Pertemuan pertama di toko roti, membuat hidup Anjani selalu dihantui oleh seorang duda dingin bernama Kendra.
Anjani tak tahu bahwa Kendra adalah atasannya di tempat Anjani bekerja sebagai office girls.
Kendra yang kesal pada Anjani karena mengatainya pria impoten ketika sedang berebut sepotong roti, membuat Kendra bertekad akan balas dendam pada gadis berlesung pipi itu. Apalagi dia tahu bahwa Anjani adalah karyawan di kantornya.
"Akan ku buat kau seperti di neraka, kucing kecil" seringai mematikan dari bibir Kendra.
Akankah Anjani bertahan bekerja di kantor milik Kendra??...
Ataukah akan terjadi bibit cinta antara keduanya???
Baca terus ya novelku..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Oktana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Pagi ini Rusli membanting semua barang-barang yang ada di rumahnya. Memori 7 tahun yang lalu ketika ia kalah dalam pemilihan kepala desa tiba-tiba muncul dalam otaknya.
Anjani yang baru selesai mandi dan berganti baju sangat syok melihat keadaan rumah yang seperti kapal pecah.
"Bapak apa-apaan?" teriak Anjani.
Rusli menangis. Ia seperti anak kecil yang menendang-nendang apapun yang ada di hadapannya.
"Mereka curang, Bapak jadi kalah!" ucapnya sembari menangis.
"Kalah apa Pak? kalah Bagaimana?' tanya Anjani semakin pusing.
"Tim Sukses mereka melakukan serangan fajar. Pendukung Bapak jadi mendukung Pak Sitepu" teriaknya sembari menangis.
"Sudah Pak sudah. Bapak bangun, jangan begini. Kalau bapak kalah itu takdir. Sudah dari pada semua barang-barang di rumah ini hancur, apa Bapak tidak kasihan pada Jani?" Anjani Semakin sedih.
Padahal peristiwa itu sudah 7 tahun yang lalu tapi memori-memori itu kadang muncul lagi membuat Rusli melakukan hal yang sama yaitu mengamuk dan menangis.
"Siapa yang akan membereskan kekacauan ini Pak?" tanya Anjani kesal.
Rusli pun diam matanya melirik pada sang Putri. Rusli pun langsung memeluk Anjani dan merasa sangat bersalah
"Maafkan Bapak Jani. Nanti Bapak yang akan membereskan ini semua dan bapak akan menggugat KPU dan Bawaslu" ucap Rusli dengan geram.
"Ya sudah nanti gugat KPU-nya. Sekarang bapak bersihkan dulu ini, karena Anjani mau bekerja" balas Anjani.
Rusli pun langsung membawa sapu dan Pengki, ia menyapu kekacauan yang dibuat oleh dirinya sendiri pagi ini.
"Jani bapak lapar!" ucapnya.
"Telur kemarin masih ada di lemari. Bapak makan aja, Jani buru-buru. bisa kan Bapak masak sendiri?" tanya Anjani.
"Bisa Jani!" jawab Rusli.
"Ya sudah Jani berangkat dulu, Bapak jangan nakal di rumah ya. Jangan juga membuat rumah ini berantakan lagi" pesan Anjani.
Rusli pun mengangguk patuh.
"Nanti aku bakal datangi kantor KPU" ucap Anjani lagi.
"Emang kamu berani?" tanya Rusli.
"Berani dong! Anjani kan anak bapak" balas Anjani.
Kesabaran Anjani sepertinya sangat tebal sekali. Ia sudah tidak aneh lagi dengan drama yang selalu datang pagi-pagi yang disebabkan oleh sang bapak.
Beban Anjani semula bukan hanya memikirkan tentang makan dirinya dan sang bapak, Ia pun harus memikirkan dari mana saja uang untuk membeli obat Rusli.
"Pak Jani pergi kerja ya!" ucap Anjani.
Kini Anjani sudah berada di halaman kantor tempat ia bekerja. Ia pun melihat Kendra keluar dari dalam mobilnya. Seketika Anjani merasakan kegugupan.
"Selamat pagi Pak!' sapa Anjani.
Kendra hanya membalas dengan suara deheman dan berlalu begitu saja.
Anjani pun tak ambil pusing. Ia pun segera berjalan menuju arah pantry.
Anjani tidak tahu sebenarnya Kendra menahan kegugupan kalau melihat dirinya.
"Selamat pagi Mi" sapa Anjani pada Ricky.
"Pagi baby! Baru datang?" balas Ricky.
Fuad yang dari tadi diam, langsung menyunggingkan bibirnya.
"Dasar pasukan lebay!" Umpatnya pada Ricky dan Anjani.
"Apa sih lo buat nimbrung aja" ucap Ricky.
"Suka-suka gue dong, cong!" balas Fuad.
" Muka loe kek bencong!" ledek Ricky yang tidak terima di sebut bencong oleh Fuad.
Marni yang datang belakangan, langsung berjalan ke arah Anjani dan Ricky.
"Kenapa mata lo?" tanya Ricky.
" Paan sih? Suka-suka gue dong!" balas Marni.
"Gue colok juga mata lo" timpal Anjani.
Marni pun hanya melengos. Ia kini mulai enggan untuk membully Anjani karena Anjani Sudah berani padanya
"Tumben serigala wadon anteng!" ucap Ricky
"Tahu tuh, habis dapat Bansos kali" sindir Anjani
Fua pun diam, tapi ia tidak beranjak dari sana. Ricky sebenarnya curiga dengan Fuad kalau Fuad itu memang menyukai Anjani, tetapi Fuad pendam sendiri dan malah seakan-akan senang membuat Anjani kesal.
