia
wuih.. hebat ... referensi dan pengalaman..
Kun Yulia
seru brooo... saya mantan bela diri juga walau hanya sebatas dasar2 kempo saat kuliah di tahun 1977..hehehe...eyang uti terbawa ceriteta ini... asyik jeng... menghibur tenan...
Mekha Lina
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!