Aku Richie, pria jomblo tampan, kaya raya yang tak mau menikah. Ayah ku memaksa aku menikahi Alya, gadis cantik yang sabar, tegar dan keras hati.
Entah sejak kapan Alya mencintai ku aku tak tahu. Aku sangat membenci nya, Aku ingin ia hidup tersiksa bersama ku.
Ku pikir, menghadirkan Farah, sebagai kekasih bayaran untuk merusak rumah tangga ku akan membuat ia pergi dan minta cerai dari ku.
Tapi Aku salah. Aku justru terperangkap oleh drama yang ku buat sendiri.
Kehadiran Mario yang sangat tergila-gila pada istri ku membuat hati ku tak rela melepaskan Alya.
Benih-benih cinta yg mulai tumbuh di hati ku, justru membuat aku menderita.
Aku tak yakin, Alya sanggup bertahan dari godaan Mario.
Haruskah ku biarkan cinta Alya direbut oleh Mario yang berpredikat play boy?
CUSSSS,, BACA NOVEL NYA !!!
Jangan lupa, pantau juga karya ku yang lain y 🤗
SUBSCRIBE, LIKE, KOMEN,VOTE ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ Jika kamu suka y 🤗
Bantu support with GIFT Biar Author tetap semangat ❤️❤️❤️🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAKAN SIANG BARENG MARIO
Hari ini, setelah melepas kepergian ayah yang berangkat dengan supir pribadi ke bandara, aku dan Alya segera berangkat ke perusahaan properti milik ayah untuk menghadiri meeting.
Disana, aku dan Alya saling beradu pendapat dan mengeluarkan ide dengan beberapa staf ahli yang akan turun tangan mengerjakan proyek perumahan real estate itu, termasuk Mario yang ikut hadir sebagai salah satu investor.
Kehadiran Mario cukup membuat konsentrasi ku sedikit terganggu, Mario seringkali mencuri pandang pada Alya yang tampak fokus selama rapat berlangsung.
Setelah rapat usai, aku yang tengah sibuk berbicara dengan salah seorang arsitek, tanpa sengaja melihat Mario mendekati Alya yang tengah sibuk merapikan bermain ponsel di meja rapat.
Entah apa yang sedang mereka bicarakan, kulihat Alya tersenyum dan tertawa dengan Mario. Darah ku langsung mendidih melihat keakraban mereka.
Ini lah hal yang tak ku ingin kan. Mario adalah lelaki yang bisa memanfaatkan segala keadaan demi mendapatkan keinginan nya.
"Maaf, saya tinggal sebentar." ucap ku pada arsitek yang ada di hadapan ku.
Arsitek itu tersenyum dan mengangguk.
"Silahkan pak Richie." arsitek itu pun mempersilahkan aku untuk pergi.
Aku pun berjalan mendekati mereka perlahan dan menguping pembicaraan mereka.
"Selain hobi makan, aku juga hobi main musik." ucap Mario tersenyum riang pada Alya.
"Oh ya, kamu bisa main alat musik apa?" tanya Alya pada Mario.
"Aku bisa main piano dan juga gitar." jawab Mario tertawa renyah.
"Waw, aku suka kedua alat musik itu. Apa kamu bisa bernyanyi?" tanya Alya girang.
"Hmm, sedikit. Aku tidak terlalu mendalami nya. Aku hanya hobi, tapi lumayan lah sedikit bisa." sahut Mario agak pesimis dengan kemampuan nya.
"Lain kali, aku ingin mendengar mu bernyanyi sambil bermain alat musik." ucap Alya dengan mata berbinar-binar seolah menaruh harapan pada Mario.
"Tentu saja, aku akan bernyanyi spesial untuk mu." ujar Mario lagi mengedipkan mata nya pada Alya.
Aku menggeram marah. Andai saja ini bukan di kantor, sudah ku hajar bocah tak tau diri itu dengan tangan ku. Ia masih saja sempat menggoda istri ku.
"Alya, ayo kita pulang." ajak ku menahan emosi.
Mario dan Alya langsung kaget melihat kehadiran ku yang sudah ada di dekat mereka.
Aku menarik tangan Alya agar bangkit dari duduk nya di iringi senyuman miring dari Mario.
"Kenapa buru-buru kak Richie? Ini masih siang. Lebih baik kita makan siang bersama di cafetaria lantai bawah." ujar Mario menawarkan makan siang bersama di cafetaria yang ada di kantor itu.
"Kapan lagi kamu mentraktir kita semua yang ada disini makan siang." sindir Mario mengejutkan ku.
"Iya betul, kita makan siang bareng pak Richie." Beberapa staf yang masih tertinggal di ruang rapat terdengar bersorak sorai mendengar ucapan Mario.
Sejenak aku terdiam. Mario benar-benar pintar memanfaatkan suasana.
"Hm, baiklah. Ayo kita makan siang bersama. Aku akan mentraktir kalian semua." aku terpaksa mengalah demi menjaga wibawa ku.
"Horee...!" Sorak sorai para staf terdengar riuh memekakkan telinga.
Seringai dingin mencuat di bibir Mario saat aku menggandeng tangan Alya dan berjalan melewati Mario tanpa lupa menyenggol sedikit bahu nya menunjukkan rasa kesal ku.
