Suami terbangsat adalah suami yang berusaha menjadi pahlawan untuk perempuan lain namun menjadi penjahat untuk istrinya sendiri. Berusaha menjadi teman terbaik untuk perempuan lain, dan menjadi musuh untuk istrinya sendiri.
Selama dua tahun menikah, Amora Juliansany tidak pernah mendapatkan perhatian sedikitpun dari sang suami yang selalu bersikap dingin. Menjadi pengganti mempelai wanita yang merupakan adiknya sendiri, membuat hidup Amora berada dalam kekangan pernikahan.
Apalagi setelah adiknya yang telah ia gantikan sadar dari komanya. Kedekatan sang suami dan adiknya hari demi hari membuat Amora tersiksa. Mertuanya juga ingin agar Amora mengembalikan suaminya pada adiknya, dan menegaskan jika dia hanya seorang pengganti.
Setelah tekanan demi tekanan yang Amora alami, wanita itu mulai tak sanggup. Tubuhnya mulai sakit-sakitan karena tekanan batin yang bertubi-tubi. Amora menyerah dan memilih pergi meninggalkan kesakitan yang tiada akhir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia yang perduli padaku, bukan suamiku.
Hati kecil Amora retak saat melihat foto profil WhatsApp Sunny. Disana Megan dan perempuan itu tampak saling tatap dengan senyum mengembang.
Air mata Amora berdesakan ingin mengalir, namun sekuat tenaga ia menahan untuk tidak menangis. Ia harus lebih kuat. Setidaknya untuk dirinya sendiri.
Di tahun-tahun lalu, Amora selalu berharap cinta akan hadir di hati Megan untuknya.
Tapi sekarang, posisinya sudah tersingkirkan sebab pemilik aslinya sudah kembali.
Sekarang masa lalu itu tinggal kenangan dan kesedihan untuk Amora adalah konsekuensi karena berani menaruh harapan pada Megan. Melihat gambar pasangan disana hatinya terenyuh nyeri.
Saat Amora ingin berpindah posisi, dadanya tiba-tiba merasa sesak dan kepalanya kembali nyeri hebat, Amora tidak mampu bersuara, gawai ditangannya jatuh begitu saja membentur lantai.
Seorang suster tergopoh-gopoh menghampiri Amora yang tidak sadarkan diri, sedang satu lainnya bergegas memanggil dokter.
*****
"Apa yang terjadi?" Varel ikut memasuki kamar rawat Amora. Pria itu ikut merasa panik saat mendengar wanita itu tak sadarkan diri.
"Dia sedang tertekan, dan itu sangat berbahaya dengan kondisinya sekarang."
"Kasus ini kau akan membawanya kemana?" tanya Varel pada teman sekaligus dokter yang menangani Amora.
" Baltimore, Maryland."
"Kapan?"
Mia mengangkat kepalanya.
"Secepatnya."
Varel mengangguk.
"Alihkan tagihan wanita ini kepada ku."
Usai mengatakan itu Varel duduk di dekat ranjang pasien yang di tempati oleh Amora.
Mia terperangah dengan sikap sahabatnya. Sejak kapan seorang Varel perduli pada seseorang? Terlebih seorang wanita.
Mia akan mengatakan sesuatu pada sahabatnya, tetapi tidak jadi karena setelahnya dia menemukan Amora yang telah siuman.
Amora mengerjapkan mata beberapa kali, kedua mata Amora terbuka perlahan-lahan, pandangannya mengedar menatap sebuah ruangan bernuansa putih dan aroma obat-obatan yang menyengat.
Wajah tampan seorang laki-laki yang menyambutnya dengan raut penuh kecemasan.
"Syukurlah, kamu sudah sadar." senyum samar terbentuk di bibir lelaki itu.
"Anda siapa?" bingung Amora yang merasa tidak mengenal sosok dihadapannya.
"Namaku Varel, mulai hari ini aku jadi temanmu." Amora bungkam, tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Amora juga tak mengenal sosok laki-laki yang duduk di samping ranjang pasien yang ia tempati.
