Laura Charita tidak tau kalo laki laki mabok yang akan melecehkannya adalah bos di tempat dia baru diterima kerja.
Laura bahkan senpat memukul aset laki laki itu walau agak meleset dan menghantamkan vas bunga ke kepalanya hingga dia pingsan.
Ini cerita Erland Alexander, ya, anak dari Rihana dan Alexander Monoarfa. Juga ada cucu cucu Airlangga Wisesa lainnya
Semoga suka....♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apesnya Maura
Maura merasa hari ini dia.ngga baik baik saja. Bahkan dia belum pulang ke rumah. Ngelembur bersama empat orang anggota timnya yang baru di bentuk.
Terlihat sekali beda kualitasnya dengan timnya yang lama. Alisha, Kak Isla, Kak Julia dan orang yang dia benci karena bakat luar biasanya, Laura. Mereka sudah solid sejak lama. Terutama keempat orang itu, dia mengokohkan dirinya sendiri sebagai tim leadernya.
Mungkin karena tim barunya belum terbiasa bekerja sama dalam kelompok yang berbeda dan harus bekerja secara kilat, jadi hasilnya ngga maksimal.
Akhirnya Maura terpaksa menghandel ketiga desain yang aslinya sudah sangat bagus. Dia aja yang bodoh, terima terima saja saat minta dirubah dengan semena mena.
Sekarang dia baru mengakui kecerewetan Alisha yang suka menentangnya karena ternyata mengubah desain itu membuat pikiran sangat lelah.
Apalagi dua desain lainnya yang diserahkan pada timnya yang baru, ngga sesuai dengan ekspetasinya. Terpaksa dia rubah lagi di saat saat malam menjelang pagi.
Maura hanya sempat tidur dua jam saja. Dia mengerahkan seluruh isi otaknya, seperti keinginan mamanya. Mungkin setelah ini dia akan masuk ke rumah sakit, diopname beberapa hari.
Tapi akan dia syukuri. Ada keuntungan besar yang akan dia dapatkan. Kemarahan nenek pada kedua sepupu ngga tau dirinya pasti akan menjadi semakin meledak.
Maura menyunggingkan senyum sinisnya.
Dia memperhatikan penampilannya. Sudah sangat oke.
Kepalanya terasa berdenyut denyut, tapi Maura berusaha bertahan sampai nanti akhir presentasi.
Dia sudah punya rencana akan pingsan di dekat Erland. Biar laki laki tampan itu yang akan menggendongnya dengan panik dan membawanya ke rumah sakit
Membayangkannya saja sudah membuat senyum sinisnya luruh, berganti senyumnya yang paling manis.
Maura sengaja memakai dres selutut yang cukup tipis yang bagian luarnya ditutupi cardigan dengan merek yang sama, chanel. Untuk memuluskan tujuannya dia bahkan tidak mengenakan pakaian dalam penutup dadanya.
Yang penting dia sudah berusaha semaksimal mungkin. Maura sangat yakin, ngga akan ada laki laki yang bsa melewatinya setelah merasakan nik mat dunia yang dia berikan.
Belum pernah dirinya bermain sampai sejauh ini. Biasanya hanya pipi saja yang Maura berikan demi kelancaran tendernya.
Walau sebenarnya ngga perlu perlu amat, tapi Maura butuh mendapat perharian lebih dari kliennya. Biasanya mereka akan membanjirinya dengan berbagai hadiah setelah dia perbolehkan untuk mencium pipinya, atau memeluknya sebentar.
Kal ini dia harus totalitas. Erland harus jadi miliknya.
TOK TOK
"Nona, kita berangkat sekarang?" Dista memasuki ruangannya.
"Ya." Setelah memastikan penampilannya sempurna, dia pun melangkah menghampiri Dista, salah satu anggota timnya yang baru.
Ketiga anggota tim yang lain sudah berkumpul di luar ruangan kemudian bersiap untuk pergi.
Maura merasa kepalanya agak pusing, tapi dia harus kuat menahannnya sampai saat itu tiba.
Saat supirnya membuka pintu, tubuh Maura oleng. Sang supir yang masih berusia tiga puluh tahun itu pun menahannya.
Apesnya buat Maura, tangan supir itu memegang erat dada polosnya.
Sang supir sempat tercekat
"Maaf, nona." dia pun menjauhkan tangannya ketika mata nonanya menatapnya marah. Tadi dia reflek bergerak, agar nonanya ngga sampai jatuh.
