kisah seseorang yang berjuang untuk lepas dari perjanjian tumbal yang ditujukan kepadanya karena sebuah kedengkian. Ikuti kisahnya selanjutnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode-26
Ira berjalan dengan sempoyongan. Hari sudah sangat gelap, sedangkan ia tak dapat melihat debgan jelas karena rabun jauh.
Sesekali ia menyeka cairan pekat berwarna merah dengan aroma amis yang mengalir disudut bibirnya.
Ia menoleh ke arah belakang, berharap ada seseorang yang ingin menumpanginya.
Tampak dua buah sorot lampu dari kejauhan, dan dipastikan itu adalah sebuah mobil. Ia merasa sedikit lega, setidaknya harapannya mendapatkan bantuan semakin dekat.
Wanita itu melambaikan tangannya meminta mobil itu berhenti dan membantunya.
Sesaat mobil itu memperlambat laju mobilnya, dan menepi disisi wanita yang terlihat sangat miris karena kondisinya terlihat terluka parah.
Sang Sopir membuka jendela kaca mobil lalu melongok ke luar. "Ibu mau kemana?" tanya pria yang merupakan pengemudi mobil tersebut.
"S-saya numpang sampai ke simpang X," jawabnya dengan nada meringis kesakitan.
" Ooo, ayolah, saya kebetulan arah sana," ucap sang sopir berusaha ramah. Ia membukakan pintu untuk Ira.
Akan tetapi baru saja pintu terbuka setengahnya, tiba-tiba sang sopir melihat satu sosok mengerikan bertubuh tinggi besar berwarna hijau.
"Hah!" pekiknya dengan ketakutan. Secepat kilat ia menutup pintu mobil.
Baaaaaaammm....
Tanpa banyak basa-basi, ia melajukan kendaraannya dan meninggalkan Ira yang terlihat termangu menatapnya.
"T-tunggu, jangan tinggalkan aku," panggilnya dengan suara yang sangat mengiris kalbu. Tatapannya nanar melihat mobil yang pergi melaju meninggalkannya, sedangkan ia sudah berharap dapat menumpang.
Duuuuuuuaaaar....
Tiba-tiba langit bercahaya. Kilatan petir menyambar dilangit kelam.
Perlahan rintik hujan mulai turun membasahi bumi dan juga tubuh wanita yang mulai dimakan usia tersebut.
Ia merasakan jima hujan mulai turun sangat deras. Ia terpaksa melanjutkan perjalanannya meskipun tubuhnya basah kuyup dan ia merasakan dirinya sangat lemah.
Langkahnya mulai lemah, dan tiba-tiba ia merasakan sudah tak lagi sanggup untuk berjalan. Tubuhnya gontai, lalu pandangannya mulai mengabur, dan...,
Braaaaaaaak....
Ia tersungkur dijalanan yang basah dan semuanya terlihat gelap.
*****
"Bu, bu,...," terdengar sayup-sayup orang memanggilnya dan mencoba mengguncang tubuhnya.
Ira mencoba mengerjapkan kedua matanya meski terasa berat.
Ia melihat dirinya dikerumuni banyak orang dengan pandangan penuh prihatin.
"Panggil ambulance," ucap seseorang dengan nada perintah.
Ira tak lagi dapat berfikir ia berada dimana, sebab kepalanya terasa sangat sakit dan ia kembali merapatkan pandangannya dan tak menghiraukan orang-orang yang mencoba menyadarkannya, bahkan ia tidak tahu sudah berapa lama tak sadarkan diri.
Ngiuuuung... Ngiiiung.... Ngiuuung....
Terdengar suara sirene ambulance menuju kearahnya dan ia masih dapat merasakan jika tubuhnya diboong menggunakan tandu memasuki mobil dan sesaat kendaraan tersebut melaju kencang tanpa adanya hambatan.
Beberapa.waktu kemudian. Ia merasakan jika.dirinya dibawa ke sebuah ruangan dengan aroma obat-obatan dan tiba-tiba saja perutnya merasakan sakit yang luar biasa dibagian rahimnya dan ini membuatnya ingin berteriak, tetapi anehnya suaranya seolah tercekat ditenggorokannya.
Setibanya diruangan yang dingin, ia merasakan pergelangan tangannya ditu--sukkan sebuah jarum infus dan ia dipasangi alat yang menggantikan cairan tubuhnya yang hilang.
"Sssssstttttsss...," Ira mengerang kesakitan saat tiba-tiba rahimnya kembali berdenyut dan merasakan sakit yang luar biasa.
Tim dokter sudah memeriksanya, tetapi tidak ada tanda-tanda penyakit yang serius.
Kembali Ira merasakan sakit yang luar biasa dan membuatnya sangat menderita, dan karena rasa sakit yang luar biasa tak tertahankan, maka ia kembali merintih dengan suara yang tertahan.