"Amora, Varel adalah sahabatku, dia juga merupakan pasien kanker sebelumnya, tetapi Alhamdulillah sekarang Varel sudah sembuh." pria yang dibicarakan hanya mengangguk patah-patah seolah membenarkan perkataan Mia.
Mia mendekati Amora dan segera memeriksa perempuan itu.
"Kau sudah sadar, apa kau merasa pusing? ada rasa ingin muntah, Mora?"
Mia, menatap lekat-lekat wajah Amora yang baru bangun pasca pingsan selama berjam-jam lamanya.
Amora menggelengkan kepalanya pelan setelah dirasa kepalanya tidak lagi sakit.
"Faktor pikiran membuatmu kambuh, apa yang terjadi? Apa yang membuatmu berpikir keras Mora?"
"Aku hanya memikirkan dia..." lirih Amora jujur.
Mia menghela napas dan menatapnya iba.
"Jangan khawatir Amora, kau akan segera menjalankan operasi, semakin cepat semakin bagus, kau juga tidak perlu risau perihal biaya, sahabatku bersedia menanggungnya."
Amora melihat sosok Varel yang ikut menatapnya.
"Sesama teman kita harus saling bantu Amora, aku pernah berada di posisimu, dukungan dari orang terdekat adalah obat paling berharga, kamu tidak sendiri, ada Mia dan juga aku yang membantumu melewati masa sulit."
Ditatap oleh lelaki asing, di perhatikan dengan begitu besar, dan laki-laki asing itu ikut cemas tentangnya. Amora ingin menangis, berandai-andai kalau saja Megan yang perduli bukan sosok asing yang tak dikenalnya.
******
Megan kembali tak menemukan keberadaan Istrinya. Lelaki itu membanting pintu dengan sangat keras, melampiaskan kekesalannya.
"Tingkahmu kelewat batas Amora!" geramnya melempar asal jas yang dikenakan.
Megan mengerutkan dahi. Lelaki itu seolah mengingat sesuatu dan segera bergegas menaiki tangga.
Megan menipiskan bibirnya kala melihat barang-barang sang istri yang berada di lemari hilang hampir setengahnya.
Megan menuju laci tempat Amora menyimpan barang berharganya. Dan Megan terpaku menemukan sebuah cincin familiar yang memiliki batu permata kecil ditengahnya. Dari ukurannya Megan tahu itu milik Amora, tetapi, sejak kapan cincin itu hilang dari jari manis Amora?
Tiba-tiba Megan melihat ke tangan kirinya sendiri, dimana kini melingkar cincin yang sayangnya bukan pasangan cincin yang ia temukan. Seketika Megan tersadar. Lelaki itu buru-buru mencari celana panjang yang dikenakannya waktu di Singapura.
Dadanya bergemuruh ketika melihat celana itu sudah berada di dalam lemarinya, dengan kondisi rapi sudah di cuci dan setrika.
Tangannya bergantian memeriksa, mencari pasangan cincin yang ada di genggamannya.
Tak mendapati yang ia cari, Megan memanggil pelayan. Semua pelayan ditanyai perihal cincinnya yang hilang.
"Maaf Tuan, selama ini kami tidak diperbolehkan mencuci pakaian Anda oleh Nyonya Amora, Nyonya sendiri yang mencuci pakaian tuan dan segala sesuatu yang Tuan butuhkan."
Megan terdiam.
Jika Amora sendiri yang mencuci nya, apakah Amora tahu jika dia telah mengganti cincin pernikahan mereka dengan cincin pasangan dengan Sunny.
Apakah ini salah satu sebab Amora pergi?
Megan merasa sedikit aneh dengan hatinya. Seperti ada rasa takut yang tiba-tiba menyusup.
"Sial" Megan mengumpat.
Megan kesal, kembali melangkahkan kakinya ke kamar Amora, tangannya akan kembali mendorong laci saat matanya menemukan puluhan botol obat-obatan.
Tangan besar Megan meraih satu botol obat tersebut dan memeriksanya. Semua tampak asing. Bukan seperti vitamin yang dia minum.
Megan menghubungi seseorang.
"Datang kerumah, aku ingin kau mencari informasi tentang obat yang ku temukan."
kalau bisa up nya tiap hari ka...
sebelumnya makasih byk ka...