Mario mengiringi langkah ku dari belakang. Entah apa yang ia perbuat aku tak peduli. Ku sadari Alya sesekali melihat kebelakang hanya sekedar melihat Mario yang selalu mengiringi langkah kami berdua.
"Jangan lihat dia. Apa kau begitu tergila-gila pada nya?" rasa cemburu ku menyeruak karna Alya tampak salah tingkah saat ku gandeng di depan Mario.
"Kau aneh. Aku cuma kasihan dengan nya. Dia sering tertekan karna sikap mu yang cemburu tak menentu." ujar Alya setengah berbisik.
"Cemburu? Aku tidak cemburu!" aku menutupi perasaan ku pada Alya.
"Kalau tidak cemburu, kenapa kau terlihat marah?" tanya Alya pelan nyaris tak terdengar.
"Aku tidak marah, bukti nya aku mengikuti ucapan nya. Aku mentraktir semua orang untuk makan siang." jawab ku menahan kekesalan ku agar tak terlihat di mata Alya.
Alya tertawa tertahan mendengar ucapan ku. Ia seolah meledek ku yang terpaksa mengikuti kemauan Mario.
"Kurasa, di kantor kau tak perlu menggandeng ku seperti ini. Aku tak enak jadi bahan perhatian orang." Alya berbisik lagi pada ku.
Aku tertegun mendengar ucapan nya. Ku perhatikan ke sekeliling ku, ia benar, ada beberapa dari mereka yang memperhatikan kami berdua sambil tersenyum-senyum tak menentu.
"Aku tak peduli. persetan dengan mereka semua." ujar ku tak mempedulikan mereka semua.
Alya hanya tersenyum saat tangan ku malah beralih melingkar ke pinggang nya yang ramping.
Tang...!
Bunyi benda keras beradu besi di belakang ku membuat aku dan Alya kaget dan berpaling ke arah belakang.
"Ugh, sh*t ! Dasar tong sampah sial**n!" jerit Mario seraya mengelus dengkul nya.
Aku melihat tempat sampah yang dari bahan stainless ada di dekat nya. Seperti nya Mario habis menabrak tong sampah itu.
"Kenapa kau? Maka nya kalau jalan pakai mata!" ejek ku mentertawakan kecerobohan nya.
Mario tampak gusar dengan ejekan ku.
"Aku jalan pake kaki. Bukan pake mata!" sahut nya kesal.
Aku hanya tertawa menimpali perkataan nya. Berdebat dengan Mario, sama saja memusingkan kepala ku.
Di cafetaria.
Kami pun duduk di meja yang terpisah dengan pagar staf. Mario tak mau bergabung dengan para staf itu, ia justru duduk se meja dengan ku membuat ku gregetan.
"Mengapa kau tidak bergabung dengan mereka?" ucap ku memandang nya tajam.
"Aku ini adik mu kak Richie. Wajar saja aku duduk disini bersama mu." jawab nya enteng.
"Sejak kapan kau jadi adik ku? orang tua kita beda. Tidak sedarah." ujar ku kesal.
"Kalau tak mengakui ku saudara, ya tak apa-apa. Aku tetap jadi teman mu saja." sahut Mario tersenyum lebar.
"Kau tak sebaya dengan ku. Bagaimana mungkin kita bisa berteman. Kita cuma kenalan biasa." ucap ku jengkel.
"Hmm... Aku dan Alya sebaya, kami bisa jadi teman. Iya kan Al?" ucap nya melirik Alya seraya melemparkan senyuman yang menggoda.
Aku menarik nafas panjang. Manusia kutu kupret yang satu ini memang tak tahu diri dan tak tahu malu. Aku bingung bagaimana cara mengusir nya dari hadapan ku.
"Kau, apa kau mau berteman dengan pria genit ini?" tanya ku pada Alya kesal.
"Menurutku Mario bukan pria genit, dia lucu dan humoris. Aku senang berteman dengan nya. Tapi kalau kau tak menyukai Mario, aku juga tak bisa apa-apa. Itu hak mu, aku tak mau ikut campur urusan kalian berdua." jawab Alya acuh tak acuh.
Jawaban Alya membuat ku sedikit kecewa. Istri ku itu tampak acuh tak acuh mengabaikan kami berdua.
"Kak Richie, kau jangan terlalu posesif. Istri mu bisa saja tak betah dengan mu karna kau terlalu mengekang nya." ujar Mario membuat ku makin dongkol.
"Kau mau pindah sendiri, atau ku seret ke meja sana?" gertak ku mendelik kan mata ku pada Mario.
Mario tertawa cengengesan seraya bangkit dari duduk nya.
"Alya, makan yang banyak ya. Gak masalah kalau kamu gendut, biar gendut aku suka kok." ucap Mario sebelum pergi meninggalkan meja tempat kami berdua seraya mengedipkan mata nya.
Aku dan Alya saling berpandangan tak mengerti apa maksud ucapan Mario. Seolah ada yang ia ketahui tentang Alya.
Apa Mario juga tahu, kalau Alya dulu gendut?
.
.
.
BERSAMBUNG