Mengisahkan tentang seorang wanita yang sangat beruntung. Dinikahi oleh seorang pria muda yang tampan dan kaya, yang berasal dari keluarga konglomerat. Pria yang telah menjadi suaminya benar-benar idaman setiap wanita. Tulus mencintai istrinya dan tidak pernah memandangnya dari status sosial. What a charming prince!
Tapi.... Semua itu tidak sepenuhnya membuat wanita itu bahagia. Justru, ia 'sibuk' berpikir cara menjadi istri yang baik dan sempurna. Ia selalu takut dan khawatir jika ingin melakukan sesuatu atau berkata sesuatu pada suaminya. Wanita itu takut berbuat kesalahan yang akan membuat dirinya dibenci sang suami. Over thinking sampai stres, sudah menjadi bagian dari hari-harinya. Aneh, bukan?
Bagaimana sikap sang suami memiliki istri yang sangat 'istimewa' itu? Apakah ia akan bosan atau... Makin cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FUNtasy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27
Di sore hari menjelang magrib, Riska duduk santai di teras rumah sambil menjahit kemeja suaminya yang sedikit robek. Ia memang sengaja duduk disitu untuk menyambut Reza nya pulang.
Tin!
Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil yang mengejutkannya. Ternyata itu mobil taksi. Riska mengernyit heran, ia pun berniat untuk memanggil Erni yang sedang mengepel ruang tamu.
“Dengan Bu Riska?” tanya supir taksi itu. Riska mengangguk pelan. Supir taksi itu lalu memberikan sebuah paper bag hitam. Riska tampak ragu dan bingung, ia pun segera menelpon suaminya.
“Ha-halo, Mas. Di depan rumah–”
“Ooh taksinya sudah sampai kah?” Tanya Reza dengan suara yang terdengar seperti orang yang sedang bahagia.
“Eh? Itu.. iya, Mas.” Jawab Riska yang masih kebingungan. Wanita itu sangat penasaran, Reza berada dimana dan apa yang sedang suaminya lakukan.
“Terima benda itu lalu, kamu pakai yaaa.”
Tuut!
Setelah memutus telponnya, Riska pun menerima paper bag hitam itu lalu berjalan masuk ke dalam.
Erni yang melihat majikannya senyum-senyum sendiri sambil menaiki tangga, tersenyum tipis. Ia pun keluar lalu berjalan menghampiri supir taksi yang sedang sibuk dengan hp nya.
“Ketemu lagi, Bima.”
“Eh, Mba Jelita.” Katanya sambil mengerlingkan sebelah matanya.
“Genit! Kerja sono! Jangan main game terus! Inget, ni mobil sewa. Jaga baik-baik!” Sahut Erni ketus. Supir itu hanya senyum-senyum sendiri kemudian menyimpan hpnya.
“Tunggu aku, Jelita. Nanti kalo uangku sudah banyak, kita lamaran yaa.” Ujarnya sambil nyengir lebar. Erni melotot lalu berbalik meninggalkan pria itu.
“Genit banget! Dikira, gombalannya ampuh gitu!” Batinnya namun, wajahnya memerah menahan malu.
Tak lama, Riska keluar dari kamar. Wanita cantik itu menuruni tangga dengan hati-hati, khawatir dress yang dikenakannya akan nyangkut dan sobek.
“Dress ini pasti sangat mahal. Harus pelan-pelan niih jangan sampai rusak. Nanti Mas Reza kecewa sama aku.” Ujarnya lirih.
Bukannya terlihat anggun, ia malah seperti orang yang gelisah.. Ia takut sekali akan merusak dress cantik itu. Erni yang melihat sang Nyonya tidak baik-baik saja, langsung membantunya.
“Nyonya, mau saya antar sampai ke mobil? Tenang saja, yaaaa. Berjalanlah seperti biasa. Oh ya! Apakah ada yang ingin Nyonya bawa?” Tanya Erni perhatian.
