NovelToon NovelToon
RAMALAN I’M Falling

RAMALAN I’M Falling

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Enemy to Lovers
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Tinta Selasa

Soraya adalah gadis paling cantik di sekolah, tapi malah terkenal karena nilainya yang jelek.
Frustasi dengan itu, dia tidak sengaja bertemu peramal dan memeriksa takdirnya.

Siapa sangka, selain nilainya, takdirnya jauh lebih jelek lagi. Dikatakan keluarganya akan bangkrut. Walaupun ada Kakaknya yang masih menjadi sandaran terahkir, tapi Kakaknya akan ditumbangkan oleh mantan sahabatnya sendiri, akibat seteru oleh wanita. Sementara Soraya yang tidak memiliki keahlian, akan berahkir tragis.

Soraya jelas tidak percaya! Hingga suatu tanda mengenai kedatangan wanita yang menjadi sumber perselisihan Kakaknya dan sang sahabat, tiba-tiba muncul.



Semenjak saat itu, Soraya bertekad mengejar sahabat Kakaknya. Pria dingin yang terlanjur membencinya. ~~ Bahkan jika itu berarti, dia harus memaksakan hubungan diantara mereka melalui jebakan ~~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tinta Selasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 27

“Motor Kak Sean gimana?” Tanya Soraya, setelah lebih dari setengah perjalanan.

“Tidak usah dipikirkan.”

Tentu saja mereka tidak bisa naik motor yang berbeda saat ini, mengingat luka dan keluhan Soraya di seluruh tubuhnya. Jadi Sean hanya bisa mengalah, meninggalkan motornya untuk dititip dan mengendarai motor Soraya.

Mereka langsung singgah ke apotek, dan membeli obat untuk luka Soraya. Melihat luka goresan yang dalam, dan bagaimana itu sempat terendam di air yang becek dan kotor, Sean bahkan tanpa segan meminta pegawai apotek untuk membantu membalut. Tentu saja itu bukan bantuan yang mudah, karena dia harus membayar lebih untuk itu.

Namun Sean tetap memilih opsi itu. Dia lebih memilih mengeluarkan uang, daripada harus merawat langsung luka Soraya. Dia takut akan ada banyak drama, jika dia yang melakukannya sendiri.

Dan untungnya itu keputusan yang tepat. Saat Soraya yang manja merasakan perih oleh alkohol, dia dengan refleks menarik rambut sang pegawai. Membuat suasana sedikit heboh.

Jadi setelah selesai membayar lebih, Sean pun harus meminta maaf. Namun saat itu dia sudah lega, berpikir akan menelpon Rafael untuk menjemput adiknya itu. Tapi betapa sial, ketika ponsel Rafael tidak bisa dihubungi.

Meski sempat sangat kesal, Sean masih tetap tenang di permukaan. Dia mengambil langkah paling waras, yakni akan mengantar Soraya kembali ke rumahnya. Berpikir dia bisa kembali dengan taksi atau apapun nanti.

Tapi Soraya yang sedang kabur dari rumah, jelas tidak mau kembali seorang diri. Dia ingin dijemput, terutama oleh Rafael. Dia ingin memiliki seseorang untuk membelanya, saat berhadapan dengan Ros.

Inilah yang membuat perdebatan terjadi antara dirinya dan Sean, beberapa waktu yang lalu. Soraya bersikukuh tidak mau pulang, sementara Sean merasa trauma, hanya dengan membayangkan Soraya di sekitarnya lebih lama.

Jadi untuk hal ini dia tidak mau diganggu gugat. Mempertegas keputusannya, Sean berkata bahwa dia akan meninggalkan Soraya sendirian jika tidak mau diantar pulang. Tapi Soraya yang keras kepala, mengangguk mengiyakan. Baginya lebih baik di luar sendirian, daripada pulang-pulang, tidur, bangun, dan sudah pindah negara.