"Jani Loe tau nggak sih, gue merasa ada yang suka sih sama loe cuman jaim aja" sindir Ricky.
Fuad yang merasa tersindir akhirnya menengok pada Ricky.
"Siapa sih yang suka sama gua?" tanya Anjani.
"Ada deh tuh, yang ada tahi lalat di bawah bibirnya. Rano Karno KW sih" jawab Ricky.
"Tahi lalatnya, itu kan????" Anjani pun langsung memandang wajah Fuad. Fuad pun seketika membuang wajahnya kala bertemu pandang dengan Anjani.
"Fuad lo suka sama gue?" tanya Anjani dengan spontan.
"Gue suka sama loe? itu najis" jawab Fuad yang langsung melengos mengikuti Marni.
Anjani dan Ricky pun langsung tertawa terbahak-bahak.
"Ayolah kita gaskeun kerja. Loe kan udah ada tugas membersihkan ruang kerja Bos kan!" ucap Ricky.
"Ya sih, dia minta setiap hari ruangannya harus bersih" balas Anjani .
Mereka berdua pun meninggalkan pantry untuk melakukan tugas masing-masing.
Anjani mengetuk pintu ruang kerja Kendra dan sang pemilik mempersilahkan Anjani masuk.
Di sana terlihat Kendra sedang mengetik pekerjaan di laptopnya. Anjani merasa bahwa pria di hadapannya seperti dewa Yunani.
"Pak Bos tampan sekali sih!" batin Anjani.
"Kamu mulai hari ini dan seterusnya menjadi OG khusus membersihkan ruang kerja saya! Dan satu lagi, setiap hari sebelum kamu masuk kedalam ruangan ini, kamu harus siapkan susu almond hangat dan roti panggang smoke beef dan telor omega setengah matang" pinta Kendra.
"Baiklah Pak, saya akan sediakan itu" jawab Anjani.
"Dan satu lagi, tidak ada yang boleh pegang apapun barang di ruang kerja saya, kecuali kamu" ucap Kendra lagi.
Anjani merasa bahwa permintaan Kendra sedikit aneh. Tetapi ia menurut saja dari pada ia di pecat.
Anjani pun langsung membersihkan ruang kerja itu. Ia tidak sadar jika mata Kendra terus mengawasi apapun yang di lakukan Anjani.
Tangannya dengan cekatan mengelap dan menyikap semua yang berdebu. Meski sebelumnya ruangan kerja itu di bersihkan dua hari sekali sewaktu Leon masih menjabat, tetapi sekarang aturan di buat oleh Kendra.
"Syukurlah semua sudah bersih!" ucap Anjani.
Keringat membasahi tubuhnya, hal itu membuat seorang Kendra ikut merasa kepanasan. Dalam pengelihatannya, Anjani tampak seksi dengan wajah yang memerah dan leher yang basah oleh keringat.
"Sh*t kenapa seksi sekali gadis itu" geram Kendra dalam hatinya.
Miliknya yang tadi tertidur kini pelan-pelan mulai siuman.
"Pak, semuanya sudah beres. Saya permisi!" ucap Anjani.
Kendra memandang Anjani dengan sayu hingga terlihat sensual dimata Anjani. Entah kenapa sang bos selalu membuat Anjani tidak karuan.
"Pak, apakah anda mendengar saya?" tanya Anjani karena Kendra malah diam saja.
"Eh iya, iya!" jawab Kendra gugup.
"Tugas kamu belum selesai!" ucap Kendra yang sengaja menahan kepergian Anjani.
"Semuanya sudah bersih, Pak" Anjani menjelaskan sekali lagi.
"Buatkan saya kopi!" perintah Kendra.
Anjani pun kesal sebenarnya. Ia menghela nafas kasar dan si@lnya Kendra tahu.
"Kenapa? Mau nolak perintah atasan?" tanya Kendra.
"Tidak, Pak. Baiklah saya buatkan sekarang" ucap Anjani yang akan berjalan keluar dari ruangan Kendra.
"Mau kemana?" tanya suara bariton itu.
"Ke pantry dong Pak. Bapak bilang mau kopi kan?" balas Anjani.
"Buat saja di ruangan saya. Di ujung ada kitchen kecil, kamu bisa membuatnya di sana. Saya tidak mau gelas tempat kopi saya bercampur dengan gelas bekas orang lain" kilah Kendra yang sebenarnya sengaja menahan Anjani untuk tetap berada di dekatnya.
"Baiklah paduka raja, hamba akan buatkan!" jawab Anjani kesal dengan nada pelan, namun masih bisa di dengar oleh Kendra.
"Kamu bilang apa, hem?" Kendra bangkit dari kursi kebesarannya lalu berjalan menuju tempat Anjani berdiri.
Seketika Anjani jadi salah tingkah. Ia tidak menyangka bahwa Kendra akan mendengar suara Anjani.
"Maaf, Pak!" hanya itu yang Anjani katakan.
"Maaf? Setelah kamu mengumpat padaku?" Kendra langsung menarik tubuh Anjani dan memeluknya dari belakang.
"Kyaaaaaa!!! Apa yang...." Anjani panik dengan apa yang Kendra lakukan.
"Stttttttt... Diam. Biarkan seperti ini" Kendra langsung mengeratkan pelukannya.
Jantung Anjani bertalu-talu. Kenapa bosnya bisa seberani ini, apalagi ia hanya seorang OG ....
dan kenapa harus plesetan sih say tulisannya. PERKOSA aja gtu ga usah perkaos merkaos perkoas apalah itu.