Berita viral penemuan seorang wanita yang tergeletak dijalanan dengan luka cukup parah yang merupakan korban pembegalan, terdengar dan sampai dimedia sosial milik Fahri.
Seketika ia tersentak kaget saat melihat wajah wanita yang terdapat didalam unggahan sebuah video yang mana itu tak lain adalah Ira-ibunya.
"I-ibu? Kenapa bisa tergeletak dijalanan seperti itu?" ucapnya dengan mengerutkan keningnya. "Ah, kalau mau mati harusnya dijalan raya, agar aku mendapatkan dana santunan, kan lumayan untuk beli motor baru," gumam Fahri dengan mengerutkan keningnya.
Setelah memeriksa sumber berita yang menyatakan ibunya dibawa ke rumah sakit umum, maka ia bergegas untuk menjenguknya.
Ia harus bersikap baik dihadapan sang ibu, sebab ia adalah pewaris tunggal dari harta yang dimiliki oleh ibunya.
Membutuhkan waktu 30 menit untuk tiba dirumah sakit tersebut. Ia membawa berkas yang dibutuhkan untuk sebagai penjamin dari pihak keluarga.
Setibanya disana, ia mulai melengkapi berkas administrasi dan menuju ruangan tempat diamna sang ibu dirawat.
Ia memeriksa setiap nomor ruangan yang merupakan tempat ibunya dirawat. Saat ia memasuki ruangan yang merupakan bangsal dan tentunya untuk kalangan masyrakat miskin yang mengandalkan dana perobatan gratis dengan ditanggung pemerintah dan itu sudah cukup membantu.
Ia mencari ranjang tempat sang ibu dirawat. Ia melihat wanita itu terbaring dengan mata terpejam, tetapi terus bergerak gelisah seolah menahan rasa sakit yang teramat sangat, sehingga meringis dan mendesis menahan rintihan pilunya.
"Ternyata masih hidup. Kenapa si begal gak habisin sekalian saja, biar aku tidak repot-repot merawatnya," Fahri menggerutu dengan kesal. "Aku berharap matinya ibu dijalan raya, biar.cepat dapat santunan. Lagipula lama hidup buat dosa dan juga ngabisin uang santunan ayah dan kak Arin dengan rakus dan tidak membaginya padaku," Fahri menatapnya dengan tajam, dan sang ibu tak juga membuka matanya.
Saat bersamaan, terlihat seorang perawat datang menghampiri Fahri yang terlihat berada disisi ranjang. "Maaf, Pak. Apakah bapak keluarganya?"
Fahri menganggukkan kepalanya, lalu sang perawat memberikan beberapa resep obat karena ada obat yang tidak menjadi tanggungan bagi pihak rumah sakit.
"Tolong Pak, ini ditebus diapotik, sebab rumah sakit tidak menanggung obat tersebut," ucapnya sembari menyodorkan selembar kertas berkop Nama rumah sakit yang saat ini tempat ibunya dirawat.
Fahri menggaruk ujung kepalanya yang tak gatal. Ia menerima resep obat tersebut, dan sang perawat pergi meninggalkan ruangan tersebut.
"Bu, dimana buku rekening Ibu?" bisiknya dengan sangat lembut, seketika Ira merintih kesakitan.
"Bu, aku nanya buku itu untuk menebus obat," hardik Fahri yang terdengar sangat kesal. Ia baru saja menyadari jika Amdan kakak sepupunya termasuk orang paling sabar karena merawat Muna-bibinya dengan waktu yang lumayan lama. Sedangkan ia hanya baru beberapa menit saja sudah bosan dan sangat kesal, dan ia tidak dapat membayangkan jika sang ibu stroke selamanya.
Ira menggelengkan kepalanya. Dalam kondisi sakit saja ia tak ingin jika biaya pengobatan yang saat ini dipegangnya harus ia yang menggantinya
"Katakan diamna buku rekening itu?!" ucap Fahri mulai kesal karena sang ibu memilih tetap diam.
"Kalau ibu tidak mau memberitahukannya, maka jangan salahkan aku menjual kebun dibelakang rumah," Fahri mulai jengah menghadapi kelakuan sang ibu yang ia anggap sangat kikir dan pelit terhadap sesama.
Sukses trs tuk semua Novel-novel nya. sllu Sehat Wal'afiat untuk Mu Beserta Keluarga 🤲 Aamiin 🤲
Terakhir di akhir Novel ni sdh aku beri Like + Hadiah Bunga + Vote yaa Akak Cantik 😘
akhirnya Bu Ira meninggoi 🤦🤦🤦
mkne jgn kyk gtu
hadehh klo nanti mati juga lama2
Novel bagus,ada makna di dalamnya yg bisa jadi pelajaran buat kita.
Selalu bersyukur dg hidup kita,jangan iri dg hidup orang lain.