Matanya sesekali melirik nonanya yang sudah duduk di sampingnya. Sebagai laki laki dewasa dan belum menikah, pengalaman tadi sangat membahagiakan sekaligus menakutkan.
Dia merasa tangannya langsung menangkup bagian sensitif nona mudanya tanpa pembatas yang harusnya ada berlapis lapis. Tak sengaja tadi dia pun me re m asnya kuat hingga mata nonanya terlihat nyalang.
Maura merasa gerah melihat lirikan nakal supirnya.
Apes benar, dia sudah memberikan rejeki nomplok buat laki laki yang masih betah membujang itu.
Beberapa jam kemudian, Maura pun sudah tiba di ruang meeting dengan tubuh mulai rasanya ngga karuan.
Dia berusaha bertahan demi tekadnya yang sudah sempat tergoda.
Tapi dia sepertinya berhasil membuat Nathalia, gadis yang selalu jutek dengannya menyetujui semua desainnya.
Saat pun nya tiba.
Maura oleng di depan Erland. Tapi dia ngga pura pura. Kepalanya sudah berputar putar saking pusingnya. Matanya pun berat berat untuk terus terbuka.
"Nona," seru Dista dan anggota timnya yang lain.
Dalam timnya ada dua orang laki laki yang tampak sungkan pada nona mudanya, hanya bisa menatap cemas
Erland reflek memegang kedua lengan gadis itu menahannya agar ngga jatuh.
Panas, batin Erland ketika merasakan suhu tubuh Maura yang cukup tinggi.
"Apa apaan, kamu!" kahet Nathalia melihat tubuh Maura yang tumbang. Dia mengira gadis centil ini berpura pura saja.
"Pak Dito, jangan diam aja. Tolong bawa gadis ini ke rumah sakit," perintah Nathalia pada salah satu kepala.divisinya yang usianya hampir empat puluh tahun.
Nathalia ingin segera tau reaksi gadis ngga tau malu ini. Kalo dia pura pura dan hanya ingin menempel pada Erland, pasti dia akan sehat lagi.
"Ya, nona."
Dengan sigap Dito meraih tubuh Maura, bermaksud memapahnya.
Maura berniat protes, karena bukan begitu rencananya. Tapi tubuhnya sudah terlalu lemah untuk meronta. Kepalanya saja sudah sangat berdenyut dan terasa sakit sekali.
Nathalia terkejut.
Dia beneran sakit?
"Nona, anda masih kuat berjalan?" Suara Pak Dito membuat bulu kuduk Maura meremang. Dia dapat rasakan re m asan tangan kekar itu di bagian dadanya.
Hampir saja Maura me len guh, karena Pak Dito seperti sengaja menyentuh salah satu puncaknya.
'Pak Dito, maaf, bisakah bapak menggendongnya. Kita haris membawanya ke rumah sakit," ucap Adelia panik.
Maura seperti ngga berdaya dalam pelukan Pak Dito.
Adelia menyuruh begitu, karena Pak Dito berbadan kekar, dibanding laki laki anggota timnya yang lain, juga kepala divisi yang ikut menghadiri meeting.
Lagipula tubuh Maura memang kelihatan sangat lemah. Dia seperti hampir pingsan.
Sedangkan Erland belum sembuh benar dari sakitnya. Ngga mungkin memintanya menggendong Maura. Lagi pula dari wajahnya, Adelia tau kalo sepupunya terlihat enggan.
"Siap, nona." Dengan cepat Pak Dito mengangkat tubuh itu ala brydal.
Maura hanya bisa merutuk abis abisan karena laki laki separuh tua itu menggunakan semua kesempatan untuk men ja mah tubuhnya. Dia tidak bisa menolak. Tubuhnya sudah kehilangan tenaganya.
"Kalo sakit, kan, bisa diwakilkan," omel Nathalia gemas.
'Bawa ke mobil kita aja, nona," usul Dista.
"Baiklah. Pak Dito, tolong ikut, ya. Aku akan menyusul di belakang," ucap Adelia.
Sementara Erland hanya menghela nafas panjang. Kejadian ini cukup mengejutkan. Dia jadi merasa harus bertanggungjawab.
"Kita ikut juga Nathalia," ucapnya sambil melangkah mengikuti rombongan di depannya.
kebalik dengan anaknya, Laura justru lebih berani dibandingkan alisha 😄
DinDut Itu Pacarku mampir
Dindut Itu pacarku mampir
cerita nya bagus²
dikira para suami akan tergoda kaliiiii..
mereka kan suami² dan istri² setia.. gak kaya dirimu Melda yg suka Brondong.. 🤣