*Siapa yang tahu, bahwa Gamma akan membius dan mengirim aku pergi, seperti di film-film*. Pikir Soraya.

Sementara Sean yang tidak tahu peperangan di benak Soraya, merasa bahwa gadis itu seratus persen sengaja merepotkan. Dia tidak mau bertanya alasan, dan Soraya tidak mencoba menjelaskan. Maka sepakat lah keduanya, untuk berpisah jalan.

Sean berdiri di pinggir jalan untuk menunggu ojek pesanannya, sementara Soraya masih duduk di teras Apotek. Bagi Sean, Soraya memang tampak aneh dalam diamnya, setelah melakukan banyak drama sebelumnya.

Sementara Soraya, dia tidak diam dengan sengaja. Seperti tersinggung atau merajuk dengan Sean yang memutuskan untuk pergi. Dia banyak diam karena berhati-hati, takut akan membuat masalah dalam bicara. Padahal jauh didalam lubuk hatinya, dia merasa berterima kasih kepada Sean. Mulai dari maaf pria itu, hingga pertolongan yang bertubi-tubi.

Tapi seperti biasa, mulutnya sedikit pahit oleh gengsi, membuatnya kesulitan berterima kasih. Tapi begitu, dia bertekad akan mengganti uang yang dikeluarkan Sean untuknya.

Jadi saat ojek pesanan Sean datang, Soraya mengambil langkah mendekat. Sean yang melihat Soraya mendekatinya, merasa was-was. Tidak mau jika Soraya mencoba menghentikannya, Sean dengan cepat menaiki motor itu, membuat tukang ojek juga kaget.

“Kak Sean, *don't worry* ya. Aku bakalan ganti semua uang Kak Sean, pokoknya tiga kali lipat. Jangan takut, oke.” Ujar Soraya dengan mengangkat tiga jarinya dengan bangga.

Mendengar ini, tukang ojek menengok ke arah Sean dengan heran. Tapi jangankan tukang ojek, Sean saja bingung harus bereaksi seperti apa sekarang.

“Nggak usah malu.” Ujar Soraya lagi. Dipikirnya Sean malu menerima bentuk ucapan terima kasih darinya yang bernilai tiga kali lipat, jadi Soraya dengan wajah pengertiannya mengatakan hal itu.

Penampilannya yang berantakan dengan baju basah yang hampir mengering di tubuh, perban melingkar di lutut, dan kaki yang tidak bisa berdiri tegak akibat terkilir, membuat Soraya tampak sangat kasihan di permukaan. Tapi senyumannya yang bangga, dengan dagu terangkat tinggi, sangat kontras, hingga membuat aura angkuhnya memancar.

Melihat hal ini, Sean mengambil keputusan bahwa gadis itu baik-baik saja dan bisa ditinggal. Baginya, selama gadis itu masih sombong, maka bukan masalah.

Jadi Sean hanya mengangguk mengiyakan. Apapun itu terserah saja pikirnya, yang penting segera pergi. Dia menepuk pundak tukang ojek tanda untuk jalan.

“Jalan Pak?”

“Pak, pok, pak, pok. Yang *fresh* gini dibilang pak, ada-ada aja. Situ yang bapak-bapak!” Potong Soraya pada ucapan tukang ojek.

Mendengar pertanyaannya pada Sean dipotong dengan kebenaran, Bapak tukang ojek sedikit syok dibuat. Dia kembali menengok ke belakang, mendapati Sean yang juga sama syoknya. Bedanya seperti yang dikatakan Soraya, syok Sean tidak mengurangi ketampanannya.

“Ah iya dek, abang di belakang emang fresh, nggak layak dipanggil pak.” Ujar tukang ojek, sambil mengangguk masam.

Mendengar ini, Soraya mengangguk mantap. Dia adalah generasi yang sensitif terhadap panggilan, jadi senang bisa membenarkan apa yang salah menurutnya.

