NovelToon NovelToon
Edward : Balada Dari Bukit Gloosween

Edward : Balada Dari Bukit Gloosween

Status: sedang berlangsung
Genre:Iblis / Epik Petualangan / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Akademi Sihir / Dendam Kesumat
Popularitas:11.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mr 18

Edward, seorang anak yatim piatu, tinggal di panti asuhan yang menjulang tinggi di puncak Bukit Gloosween.

Meski tidak memiliki mana yang mengalir didalam dirinya, Edward tidak pernah patah semangat untuk menjadi yang terbaik.

Setiap hari, ia belajar sihir dan beladiri dengan penuh semangat dari Kak Slivia dan Lucy, menemukan kebahagiaan dalam kehidupannya meskipun tidak memiliki mana.

Namun, kehidupan Edward tiba-tiba berubah saat desanya diserbu oleh pasukan Raja Iblis, yang menghancurkan segala yang ada di desa itu, termasuk Kakak Silva dan teman-temannya.

Peristiwa tragis ini tidak hanya mengubah nasibnya, tetapi juga membawa Edward ke dalam petualangan yang gelap dan penuh tantangan untuk membalas dendam dan menyelamatkan apa yang tersisa dari dunianya yang hancur.

Lalu bagaimana Edward menghadapi semua itu ? Tantangan apa yang menghadang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr 18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 27 Penyelamatan sandera

Aku menggenggam tombakku, " Kalau kalian nggak ingin membantu tidak apa-apa." Ucapku sambil terus menghindari semua serangan dan memprediksi gerakannya.

Pertempuran itu berlangsung sengit. Aku bergerak dengan kecepatan luar biasa, aku terus mengayunkan tombakku dan mengkombinasikan dengan bilah anginnya berputar dan menebas dengan presisi.

Pengawas itu, meskipun kuat dan terlatih, kesulitan menandingi kemampuan Fisik ku. Aku menangkis Setiap serangan Pengawas itu dengan elegan oleh bilah angin yang tajam dan tak terlihat.

Pengawas itu melompat mundur, mengayunkan pedangnya untuk mengirim gelombang energi gelap ke arah ku .

Aku dengan cepat memutar tombakku, memotong gelombang energi itu menjadi dua. "Duar!!" Suara ledakan dari golombang energi yang terbelah

Dia maju dengan cepat, menyerang dengan serangkaian tebasan yang memaksa penyusup itu bertahan dengan susah payah.

Sarah menggenggam erat tongkat sihirnya, ragu." Dik Edward, kami akan membantumu." Ucap Sarah dengan penuh keyakinan.

"Terima kasih Kak Sarah, Tolong siapkan mantra penutup," teriak ku sambil terus menekan serangan.

Sarah mengangguk dan mulai merapal mantra, tangannya bersinar dengan cahaya sihir. Sementara itu, Roland menjaga punggung mereka, memastikan tidak ada musuh lain yang mendekat.

Pengawas itu mencoba melarikan diri, tapi Edward tidak memberinya kesempatan. Dengan satu serangan yang cepat dan mematikan, Aku menjatuhkan senjata penyusup itu dan menahannya di tanah, bilah berputar di lehernya.

"Kau kalah," kata ku dengan suara dingin. "Sekarang, beri tahu kami di mana letak sandera itu."

Penyusup itu terengah-engah, mencoba mengumpulkan napasnya. "Kalian... kalian tidak akan pernah menemukannya..."

Sarah mendekat, tangannya bersinar dengan cahaya sihir. "Kau tidak punya pilihan. Beritahu kami sekarang, atau kami akan mencari tahu dengan cara yang lebih menyakitkan."

Penyusup itu, melihat cahaya di tangan Sarah, menyerah. "Baiklah... aku akan memberi tahu. Sandera itu ada di gua di sebelah utara... dijaga oleh beberapa prajurit."

Aku menatap penyusup itu dengan tajam. "Terima kasih atas informasinya. Sekarang, tidurlah." Dengan satu gerakan, Sarah menempatkan penyusup itu dalam tidur sihir.

Simon memandangku dengan penuh kecurigaan. "Dik Edward, apa hal seperti ini dibolehkan oleh Silvia?" tanyanya, nada suaranya bergetar sedikit.

Aku menatap balik, mencoba untuk tetap tenang. "Dalam situasi seperti ini, kita harus mengambil keputusan cepat. Kita tidak punya banyak waktu, dan kita harus memastikan keselamatan tim dan sandera."

"Namun, bagaimana jika penyusup itu hanya berpura-pura?" tambah Maya, dengan ekspresi cemas. "Bagaimana jika dia memberitahu kita informasi yang salah?"

Sarah, yang masih berdiri di samping penyusup yang sudah tertidur, menyela. "Aku sudah memeriksa pikirannya dengan sihir. Informasinya benar. Kita bisa percaya padanya."

