Suami Misterius

  Jam 3 pagi akhirnya Jazzy Hao dan Lao Ren kembali ke kota Hangzhou. Tak lama setelah mereka tiba, Nickta Mo yang di ikuti oleh beberapa orang di belakangnya juga datang.

   "Bagaimana?" tanya Jazzy Hao.

"Semua sudah di lakukan dengan baik!" Jawab Nickta Mo.

  "Baik!" Jazzy Hao mengangguk puas. Kemudian berkata, "Adikku dalam keadaan kurang terawat, jadi mohon rawat dia beberapa waktu. Ingat untuk tidak mencabut jarum yang ada di lehernya!"

 Jazzy Hao memperingatkan Nickta Mo.

"Baik, aku mengerti!"

  Nickta Mo mengangguk paham, kemudian dia membawa adik Jazzy Hao ke kamar mandi.

   "Keluarga Hao, kalian pasti membayar mahal nantinya!" Jazzy Hao bergumam kecil.

  Bersamaan dengan itu, banyak sirine dari mobil pemadam kebakaran berlalu lalang di kota Hangzhou yang membangunkan banyak orang. Tentu saja, Jazzy Hao tidak perduli soal itu.

  Saat ini dia sedang mencicipi anggur yang ada di atas meja sambil terus merokok.

  "Tuan, apa tuan ingin di pijat?" Salah satu anak buah Nickta Mo bertanya pada Jazzy Hao.

Wanita ini berusia 20 tahun, termasuk yang termuda di kelompok Nickta Mo.

  Jazzy Hao mengamati wanita ini dari atas ke bawah lalu mengangguk. "Baik, kebetulan aku sudah lama tidak di pijat." Jazzy Hao berkata.

 Lao Ren juga sangat paham akan kondisi, jadi dia menyiapkan kamar untuk mereka berdua.

  "Tuan, disini ada kamar khusus untuk tuan Jazzy, jadi lebih baik pijat di sana!" ucap Lao Ren.

 "Baik, pimpin jalan!" Jazzy Hao berkata datar.

   Akhirnya mereka pun di antar di salah satu kamar yang cukup luas, setelah itu Lao Ren pergi.

 Wanita itu juga tidak merasa sungkan sama sekali, lalu dia pun mengambil inisiatif membuka bajunya dan hanya menyisakan bra tipis transparan di tubuhnya.

 Sementara Jazzy Hao sedang berbaring tengkurap di atas kasur tanpa menggunakan apapun.

 "Tuan, silahkan berbalik!" wanita itu berkata setelah 15 menit memijat punggung Jazzy Hao.

   Jazzy Hao juga dengan patuh berbalik, kemudian dia melihat wanita ini ternyata sudah tidak menggunakan busana apapun.

  Dengan tubuh mungil, payudara yang tidak terlalu besar, kulit putih langsing. Ini membuat kejantanannya bereaksi.

   Wanita itu juga seolah paham dengan keinginan Jazzy Hao, dia pun langsung berjongkok dan menghisap kejantanan yang sudah berdiri tegap.

 Jazzy Hao juga tidak diam, dia memainkan payudara wanita itu dan meremasnya dengan kuat.

   "Lakukan sekarang!" Jazzy Hao mendesak.

  Waktunya sudah hampir fajar, jika mereka masih bermain-main maka akan memakan banyak waktu.

  "Um!" Wanita itu sangat patuh lalu dia mulai mengambil alih tubuh Jazzy Hao seperti seorang penunggang kuda yang profesional.

  Tidak banyak percakapan apapun antara mereka berdua, hanya ada suara desahan.

  "Ahh!"

 "Ahh!"

  Desahan kedua orang terus-terusan terdengar di dalam kamar hingga satu jam kemudian baru suasana kembali tenang.

   Jazzy Hao membersihkan diri dengan tisu lalu berjalan keluar meninggalkan wanita itu yang masih dalam keadaan terbaring lelah.

