Dista Keinadira, harus menelan rasa pahit kala Pamannya menjadikan sebagai alat penebus hutang. Kepada sosok pria lajang tua kaya raya yang memiliki sifat dingin dan sulit ditebak yaitu, Lingga Maheswara.
Pernikahan yang hanya dianggap nyata oleh Dista itu selalu menjadi bumerang dalam rumah tangga mereka. Lingga selalu berbuat kasar kepada Dista yang selalu saja mengharapkan cinta darinya.
•••••
"Satu ucapan cintaku akan setara dengan derasnya air mata yang akan kau keluarkan, Istriku.." Kata Lingga disela isak tangis menyakitkan Dista.
∆∆∆
Halo, jangan lupa follow dan dukung selalu🙃
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMP~BAB 27
Pasangan suami istri itu sudah bersiap-siap dengan penampilan terbaik mereka. Bahkan Lingga tidak ada memuji penampilan Dista yang sungguh berbeda malam ini. Pria itu hanya menatap sebentar kearah Dista, lalu berdecak dan melangkah terlebih dahulu meninggalkan Dista yang termenung.
Sungguh malang nasib Dista tidak mendapatkan pujian dari sang suami. Sebenarnya hati Dista sungguh sedih karna hal itu, tapi ia tidak mau memikirkan hal yang tidak penting. Dista menarik napas dalam-dalam, ia melangkah untuk menyusul sang suami yang sudah berjalan terlebih dahulu.
Kala Dista menuruni tangga, ia melihat Lingga yang sudah berdiri dibawah sana berbicara dengan Malik. Lingga melangkah terlebih dahulu keluar dari Mansion sementara Malik terus menatap kearah Dista. Seolah tatapan mata Malik hanya tertuju dengan Dista seorang, membuat Dista menjadi salah tingkah.
“Cantik, cantik sekali..” Puji Malik di dalam hati, ia semakin jatuh hati kepada sosok Dista yang merupakan istri dari majikannya sendiri.
“Cepatlah, Dista!” Suara itu membuat Dista seakan berlari, ia tidak mau Lingga menjadi lebih marah lagi.
Sementara Malik mengikuti saja langkah Dista di depannya, ia ingin melihat Dista lebih lama lagi. Hingga kini sudah sampai di mobil, Lingga menunggu dengan bersandar pada badan mobil.
“Cepatlah masuk!” Perintahnya, Lingga menarik tangan Dista memaksanya untuk masuk. Padahal bisa dengan cara lembut tidak meski dengan cara kasar seperti itu, bahkan cekalan tangannya cukup menyakiti Dista.
Malik hanya menghela napas panjang saja, Lingga memang tidak sabaran dan ia tidak heran dengan itu. Malik pun masuk bersama dengan Lingga, dengan posisi Lingga yang duduk di bangku belakang bersama dengan Dista. Sementara Malik menyupir kali ini, ia akan mengantar Tuan dan Nona nya menuju kediaman Vania.
“Dengar, Dista.. Jangan banyak bicara disana, tetap diam dan berdiri disampingku. Banyak yang menyapamu nanti, karna kau adalah istriku.” Peringatan dari Lingga mendapatkan anggukan mantap dari Dista.
“Kesalahan yang kau lakukan, bisa melukai harga diriku dan harga diri perusahaan ku. Jadi Berhati-hatilah dalam berkata dan bertindak, kau cukup di perhatikan kali ini.” jelas Lingga lagi.
Dista mengangguk mengerti, ia menjadi gugup karena ternyata sesusah itu untuk berdiri di samping sosok Lingga Maheswara. Tatapan mata Dista tertuju pada Lingga yang sedang menikmati perjalanan, pria itu terus mengelus pergelangan tangannya sendiri.
“Sepertinya dia belum siap untuk melihat pertunangan Kak Vania..” Gumam Dista di dalam hati, ia merasa kasihan juga dengan Lingga yang patah hati seperti itu.
Lingga melirik kearah Dista hingga tatapan keduanya saling bertemu. Mata Lingga menyipit karna melihat penampilan dari Dista malam ini. Wanita itu memakai hijab pashmina yang dibentuk rapi sesuai bentuk wajah Dista yang oval. Sungguh cantik, polesan make up itu terlihat sederhana. Sekalipun tertutupi dengan balutan hijab, tidak menutupi kecantikan yang Dista miliki.