“Terimakasih ya, Erni. Oh ya! Aku mau bawakan suamiku kue buatanku. Tolong dimasukkan ke dalam kotak makanan, yaa.”
Mendengar permintaan itu, Erni dengan gesit berjalan menuju dapur. Ia pun segera mengambil kotak makanan lalu mengisinya dengan kue buatan sang majikan yang baik.
“Ini, Bu. Ada lagi?” Riska menggeleng. Mereka pun berjalan menuju mobil taksi yang sudah menunggu Riska.
“Terimakasih ya, Erni sudah membantuku. Aku pergi dulu yaaaa.” Kata Riska sambil melambaikan tangannya. Erni mengangguk sambil tersenyum.
“Semoga liburan anda menyenangkan. Jangan lama-lama ya, Bu Riska. Saya nanti kesepian.” Batinnya sambil menatap taksi yang semakin menjauh. Setelah itu, ia pun masuk ke dalam rumah untuk melanjutkan pekerjaannya.
Klek!
“Haaah! Dasar kepo! Susah banget mau hidup tenang. Huuh! Mak Lampir jahat.”
🍀🍀🍀🍀🍀
Sepanjang perjalanan, Riska merasa gelisah karena, jalan yang dituju bukanlah menuju kantor suaminya lantas kemana? Ia khawatir akan terjadi hal buruk padanya dan kandungannya. Padahal, tadi Reza sudah memberitahunya bahwa ia sedang berada di suatu tempat yang akan Riska suka.
“Uuummm.. Pak. Kita pergi ke mana ya?” tanya Riska ragu. Supir itu hanya diam dan tetap fokus menyetir. Ia sudah diberitahu Reza untuk tidak berbicara apapun dengan istrinya.
“Awas aja kalo sampe bocor. Ku tinju wajah kebanggaan mu.” begitu katanya sambil memperlihatkan kepalan tangannya.
“Maaf, Bu. Saya tidak bisa memberitahu.” Jawabnya. Setelah itu, Riska tidak bertanya lagi. Ia memilih untuk menikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Gedung-gedung tinggi dan mewah yang jarang ia lihat, membuat matanya berbinar.
“Isinya gimana yaa. Luarnya saja bagus.” Ucapnya lirih. Sampai tak terasa sudah satu jam mereka menempuh perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan. Akhirnya, sampailah di tempat yang asri, banyak pepohonan namun tidak angker.
“Bu, kita sudah–” supir itu melihat Riska tidur sambil memegang tas kecil dan kotak makanannya. Ia pun berinisiatif untuk menelpon tuannya.
“Pak, kita sudah sampai. Bu Riska nya lagi tidur.”
Tuuut!
Panggilan ditutup sepihak. Ia pun segera keluar dari mobil untuk menemui tuannya. Namun, terlihat Reza keluar dari sebuah rumah kecil nan estetik. Pria dewasa itu berlari menuju mobil taksi.
“Riri, kamu kecapekan yaaa. Maaf, yaaa aku gak nganterin kamu.” ucapnya sambil menggendong istrinya. Ia sangat kasihan pada istrinya yang banyak menangis dan mengalami hal-hal buruk di hidupnya. Tidak seperti dirinya yang sudah puas menikmati kesenangan hidup.
“Pokoknya, Kamu harus bahagia. Kamu pantas untuk mendapatkan semua ini. Lupakan masa lalu dan berbahagialah bersama ku.”
Riska tertidur pulas di dekapan sang suami yang begitu mencintainya. Bahkan saat Reza menaiki tangga menuju kamar yang akan mereka tempati, Riska tetap betah tertidur.
Dan semua itu disaksikan oleh seorang pria yang sangat menantikan sang adik, Surya. Ia bersyukur karena Riska telah dinikahi oleh orang yang tepat, Reza. Pria yang menjadikannya ratu dan tentunya akan membahagiakannya.
“Dek, akhirnya kita bertemu lagi! Maafkan Abang yaa. Ku harap kamu tidak membenci Abang.”