   Melihat Jazzy Hao yang menghabiskan waktu satu jam di dalam kamar, Lao Ren mengacungkan jempol.

"Haha, tuan Jazzy memang luar biasa!" puji Lao Ren.

  "Jangan memujiku, itu tidak ada gunanya!" Jawab Jazzy Hao datar.

  "Haha baik, aku hanya iri saja!" Lao Ren berkata dengan penuh arti.

 "Jangan mengatakan hal-hal yang tidak perlu, cepat antar aku pulang!" Jazzy Hao berkata.

  Setelah kembali kerumah, Jazzy Hao membersihkan diri dan bergegas tidur.

. . .

Pagi harinya, negara jiangnan kembali heboh, lebih tepatnya berita lokal kota Hangzhou menjadi heboh karena beberapa keluarga ternama mengalami kebakaran dan meninggal dunia.

   Dengan kejadian yang terjadi dalam semalam, pihak keamanan sibuk mencari penyebab terjadinya kebakaran yang menyebabkan hilangnya nyawa.

  "Inspektur, bisakah memberikan keterangan pada media apa yang terjadi?"

  Salah satu pembawa berita mengarahkan mic ke salah satu polisi yang memimpin penyelidikan.

    Polisi itu berkata, "Kasus ini masih kami dalami untuk sementara waktu, untuk sementara kami menduga ini adalah konsleting listrik, tapi ada kemungkinan juga ulah seseorang meskipun itu kecil kemungkinan." ucapnya dengan serius.

     Di area lain, Kota Hao.!!

 Saat ini wanita tua dengan tulang rusuk yang patah di beberapa bagian, sedang tidur di atas kasur rumah sakit.

   Dari arah lain juga terlihat beberapa petugas polisi yang sedang meminta keterangan.

  "Nona Vye, tolong kerjasamanya. Kami menemukan penjara bawah tanah dan beberapa mayat di bawah, jadi kami butuh keterangan!"

  Polisi itu membawa kertas dan pulpen yang terlihat sibuk mencatat.

 "Aku tidak tahu soal penjara bawah tanah, aku ini hanya perawat menjaga pasien." Wanita itu mengelak.

   Polisi kembali bertanya, "Apakah ada keterlibatan keluarga Hao di balik ini semua?"

  "Tidak tahu." Wanita itu berkata, "Pak polisi silahkan pergi, aku ingin istirahat.

. . .

  Di sisi lain, Kediaman keluarga Hao!

"Cepat selidiki apa yang terjadi, bagaimana bisa orang-orang yang di tahan di penjara bawah tanah melarikan diri? Cari tahu juga siapa yang membunuh Li Hao!"

  Duan Hao, selaku kepala keluarga Hao benar-benar naik pitam kali ini.

   Meskipun selama ini mereka tidak tersentuh hukum, tapi itu karena tidak ada bukti nyata tentang keterlibatan keluarga Hao dalam berbagai kasus.

Tapi jika ada bukti, atau ada yang mau bersaksi bahwa keluarga Hao melakukan kekerasan dan memenjarakan orang lain secara ilegal, maka mereka akan berurusan dengan hukum, mereka harus mengeluarkan uang banyak agar bisa lepas dari itu.

Namun, bukan uang yang keluarga Hao khawatirkan, melainkan citra mereka akan buruk.

"Tuan Duan, dari hasil penyelidikan kami, Li Hao mati di tembak menggunakan pistolnya sendiri. Selain itu, ada jarum perak yang masih menancap di pergelangan tangannya." Wanita dengan wajah di tutupi kain berkata.

Alis Duan Hao mengkerut. "Lalu apa lagi?" tanyanya.

"Ini tuan.." Wanita itu tampak ragu.

Duan Hao melirik wanita itu dengan dingin, menandakan untuk melanjutkan.

"Aku melihat teknik jarum perak yang di gunakan, itu seperti berasal dari keluarga Hao." ucap wanita itu dengan ekspresi takut.

Ledakan!

"Brengsek, siapa yang berkhianat pada keluarga Hao!"

. . .