Dia mengangkat kedua alisnya pada Sean dengan senyuman penuh, seolah-olah baru menyelesaikan masalah pria itu.

Sean yang mendengar dan melihat semua ini, memalingkan wajahnya yang memerah di dinginnya malam. Sungguh, itu tadi adalah salah satu momen paling canggung dalam hidupnya.

Melihat Sean tidak mau menatapnya lagi, Soraya tetap mengangkat tangan melambai. Dia tidak yakin apa yang akan dilakukannya setelah ini, tapi dia puas memiliki interaksi dengan Sean meski tidak terencana. Dia puas telah membela ketampanan pria itu, dan merasa Sean pasti berhutang budi padanya.

Meski Sean tidak mengatakan apapun, sang tukang ojek meninggalkan klakson bagi Soraya.

“Bang, cewek Abang kah?” tanya tukang ojek, masih sambil melihat spion. Pertanyaan spontan ini muncul, melihat Soraya masih melambai di belakang.

Sean yang baru bisa sedikit santai, jelas terkejut. Dia memalingkan wajahnya ke sisi lain bersiap untuk protes.Tapi disaat itulah, dia melihat bayang Soraya dari spion. Bayang yang mengecil itu, setia melambaikan tangan, membuat alis Sean mengernyit dalam.

“Anak itu tidak waras.” Pikir Sean yang terucap.

Mendengar ini, jelas saja tukang ojek ikut nimbrung. “Wesh lah, masa cantik-cantik begitu dibilang tidak waras. Itu tadi adeknya cantik sekali, kek boneka, ee apa namanya bang …?”

“*Annabelle*.”

“Ya, ya, *Annabelle*. Si cantik gaun kuning, di pilem Biuti en de bist. Favorit anak saya itu.”

Sean mengernyit sebentar. Tidak pernah diingatnya *Annabelle* horor menggunakan gaun kuning, dengan seri film seperti itu.

Atau Kecuali, “*Beauty and the beast*?”

“He’e iya, sama aja.”

Mendengar ini, Sean mengusap wajahnya. Jelas percakapan mereka tidak searah. Keinginannya untuk sedikit mengatai Soraya, dipatahkan karena imajinasi sosok yang berbeda.

Namun sang tukang ojek, tampak masih tidak habis pikir dengan keacuhan Sean pada gadis secantik dan sebaik Soraya. Dia mulai bertanya, apa Soraya tinggal di ruko apotek tadi? Jelas saja Sean menggeleng.

Mendengar ini, si tukang ojek terkejut. Dia langsung membagi sudut pandangnya pada Sean, sebagai seorang pria dan juga Ayah.

“Bahaya juga ta, gadis seperti adek tadi balik sendirian di jam begini. Wah, sebagai Bapak-bapak yang punya anak perempuan, kok saya jadi takut yah.”

Mendengar ini, Sean membuang pandangannya jauh. Bahkan jika dia tidak mengakui, dan masih berpikir untuk mengatai gadis itu, nyatanya dia juga tidak tenang.

Tapi dia mencoba menyangkal semua itu, dengan tidak mau memikirkan apapun. Sialnya, bapak tukang ojek tidak mau berhenti bicara mengenai Soraya, membuat Sean tertekan sampai ke jiwa.

Jadi setelah perjalanan hampir sepuluh menit, Sean akhirnya menepuk pundak pria itu.

“Balik ke tempat tadi.” Katanya dingin. Sebenarnya kedinginan ini dibungkus rasa malu. Malu karena dia tetap kembali, setelah mencoba menjadi tidak berperasaan.

1
Esti Purwanti Sajidin
wedewwww lanjut ka sdh tak ksh voteh
Nixney.ie
Saya sudah menunggu lama, cepat update lagi thor, please! 😭
Ververr
Aku udah rekomendasiin cerita ini ke temen-temen aku. Must read banget!👌🏼
Oralie
Masuk ke dalam kisah dan tak bisa berhenti membaca, sebuah karya masterpiece!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!