Tak hanya mengalah dan memendam perasaan, dia juga rela bertanggung jawab atas kesalahan fatal yang dilakukan adiknya hanya demi menjaga perasaan wanita yang dia cintai dalam diam.
(Mohon baca setiap kali update! Jangan menumpuk bab, jangan lompat baca apalagi boom like. Retensi bergantung dari konsisten pembaca.🙏🙏🙏)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26. BUJUK MAMA
"Setelah Azka pulang, kalian langsung mau berangkat ke rumah Ibu kamu?" Tanya mama Flora, sejak Azka mengatakan ingin menginap di rumah bu Lastri malam ini, ia jadi membuntuti Kinan terus.
"Kata Bang Azka sih gitu, Ma." Kinan mengulum senyum. Mama mertuanya itu bukannya lagi sayang ataupun mencemaskan dirinya, tapi terlalu posesif. Sampai-sampai, sedang berkemas-kemas saja, mama Flora tak lepas memperhatikan barang apa saja yang ia masukkan ke dalam tas.
Padahal ia hanya ingin menginap di rumah ibunya, bukan ingin tinggal ataupun kabur.
"Menginapnya cuma malam ini, atau besok-besok juga?" Tanya mama Flora lagi, tadi ia tidak sempat menanyakan itu pada Azka.
"Kalau itu, tergantung Bang Azka sih, Ma." Kata Kinan. Dia mulai merasa tak nyaman terus dicekoki pertanyaan. Dalam hatinya menjerit, ya Tuhan gini banget punya mama mertua yang kelewat sayang.
Kinan bertanya-tanya dalam hati. Apa dulu orangtuanya papa Rangga juga memperlakukan mama Flora demikian, hingga perlakuan itu mama Flora turunkan pula pada menantu menantunya.
Kalau Alesha mungkin merasa biasa saja, dia anak tunggal yang terbiasa hidup serba enak. Sementara Kinan yang terbiasa melakukan apa-apa sendiri, jelas merasa tidak nyaman karena merasa terlalu dikekang.
"Itu apa gak kebanyakan kamu bawanya? Kan cuma nginap,"
Kinan hanya tersenyum tipis, sumpah dia tidak tahu lagi harus menjawab apa. Perasaan ia hanya membawa empat pasang pakaian, masing-masing dua pasang untuk ia sendiri dan Azka.
.
.
.
Jika biasanya sepulang dari kantor, Azka akan langsung menuju kamarnya tapi tidak dengan kali ini. Ia langsung menuju ruang tengah, biasanya papa Rangga sedang bersantai di sana sambil baca koran. Dan benar saja, pria paruh baya yang tetap terlihat tampan meski usianya tak lagi muda itu, sedang menyeruput segelas teh hangat saat ia datang.
"Eh Azka, sudah pulang." Papa Rangga meletakkan kembali secangkir teh hangat buatan istrinya.
"Papa sendirian, nih. Mama kemana? Azka celingak-celinguk mencari keberadaan sang mama.
"Tadi habis buatin Papa teh, Mama kamu langsung nyamperin Kinan. Heran juga Papa, dari tadi pagi Mama kamu itu ngebuntuti istri kamu terus."
Azka langsung garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal, kelakuan mamanya itu tak lain karena ia dan Kinan akan menginap di rumah bu Lastri. Baru akan menginap, bagaimana kalau dia mengatakan ingin tinggal terpisah.
"Pa, ada yang mau aku omongin sama Papa."
Papa Rangga langsung berubah ke mode serius, jika Azka sudah mengatakan demikian pasti hal penting yang ingin dibicarakannya. Entah kali ini hal penting apalagi, terakhir kali Azka membuatnya terkejut saat mengatakan tentang kehamilan Kinan.
"Papa tolong dong bantuin bujuk Mama. Aku dan Kinan ingin hidup mandiri, aku ingin tinggal terpisah." Kata Azka langsung ke intinya. Khawatir jika mamanya tiba-tiba datang.
Papa Rangga menghela nafas panjang, sebesar apapun cinta mama Flora padanya namun ia tidak yakin bujukannya akan mempan. Apalagi ini tentang peraturan yang sudah dibuat istrinya saat anak-anak mereka masih kuliah.
"Pa, ayo dong bantuin bujuk Mama. Kak Kia aja dikasih izin tinggal di apartemen, masa aku yang udah nikah dan ingin hidup mandiri gak dibolehin pindah." Azka sudah seperti anak kecil yang memohon-mohon pada orangtuanya.
"Karena Kakak kamu itu seorang Dokter, dia punya tanggung jawab penuh. Apartemen yang ditempati Kia lebih dekat ke Rumah sakit, Mama kasihan kalau Kia bolak-balik dari sini yang jaraknya jauh banget dari Rumah sakit."
"Tapi aku juga punya tanggung jawab sebagai suami, Pa. Aku harus bisa membahagiakan istri aku. Kinan gak pernah bilang sama aku, tapi aku tahu kalau dia merasa tidak nyaman dengan peraturan Mama."
Papa Rangga menghela nafas berat, "Nanti Papa coba bicara sama Mama kamu." Ujarnya.
Azka tersenyum lebar, "Terima kasih, Pa." Ujarnya lalu pamit ke kamar. Dia sangat berharap papanya berhasil membujuk mamanya. Membawa Kinan keluar dari rumah bukan hanya tentang kenyamanan Kinan yang merasa terkekang, tapi juga untuk menjauhkan Kinan dari Raka.