Simon masih terlihat ragu-ragu. "Aku hanya tidak ingin kita membuat keputusan yang terburu-buru. Kita bisa terjebak."

Aku mengangguk. "Aku mengerti kekhawatiranmu,Kak Simon. Tapi kita sudah membuat keputusan ini bersama-sama. Kita harus tetap fokus dan bergerak maju."

Sarah menambahkan, "Lagipula, kita sudah terlalu jauh untuk mundur sekarang. Kita harus melanjutkan misi ini."

Maya memandangku, matanya penuh keyakinan. "Kami percaya padamu, Dik Edward. Pimpin kami menuju keberhasilan."

Aku tersenyum tipis. "Baiklah, mari kita lanjutkan. Kita harus berhati-hati dan tetap waspada. Ingat, kita adalah tim dan kita akan melewati ini bersama-sama."

Dengan semangat yang diperbaharui, kami melanjutkan perjalanan kami, meninggalkan penyusup yang tertidur di belakang. Setiap langkah kami dipenuhi dengan tekad dan keyakinan bahwa kami akan berhasil.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba Simon berhenti dan memandangku dengan raut wajah serius.

"Dik Edward, sebenarnya... apa kau benar-benar yakin kita boleh mencelakai pengawas seperti itu? Aku hanya ingat Silvia pernah berkata sesuatu tentang percayalah pada diri sendiri dalam situasi kritis."

Aku mengerutkan kening, mencoba mengingat. "Ehm, ya... sepertinya... mungkin dia pernah bilang sesuatu... Tapi, sebenarnya... apa yang dia katakan?"

Roland menggenggam erat pundakku " Jangan bilang kamu cuma ngasal menyerang?" Tanya Roland dengan tatapan melotot.

Aku mengalihkan pandangan. " Hemmm.. Sebenarnya aku cuma menebak saja" Ucapku dengan tawa ringan.

" Apa!!!?, jadi kau beneran nggak tau? Dasar bocil sialan!" Teriak Roland sambil mengguncangkan tubuhku.

Maya, yang berdiri di sampingku, tidak bisa menahan tawa kecil. " Dik Edward, kau benar-benar tidak ingat, ya?"

Aku merasa sedikit malu. "Yah, dalam situasi darurat, kita harus mengambil keputusan cepat, bukan?"

Simon tertawa terbahak-bahak. "Jadi, kau tidak tahu, ya? Silvia selalu bilang bahwa kita hanya boleh menyerang pada musuh jika benar-benar yakin bahwa itu aman dan tidak ada alternatif lain!"

Sarah menepuk punggungku dengan senyum."Tenang saja, Edward. Kita sudah terlanjur melakukannya, jadi nanti kau bisa minta kakak mu itu untuk memaafkan kita. Hanya saja, lain kali, mungkin kau harus mendengarkan lebih baik saat Silvia memberi instruksi."

Kami semua tertawa bersama, sejenak melupakan ketegangan situasi. "Baiklah, baiklah," kataku sambil tertawa. "Aku akan lebih memperhatikan lain kali. Sekarang, mari kita fokus pada misi kita."

Dengan suasana hati yang lebih ringan, kami melanjutkan perjalanan kami dengan semangat baru, siap menghadapi tantangan berikutnya.

Dengan informasi baru yang kita dapatkan dari pengawas, tim ku melanjutkan perjalanan kita menuju gua di sebelah utara desa.

Kita tahu bahwa tantangan di depan masih banyak, tetapi dengan kemampuan dan persatuan kita, kita yakin bisa menyelamatkan sandera dan menyelesaikan misi ini .

Setibanya di markas musuh yang dalam simulasi ini, tim ku bergerak dengan hati-hati melalui lorong-lorong gelap.

Bangunan besar terbuat dari batu, dan penjaga diposisikan dengan strategis di sepanjang koridor. Di sebuah ruangan terpencil, kita menemukan "sanderanya" ternyata sebuah boneka yang terikat dengan tali.

Aku merencanakan serangan mendadak dengan hati-hati. "Kita harus menghancurkan formasi penjaga tanpa terlalu banyak kebisingan," bisikku kepada tim.

Sarah mengangguk, siap dengan mantra deteksi untuk mengawasi gerakan musuh. "Aku akan memantau mereka. Sinyal serang kita akan diantisipasi dengan lebih baik."

Simon menyusun bom asap dengan teliti. "Saya siap mengaburkan pandangan mereka. Kita bisa menyusup dengan lebih aman."

Dengan strategi yang telah disiapkan, kita memulai serangan. Simon melempar bom asap ke koridor depan, menutupi area dengan kabut tebal. Aku dan timku menyerbu dengan cepat. Dengan cepat dan tanpa suara, kita menonaktifkan rune pengawas dan penjaga-penjaga yang tidak sadar.

