Kisah Nyata : Adakalanya cinta itu memang harus dilepas, bukan karena jika bersama akan saling menyakiti, Namun...jika terus bersama, akan ada banyak hati yg tersakiti.
Diangkat dari kisah nyata, Adeeva seorang guru honorer yang di buat jatuh cinta oleh Adrian, seorang pria berprofesi sebagai polisi. Kegigihan Adrian membuat Adeeva luluh dan menerimanya.
Namun masalah demi masalah pun mulai bermunculan. Membuat Adeeva ingin menyerah dan berhenti. Bagaimana cara mereka menyelesaikan permasalahan yang ada? Akankah mereka bisa bersatu atau justru harus saling merelakan?
Temukan jawabannya di novel ini. Yang akan membuatmu masuk ke dalam kisah percintaan yang mengharukan.
Note : Demi menjaga privasi tokoh sebenarnya, semua nama dan lokasi kejadian sudah di rahasiakan.
follow saya di
Ig : lv.edelweiss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lv Edelweiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesan Yang Menusuk
Apa yang kamu tahu tentang cinta Arunika? Apakah cinta itu hanya sekedar rasa suka? Atau... ada yang lebih dari itu. Adakah rasa yang lebih dari cinta itu sendiri? Dan adakah patah hati yang lebih dari patah hati itu sendiri? Aku harus menyebut apa perasaanku saat ini. Dia hadir dengan begitu saja, dan menghilang juga dengan begitu saja. Apakah yang sudah kami lalui selama ini tak berarti apa-apa baginya? Atau semua memang hanya sekedar permainan hati baginya? Entahlah, yang pasti aku tak tahu dia dimana dan apa yang dia pikirkan saat ini.
"Aku pergi dulu ya bu... " Aku pamit pada ibu.
"Hati-hati..." Ibu menatapku dengan tatapan iba.
Aku memang tidak pernah memberitahukan ibu tentang apa yang terjadi antara aku dan Adrian. Setiap ibu tanya kabarnya, aku selalu berbohong. Aku rasa, tidak ada seorang ibu pun didunia ini yang bisa menahan rasa sakit bila mengetahui jika anaknya tengah di khianati.
Ah, tak tahu aku apakah benar ini sebuah pengkhianatan.
Aku pun pergi mengendarai sepeda motor ku. Aku ada janji dengan Tyas setelah pertemuan kami kemarin. Tyas menyuruhku untuk langsung ke studio radio menemu Bang Adit.
Hanya menempuh waktu sekitar 10 menit aku sudah sampai di studio. Aku langsung turun dan masuk ke studio.
"Ya... cari siapa ya? " Seorang pria muda berumur antara 27-30 an sudah berdiri didepanku.
"Bang Adit kan? " tanyaku. Aku sedikit lupa wajahnya karena hampir dua tahun kami tidak bertemu.
"Iya betul... sebentar saya tebak. Adeela?" Tanyanya.
"Adeeva bang... bukan Adeela." Aku tertawa pelan.
"Oh iya, sorry sorry sorry... Ayo ayo. Duduk disini. " Bang Adit memberiku kursi.
"Gimana kabarnya. Abang dengar-dengar kemarin kamu udah jadi guru ya? Wah hebat kamu Deev. Sudah cantik, prestasinya bagus, ramah, baik lagi. Kamu ini paket komplit kalau kata abang. " Bang Adit memujiku.
"Apaan sih bang, lebay deh. Aku tuh cuma jadi guru honorer bang. Apa hebatnya. Orang nggak akan memandang seorang guru honorer bang. Gaji cuma 300 ribu apa yang mau dibanggain. " Aku merendah.
"Deev, nggak ada namanya guru yang nggak hebat. Semua guru itu adalah pahlawan. Bayangin, kalau di dunia ini nggak ada yang namanya guru. Apa kita bisa membaca? Mengaji? Berhitung? " Bang Adit sangat bijaksana.
"Iya sih bang... eh by the way, siapa yang hari ini ngisi? " Tanyaku.
"Biasa, si marcel sang pujangga cinta... " jawab bang Adit sambil tertawa pelan.
"Sama siapa?" Tanyaku
"Sendiri tuh dia... eh, kamu mau nggak ngisi bareng dia? " Tawar bang Adit. Padahal aku datang ke sini memang mau menanyakan perihal menjadi host padanya, tapi bang Adit seolah sudah tahu isi hatiku.
"Eh, sekarang nih bang? Tapi aku belum siap.." Aku kurang PD, alias percaya diri.
"Aman itu Deev. Public speaking kamu kan bagus. Abang yakin kalau cuma buat ngisi acara diradio sih kecil buatmu. " Bang Adit berusaha membuat aku percaya diri.
Aku pun diarahkan masuk ruang siaran. Di sana sudah ada Marcel. Sebenarnya namanya bukan Marcel, itu hanyalah nama di udaranya. Nama sebenarnya adalah rahmat. Biar keren gitu dan biar privasiya terjaga.
Bang Adit membuka pintu. Langsung membisiki Marcel, kalau aku akan ikut siaran sore ini. Tapi aku belum punya nama udara.
"Cinta aja... " Bisik bang Adit.
Cinta? Kayak Ada Apa Dengan Cinta dong? batinku.
Setelah lagu berakhir, Marcel langsung memperkenalkanku pada para pendengar setia 172 FM diseluruh pulau.
"Hai Jaka Dara... sore ini aku kedatangan perempuan cantik dan suaranya merdu. Kita langsung minta dia buat perkenalkan diri aja ya. Ini dia... " Kata Marcel penuh semangat.