'Semoga Papa berhasil bujuk Mama,' batinnya, sembari melangkah cepat menuju kamar.
"Nah ini dia Azka sudah pulang. Azka, kamu sudah mau bawa istri kamu ke rumah Lastri? Gak nunggu nanti aja, atau malam sekalian?"
Azka tercengang, baru saja masuk ke kamar sudah ditanya beruntun oleh mamanya. Dia melangkah pelan sembari melirik Kinan yang duduk di sofa. Istrinya itu tampak memijat pelipis, entah apa saja yang dibicarakan oleh mamanya.
"Ya gak sekarang juga sih, Ma. Aku mau mandi dulu," kata Azka. Sebelum mamanya kembali bertanya, ia dengan cepat menaruh tas kerja. Melepas jas dan sepatu, mengambil handuk lalu masuk ke kamar mandi.
Tak berapa lama kemudian, Azka keluar dari kamar mandi. Dia menghela nafas panjang, mama Flora tenyata masih ada di kamarnya. Pantas saja Kinan merasa bosan. Dia yang jarang di rumah jadi tak merasakan bagaimana cerewetnya sang mama.
"Mau menginap berapa hari di rumah bu Lastri?" Tanya mama Flora.
Azka nampak berpikir sejenak, mau melihat bagaimana reaksi mamanya jika ia akan menginap lama. "Sebulan, Ma." Ujarnya.
Benar saja, mama Flora langsung melotot mendengarnya. "Gak kok Ma, cuma sehari." Ralatnya kemudian.
Mama Flora tersenyum, tapi Kinan yang langsung terlihat lesu.
Usai bersiap-siap, Kinan dan Azka pun berpamitan berangkat ke rumah bu Lastri.
Dari balik jendela kamarnya, Alesha memperhatikan ke
******
Sesampainya di rumah ibunya, Kinan langsung menuju dapur. Sebentar lagi memasuki waktu magrib. Ia harus cepat memasak untuk makan malam.
Dengan gesit ia berkutat dengan peralatan memasak, sementara Azka hanya duduk manis menjadi penonton. Sesekali ia tersenyum memperhatikan pergerakan Kinan, perutnya yang buncit tak menjadi penghalang dalam kegiatan memasak istrinya itu.
Bu Lastri mengintip dari balik pembatasan ruangan, wanita paruh baya itu tersenyum memperhatikan kehangatan anak dan menantunya. Walaupun keduanya pernah melakukan kesalahan, tapi ia bahagia melihat putrinya bahagia bersama Azka. Dia berharap, sepanjang hidupnya akan selalu melihat Kinan bahagia dan berharap tak merasakan seperti ia rasakan dahulu.
Beberapa saat kemudian, nasi dan lauk berupa rendang, sambal dan juga sayuran telah tertata rapi diatas meja makan.
Azka menjadi tak sabar ingin mencicipi masakan buatan Kinan. Ini perdana istrinya memasak untuknya, dari aromanya saja sudah membuat perutnya benar-benar keroncongan.
"Silahkan di makan Bang, maaf jika rasanya tidak sesuai selera Abang. Hanya seperti itu kemampuan ku memasak." Ujar Kinan.
Tanpa mengucapkan apapun, Azka langsung mengambil piring, mengisi nasi dan semua jenis lauk yang tersedia kedalam piringnya. Laki-laki itu makan dengan sangat lahap tanpa menghiraukan Kinan yang terus menatapnya. Dan juga lupa memanggil ibu mertuanya untuk makan bersama.
Azka pun menyudahi makannya saat merasakan perutnya sudah benar-benar penuh, padahal ia tidak pernah makan sebanyak itu saat malam hari.
"Masakan kamu enak banget, aku rasanya sampai tidak mau berhenti makan." Azka terkekeh.
"Bukan masakan aku yang enak, tapi itu karena Abang yang memang lapar." Ucap Kinan sembari tertawa pelan.
"Aku serius, masakan kamu emang enak banget. Aku gak pernah loh makan sebanyak ini, apalagi saat makan malam, takut gemuk." Kekehnya.
Tiba-tiba saja perut Azka mengeluarkan suara khas orang kekenyangan yang membuatnya malu sendiri.
Kinan pun menutup mulut dengan telapak tangan menahan tawa.
"Tuh kan denger sendiri, aku sampai sendawa gini." Azka tersenyum malu.
"Iya iya, syukurlah kalau Abang suka dengan masakan aku." Kinan pun memulai makan, sedari tadi ia belum makan karena terus menatap Azka yang makan dengan lahap.
Dan kini giliran Azka yang menatap istrinya sedang makan. Membuat Kinan merasa malu karena terus ditatap. Tapi karena lapar, dia tetap makan hingga makanan di piringnya tandas.
Setelah anak dan menantunya selesai makan, barulah bu Lastri menghampiri.
"Syukurlah, masih ada makanan sisa untuk Ibu." Ucap bu Lastri, sembari memperhatikan lauk lauk yang sebenarnya tinggal secuil itu.
Kinan dan Azka saling tatap, bisa-bisanya mereka melupakan bu Lastri.
biarkan Kinan dan azka bahagia Thor 🙏🙏🙏
intinya klo kmu mw jujur atas perbuatan kmu ke kinan meskipun kmu cinta sma alesha
Kinan sadar dari amnesia nya kasihan azka
-
ayolah Thor biarkan azka bahagia, hatinya begitu baik dan tulus buat keluarganya 🙏🙏