Tetapi, sebelum kita berhasil mengikat sasaran, alarm tiba-tiba berdering keras. "Kita telah terdeteksi! Bersiaplah untuk pertempuran!" seru ku dengan tombak yang ku genggam erat ditangan.

Pasukan bayangan mulai bergegas dari berbagai arah, menyerbu dengan senjata terhunus. Aku dan timku segera membentuk formasi pertahanan.

Sarah melepaskan mantra perlindungan yang kuat, memperkuat perisai kita. Simon melanjutkan dengan melempar bom asap tambahan untuk menghambat kemampuan musuh.

Pertempuran menjadi semakin sengit. Aku menggunakan sihir bilah angin untuk menyerang musuh dari kejauhan, menciptakan angin yang membingungkan dan menghambat gerakan mereka. Dengan setiap ayunan bilah angin, musuh terhempas ke belakang, terjatuh dalam kekacauan.

"Duar - Duar!" Sarah, dengan sihir elemen, melontarkan serangan api dan es yang memporak-porandakan barisan musuh.

Lidah api membakar jalur mereka sementara es membeku di tempat, memerangkap musuh yang mencoba melarikan diri.

"Argh!" teriak salah satu prajurit bayangan, saat Maya bertempur dengan keahlian bela diri yang cepat.

Dia menyerang dan mundur dengan lincah, memanfaatkan ketangkasannya untuk menghindari serangan dan memberikan pukulan telak pada musuh. Dengan satu tendangan memutar, dia menjatuhkan dua musuh sekaligus.

Di tengah hiruk-pikuk, Ryan mengeluarkan buff energi, melindungi tim dari serangan balik musuh. "Jangan khawatir, aku akan menjaga pertahanan kita!" teriaknya sambil menahan hujan panah yang ditembakkan oleh musuh.

Simon, dengan ketajaman matanya, menargetkan pemanah musuh dengan akurasi sempurna.

Setiap anak panah yang dia lepaskan mengenai sasarannya, mengurangi jumlah musuh yang bisa menyerang dari jauh. "Terus maju, kita hampir berhasil!" serunya.

Meskipun musuh terus berdatangan, timku tetap tenang dan terorganisir. Kami menggunakan strategi yang telah kami rencanakan dengan baik, saling mendukung satu sama lain dalam pertempuran yang semakin meningkat.

"Kita harus keluar dari sini sekarang!" teriakku di tengah kekacauan. Aku melihat celah di pertahanan musuh dan memberi isyarat pada tim untuk bergerak.

Dengan usaha keras, kami berhasil meloloskan diri dari koridor yang padat dengan musuh.

Kami berlari secepat mungkin, membawa "sanderanya" — boneka yang mereka selamatkan dari pertempuran simulasi ini. Meskipun beberapa anggota tim mengalami luka-luka ringan, semangat kami tidak tergoyahkan.

Saat kami mencapai titik aman, kami berhenti sejenak untuk mengatur napas. Sarah tersenyum ke arahku, matanya bersinar dengan kepuasan. "Kerja bagus, Dik Edward. Strategimu berhasil."

Simon menepuk pundakku. "Kau benar-benar memimpin dengan baik. Aku merasa lebih aman denganmu di sini."

Ryan mendekat, memeriksa luka-luka kami dengan hati-hati. "Kita semua berhasil berkat kerjasama tim. Kita harus terus seperti ini." Ucapnya sambil memberikan hal pada kami.

Aku mengangguk, merasakan kebanggaan membara di dalam diriku. "Kita adalah tim yang hebat. Kita bisa menghadapi apa pun yang datang menghadang kita."

Meskipun beberapa anggota tim mengalami luka-luka ringan, semangat kita tidak tergoyahkan.

Setelah berhasil keluar dari "markas musuh", kita berkumpul untuk bernapas sejenak di tempat yang aman.

"Kita berhasil menyelesaikan misi ini dengan baik," kata ku dengan napas terengah-engah. "Meskipun ini hanya simulasi, kerjasama dan strategi kita benar-benar diuji."

Ryan mengangguk setuju. "Kita dapat mengaplikasikan pengalaman ini di medan pertempuran yang sebenarnya. Setiap langkah dan keputusan berarti perbedaan antara kemenangan dan kekalahan."

Maya tersenyum lebar. "Kita adalah tim yang kuat. Saya bangga bisa bertempur bersama kalian."

Dengan rasa bangga atas keberhasilan mereka, tim ku melanjutkan untuk memproses hasil simulasi kita dan mengevaluasi strategi yang mereka gunakan.

Meskipun hanya sebuah latihan, pengalaman ini memberikan kita lebih banyak pengetahuan dan kepercayaan diri untuk pertempuran yang sebenarnya di masa depan.

