Soya Pinkblack Wijaya, pewaris tunggal Wijaya Company yang berusia 18 tahun, adalah gadis ceria, cantik, dan tomboy. Setelah ibunya meninggal, Soya mengalami kesedihan mendalam dan memilih tinggal bersama dua pengasuhnya, menjauh dari rumah mewah ayahnya. Setelah satu tahun kesedihan, dengan dorongan sahabat-sahabatnya, Soya bangkit dan memulai bisnis sendiri menggunakan warisan ibunya, dengan tujuan membuktikan kemampuannya kepada ayahnya dan menghindari perjodohan. Namun, tanpa sepengetahuannya, ayah dan kerabat ibunya merencanakan perjodohan. Soya menolak, tetapi pria yang dijodohkan dengannya ternyata gigih dan tidak mudah menyerah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nancy Br Sinaga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27
"Begini sayang," ucap pria paruh baya yang ada diantara kedua saudara ipar itu yang tak lain adalah ayah Alex memotong kalimat yang akan dilontarkan ayah Soya.
"Perkenalkan, Om adalah Ayah Alex," sambil mengulurkan tangannya.
Soya yang selalu diajarkan tata krama oleh sang ibu menyambut dengan hormat uluran tangan tuan Kaivan Minari.
"Saya Soya," ucap juga memperkenalkan dirinya.
"Karena sebentar lagi kamu melaksanakan ujian nasional. Maka Om dan Ayah kamu sepakat untuk melakukan acara pertunangan antara kamu dan Alex."
Soya yang seakan tuli, ia mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali. Mencoba merasakan bahwa ia masih bernyawa belum berada di surga.
"Apa Om, Soya tidak dengar," ulang Soya.
"Kita akan bertunangan, suka atau tidak!" seru Alex dari arah belakangnya.
Soya berbalik dan melihat pria dihadapannya dengan mata bak pisau yang menusuk kapan saja. "Wah, ada hal sebesar ini kalian semua tidak mengatakan apapun pada ku. Astaga aku ini dianggap apa, boneka!" pekik Soya.
Seluruh keluarga termasuk Kevin terkejut mendengar pekikan Soya. Mereka yang tadinya merasa bahwa respon Soya tidak akan seperti itu cukup terkesima dengan amarah yang Soya tunjukkan.
Soya yang kesal langsung melepaskan nafasnya yang terasa menusuk di dadanya. Dia melipat bibir, menarik nafas pelan dan langsung berjalan ke arah vas bunga yang tak jauh darinya.
Suara pecahan vas besar yang tentunya harganya tak main-main itu membuat semuanya terkejut. Bahkan ibu tiri Soya yang memegang tangan sang anak kuat.
"Ada apa itu?"
"Tentu Soya sedang mengamuk Mi. Lagian kenapa bukan aku aja sih yang bertunangan dengan Alex."
"Kamu bisa diam tidak. Jika kamu ingin kita tetap hidup nyaman. Jangan melakukan apapun yang akan membuat Papi kamu marah."
Wanita yang bernama Amara yang tak lain kakak tiri Soya itu mencebik kesal. Di dalam benaknya masih mempertanyakan kenapa harus Soya yang menikah duluan kenapa bukan dia.
"Soya!" ucap Mommy Rima mencoba menenangkan sang keponakan.
"Kita bicarakan ini baik-baik, ya sayang?" rayu Mommy Rima.
Bagai kehilangan pendengarannya, Soya kembali berjalan sambil melepas kedua sepatunya. Tak mendengar perkataan Mommy Rima.
Satu lagi vas besar jatuh tak berharga di depan tubuh Soya. Dengan kaki tanpa alas Soya melangkahkan kakinya sambil menginjak pecahan itu beberapa kali dan berjalan menuju dimana sang ayah tengah berdiri.
"Apa darah yang tercecer itu kurang. Apa setelah Bunda pergi dan ayah tak lagi bisa mengurusku itu juga kurang. Kurang Ayah menyiksaku selama ini dan Bunda selama ini!" jerit Soya.
Tuan Rahadian yang tak mengira jika Soya akan kembali menyakiti dirinya sungguh tak dapat berkata apa-apa. Sedangkan seluruh manusia yang berada disana terdiam. Sedangkan Alex menatap iba pada gadis itu, Alex yak menyangka jika acara yang digadang-gadang akan berjalan baik. Justru sangat menyakiti hati gadis itu. Entah rasa sakit seperti apa yang sudah Soya lalui.
"Soya," panggil Alex.
"Kenapa kau suka melihat ini, inilah aku. Soya si gadis urakan yang tak punya rasa takut. Tidak bisakah kamu memikirkan sedikit saja perasaan aku. Apakah hanya perasaan kalian saja yang penting disini!" pekik Soya.
Mommy Rima yang takut jika jantung Soya akan berdetak tidak normal karena emosi yang tak bisa anak gadis itu kontrol langsung mendekapnya erat dan terus memeluk remaja yang lebih tinggi darinya itu.
"Sudah sayang, ya. Kita bicarakan ini baik-baik. Maaf, Mom sudah berusaha membujuk Daddy dan Ayahmu. Tapi mereka.. "
"Mana cincinnya?" ujar Soya menatap dingin wanita dihadapannya.
"Apa maksud kamu?" tanya Nyonya Rima.
"Kalian ingin aku bertunang, dimana cincinnya?" tanya Soya kembali.
Alex yang tak ingin melihat Soya semakin marah. Mengulurkan sebuah kotak berwarna coklat dengan cincin pasangan yang ada di dalamnya. Entah akan diapakan cincin itu, Alex sudah tidak peduli, dengan terburu-buru Soya melepas satu cincin dan memasangnya di salah satu jari tengahnya.
"Kalian puas! seru Soya.
Duh makin penasaran nih kelanjutannya.