"Hai jaka dara, kenalin aku cinta, aku anak baru disini. Tapi aku harap jaka dara diluar sana enggak bakalan bosen buat dengerin suara aku karena mulai hari ini aku akan hadir setiap hari nemenin jaka dara semua di setiap sesi romantis.... " Kataku dengan nada bicara penyiar pada umumnya.
"Nah itu tadi dia cinta. Uda kenal semua ya kan. Sekarang kita masuk ke sesi yang ditunggu-tunggu nih... " Kata Marcel.
"Sesi apa itu Cel? " Tanyaku
"Sesi curhaaattt " jawab Marcel penuh semangat.
"Yup bener banget, buat Jaka Dara yang mau curhat masalah apa aja. Percintaan persahabatan atau keluarga bebas ya Cel? "
"Yap bener sekali cinta. Kalau mau curhat sobat setia 172 FM boleh SMS ke nomer berikut... " kata Marcel sambil menunjuk nomor telepon yang tertera di depan kami.
"Di 08527000xxxx... " Kataku menyebut nomor telpon radio.
Kami pun lalu memutar sebuah lagu sambil menunggu SMS masuk. Akan tetapi, belum lagu habis beberapa pesan pun sudah masuk ke ponsel radio. Marcel langsung mengecilkan musik dan membacakan pesan yang masuk lebih dulu.
"Hai kak... aku mau curhat ni. Aku punya pacar, tapi akhir-akhir ini dia kayak menghilang gitu. Menurut kakak dia kemana ya? " Baca Marcel.
"Wah gimana ini cinta. Pacarnya menghilang, cinta tau nggak pacar nya kemana? " Tanya Marcel padaku. Aku seperti orang menghayal.
"Cintaaaa" panggil Marcel sekali lagi.
"Eh, iya... hmm.. pacarnya ya? Hmm mungkin... mungkin dia kehabisan pulsa kali. Atau dia lagi kumat migrain. Positive thinking aja dulu yah. Adakalanya, seseorang itu memang ingin sendiri dulu. Beri ruang untuk cinta me-refresh-kan dirinya sendiri." Jelasku.
"Wah wah... cinta emang bijaksana sekali ya.." Marcel memujiku.
"Oke lanjut SMS kedua. " Marcel menyuruhku untuk membacanya. Aku pun mengambil ponselnya.
"Hai Adri..... an." Aku tidak melanjutkan. Marcel lalu mengambil ponselnya.
"Hai Adrian, selamat sore. Kak aku Windi. mau titip salam dong buat kesayangan aku. Namanya Adrian yang lagi tugas di polres sore ini. Salam sayang. Wah, nampaknya pacarnya polisi ya kak. Oke buat abang Adrian yang lagi tugas di polres dapat salam dari pacarnya. Siapa ini namanya, win... di.. " Suara Marcel begitu lantang sampai menusuk jantungku.
Seketika aku lesu. Hilang semangat. Windi? Salam untuk Adrian di polres? Memangnya, ada berapa banyak nama Adrian yang berprofesi sebagai polisi di polres pulau ini. Apa mungkin itu adalah Adrian lainnya? Atau memang Adrian yang sama denganku. Dasar hidung belang!
Usai nyiar, aku langsung pulang. Masuk ke kamar dan mengunci pintu. Ingin rasanya menangis. Niat hati nyiar untuk menghibur diri, justru aku semakin terluka mendengar kenyataan yang ada.
Apa aku lebih baik menghubungi nomor wanita yang mengirim pesan ke radio tadi. Dan menanyakan perihal Adriannya? Tapi apa aku tidak akan malu nantinya? Why Arunika? kenapa aku jadi seperti ini. Rasanya sangat menusuk saat ada wanita lain yang menyebut namanya, mengirim salam untuknya. Untuk seseorang yang bernama Adrian. Sakit.!
Ada apa sebenarnya ini? Dia kemana? Apa semua yang sudah dia lakukan adalah palsu? Dia datangi keluargaku, dia mengenalkan aku pada keluarganya. Dia sungguh jahat. Jahat!
Aku terus terisak. Ibu lalu mengetuk pintu kamarku. Aku enggan untuk membukanya. Aku tidak mau ibu tahu perihal aku dan Adrian. Aku tidak mau ibu juga ikut memikirkan hubungan sakitku ini.
"Deev.. buka dulu pintunya. Ada apa ini Deev?" Tanya ibu
"Adeeva nggak papa kok bu... cuma lagi kurang enak badan aja." Teriakku menutupi semuanya.
"Buka dulu pintunya. Jangan mengurung diri. Nanti ada apa-apa sama kamu gimana? " Perintah ibu.
Aku pun bangkit dan membuka pintu. Mata sembab ku tidak dapat disembunyikan dari ibu. Batin seorang ibu tahu apa yang terjadi pada anaknya.
"Kenapa Nak? " Tanya ibu.
Aku pun tidak dapat memendam lagi.
"Ibu.... " Teriakku.
"Udah udah... ibu tau... udah ya... " Aku memeluk ibu erat. Jangan dilepas bu. Biarkan pelukan ibu menghangatkan hatiku lagi yang sudah membeku. Beku karena cinta semu yang pergi tanpa pamit dariku. Dia seperti tombak yang sudah menancapkan cinta teramat dalam direlung hati ini, tapi dia juga yang kemudian memaksa lepas tombak itu hingga aku berdarah dan perih.
Ternyata Adrian yang aku kenal, tak sepenuhnya mencintaiku. Semua hanya kamuflase yang dia ciptakan untuk menjadikan aku sebagai objek kebringasan hatinya.
Aku terluka Arunika, iya... sangat terluka.
kawen aja truss sama pak Edward udah beress.. gak banyak kali abis episode..