Langit fajar merona merah di ufuk timur saat tim ku kembali ke kamp mereka, langkah kita berat setelah perjalanan yang panjang dan pertempuran yang melelahkan. Kita disambut dengan hangat oleh Kak Silvia dan Kak Lucy di gerbang kamp.

Kak Silvia, yang tegap dengan postur militer dan tatapan tajamnya, memberi hormat saat kita mendekat. "Kerja bagus, semuanya," katanya dengan suara tegas namun penuh penghargaan.

Aku maju didepannya, memberikan hormat. " Lapor komandan, tadi saya tidak sengaja mencelakai pengawas."

Kak Silvia tertawa kecil. "Tidak mengapa lagi pula aku yang menyuruhnya untuk menyerang kalian, Kalian telah menunjukkan kemampuan luar biasa dalam situasi yang sulit. Kalian pantas mendapatkannya."

Kak Lucy, wanita yang tenang dan penuh dengan kebijaksanaan, tersenyum pada kita. "Ini adalah bukti bahwa kalian dapat menghadapi tantangan apa pun jika bekerja sama."

Edward dan timku tersenyum lebar, merasa bangga mendapat pujian dari kedua instruktur mereka yang dihormati.

"Terima kasih, Kak Silvia, Kak Lucy," ucap Edward dengan tulus. "Kami berusaha semaksimal mungkin untuk memastikan misi ini berhasil."

Maya, dengan senyum di wajahnya, menambahkan, "Kami belajar banyak dari pengalaman ini. Kerjasama kita adalah kunci untuk mengatasi segala rintangan."

Roland mengangguk setuju. "Pertempuran tadi memang tidak mudah, tapi kita berhasil melewati semuanya berkat kerja tim yang solid."

Kak Silvia mengangguk, matanya penuh dengan kebanggaan. "Sekarang, istirahatlah dengan baik. Kalian pantas mendapatkan istirahat setelah hari yang panjang ini. Besok kita akan melakukan evaluasi untuk memperbaiki kekurangan dan memperkuat kelebihan kita."

Tim ku bergegas menuju bilik mereka masing-masing, merasa lega dan puas setelah berhasil membawa "sanderanya" dengan selamat.

Di bawah langit fajar yang memudar, kita merenungkan petualangan yang telah mereka lalui dan yang masih menanti di masa depan.

1
Lhe
sukaaa banget
夢見る者
hmm, mayan sih
Darkness zero
up nya lama sekalinya up langsung belasan chapter
Muhammad Rama: Sory bang lama up nya/Frown/, gw juga ada kesibukan jadi nggak bisa up sehari langsung belasan/Sob/, sabar bang pasti up kok setiap hari
total 1 replies
Ulin Nuha
menarik
Gundaro
Total likenya kok janggal? like 151 tapi gak ada komentar, apakah author ngebom like?
wondervilz`
Jangan lupa mampir di karyaku yg berjudul , Life saver the series system
ᵂʰᵉᵉˡ ᵒᶠ ᶠᵒʳᵗᵘⁿᵉ
lanjut Thor!!/Determined//Determined/
Muhammad Rama: Siap /Hey/
total 1 replies
ᵂʰᵉᵉˡ ᵒᶠ ᶠᵒʳᵗᵘⁿᵉ
dah mampir nih/Determined//Slight/
Muhammad Rama: Tanks kak
total 1 replies
ᵂʰᵉᵉˡ ᵒᶠ ᶠᵒʳᵗᵘⁿᵉ
1 /Rose/+ 1 iklan untukmu thor/Determined//Determined/
Muhammad Rama: Oke /Joyful/
ᵂʰᵉᵉˡ ᵒᶠ ᶠᵒʳᵗᵘⁿᵉ: saling² membantu kakak ~/Proud/
total 3 replies
Hudan Nafil
Thor, jaga kesehatan ya? Jangan terus nulis sampe lupa makan dan ridur
Fawwas Tholib
Selalu berkarya thor
Dirhan Saputra
Tetap up bang
Amir Syamlan
Thor jangan lupa istirahat 😂
Ahmad Faldi
Semangat berkarya kak👍
hide my smile
up lah buset
hide my smile: wkwkkwkkk🗿🗿🗿
Muhammad Rama: Sabar bang, gue insyaallah pasti up tapi sehari sekali🤣
total 2 replies
Taru
Sippp mulai seru nih
Taru
Seru banget bang, tolong terus UP gw pasti nungguin setiap hari. /Tongue/
Taru
Hmmm menarik 😜
꧁གMSHKཁ꧂
Bagus banget 😍, pembawaan ceritanya bagus banget, seakan-akan kita jadi edward
꧁གMSHKཁ꧂
Kasihan banget Edward 😭 padahal dia sudah berharap banget dapat kekuatan. Dasar Destrover sialan😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!