Bahkan Lingga terus menatap kearah Dista hingga wanita itu menjadi salah tingkah sendiri. Dista bahkan menunduk, ia malu sekali ditatap intens seperti itu oleh sang suami.
•
Mobil mewah berhenti di perkarangan Kediaman keluarga Vania, banyak tamu yang sudah datang. Mata Dista kagum dengan kemewahan kediaman yang Vania miliki, padahal Vania dan Lingga setara tapi tidak tahu kenapa tidak bisa bersama.
Malik turun terlebih dahulu, ia membuka pintu untuk Lingga. Lalu, Lingga membuka pintu untuk Dista. Mengulurkan tangannya sebagai acuan untuk Dista pegang, tentu saja Dista terkejut akan itu. Tapi, Dista melihat kearah sekelilingnya, yang mana banyak memperhatikan Lingga.
Dista menerima uluran tangan Lingga, hingga ia keluar dari mobil mewah itu dengan dibantu Lingga. Pria itu memainkan perannya dengan sangat baik, maka Dista juga harus melakukan hal yang sama.
“Selamat datang, Tuan Lingga.. Senang bertemu denganmu, wahh.. Siapa dia?” Sapa seorang pria tua yang mana Dista tidak mengenal pria itu. Tapi, kala melihat ekspresi dari Lingga menatap pria tua itu membuat Dista yakin jika Lingga tidak memiliki hubungan baik.
“Dia istriku, wanita yang aku cintai..” Lingga tanpa ragu memperkenalkan Dista dengan embel-embel palsu itu. Dista hanya tersenyum saja kepada sosok pria tua itu, lalu ia mengikuti langkah Lingga yang mulai memasuki Mansion yang tidak kalah mewah dari Mansion Lingga.
Lingga membawa Dista langsung menuju Vania dan Aldo yang tengah asik menyambut tamu. Bahkan Dista melihat sendiri bagaimana cara Lingga menatap kearah Vania, tatapan penuh cinta itu sudah hilang malah berubah menjadi tatapan datar yang mana sering Lingga berikan kepada Dista.
Saat Lingga membawa Dista menghampiri pasangan yang akan tunangan itu, disaat itulah banyak orang yang memperhatikan kearah Lingga. Mungkin karna tahu seperti apa hubungan Lingga dan Vania di masa lalu.
“Hai, Lingga.. Wah, ternyata Dista istrimu..” Sapa Vania yang hanya mendapatkan senyuman dari Dista saja. Tangan Lingga bahkan lebih memperkuat genggamannya membuat Dista merasa aneh.
“Sebentar lagi akan acara memasang cincin, kalian nikmatilah dulu makanan dan minuman yang ada ya..” Ucap Vania, Aldo terlihat menyambut kearah tamu yang sepertinya jika itu teman-temannya.
“Selamat atas pertunangan mu..” Ucap Lingga sembari tersenyum yang sangat dipaksakan.
“Aku juga, selamat atas pernikahan mu dengan Dista.. Semoga kalian segera memiliki keturunan dan selalu bahagia yaaa..” Ucap Vania balik, ia tersenyum sangat manis karna memang ini adalah malam bahagia untuknya.
“Aku pamit ke toilet dulu, kalian nikmatilah..” Kata Vania yang langsung melangkah pergi dengan sedikit mengangkat gaun nya. Dista langsung menatap ke arah Lingga yang sepertinya bodoamat dengan apa yang dilakukan wanita itu.
“Kau mau makan apa?” Tanya Lingga sembari membawa Dista menuju tempat duduk yang sedikit jauh dari orang-orang eh lebih tepatnya perhatian orang-orang.
Mata Dista mencari sesuatu yang enak dari meja itu, ia tertuju pada kue yang terlihat enak. Bahkan belum Dista berkata, Lingga sudah tahu apa yang diinginkan wanita itu.
“Kau mau ini?” Lingga mengambil kue yang memang Dista inginkan.
Dista mengangguk mantap, ia menerima kue itu dari tangan Lingga. Ia memakan kue itu sambil menatap ke arah Lingga yang duduk dengan menatap sekelilingnya. Semua orang seperti sedang membicarakan mereka, dan terlebih lagi Dista yang menjadi pusat perhatian sekarang.
•••••••
BERSAMBUNG