NovelToon NovelToon
The Wait Gets Duda Elegan

The Wait Gets Duda Elegan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / spiritual / Duda / Cinta setelah menikah / Cinta Murni / suami ideal
Popularitas:86.9k
Nilai: 5
Nama Author: Naacha_Nadya

"Pasti Bapak juga gak percaya, kan kalo saya masih perawan?"

"Iya saya gak percaya! Sebelum saya menikahi kamu."
_____

Bagi Tasila, Gezze itu menyeramkan. Dia tidak seperti laki-laki baik yang Ia idam-idamkan selama ini. Dia seorang duda kaya raya yang isu-isunya sempat terkena kasus KDRT sebelum bercerai dengan mantan istrinya.

Tapi, dibalik itu Gezze adalah penyelamatnya. Lebih tepatnya mereka saling menyelamatkan satu sama lain.

Gezze menikahi Tasila bukan tanpa sebab melainkan ada sebuah rahasia yang membuatnya tertarik kepada gadis itu.

Begitupun dengan Tasila, walaupun Ia menerima Gezze pada awalnya karena keterpaksaan namun, pada akhirnya Ia pun mulai menjadikan Gezze sebagai sosok pelindungnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naacha_Nadya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rayuan Maut

Pukul 08:00 Tasila memutuskan untuk pergi ke kantor Arin walaupun Bosnya itu menyuruhnya untuk datang jam 11:00. Ini demi mencari bukti lebih banyak untuk menangkap para peneror itu.

Tasila mengernyitkan dahinya saat melihat 3 orang pria berbadan besar keluar dari ruangan Johan. Ia menunduk dan membenarkan kacamatanya saat 3 orang pria berbadan besar itu melewatinya.

Tasila menoleh kebelakang memperhatikan kepergian 3 pria itu sejenak. Tubuhnya mengejut saat mendapati seorang laki-laki berkemeja merah tiba-tiba sudah berada di depannya saat Ia menarik kepalanya kembali.

"Pak." Tasila mengangguk sopan.

"Lo rajin banget jam segini udah ke kantor. Tapi ruangannya Tante Arin udah di bersihin tuh sama OB."

"O__oh gitu ya Pak,"

"Mending lo ikut gue," Tasila terkejut saat Edric tiba-tiba menarik pergelangan tangannya untung sentuhan Edric tidak mengenai kulitnya.

"Mau kemana Pak?"

"Cari sarapan. Gue traktir deh, jarang, kan lo makan makanan enak?"

Tasila menghela nafas dan mengangguk saja.

Langkah keduanya pun sampai di depan sebuah restoran mewah. Keduanya masuk dan memilih salah satu kursi yang kosong seraya duduk disana dan mulai memesan makanan.

"Kenapa Bapak ngajakin saya sarapan?"

"Ya... Sebagai tanda terimakasih gue aja karena lo udah mau kerjasama."

'Humh, kerjasama katanya.' Batin Tasila meremehkan.

Tasila menunduk saat Edric memperhatikannya dengan intens. Hatinya mulai was-was takut laki-laki itu mengenalinya.

"Lo itu... Aneh banget ya." Edric mengetuk-ngetuk dagunya dengan masih memperhatikan Tasila.

"Kulit tangan lo putih tapi muka lo kok item banget? Bener-bener aneh! Disaat perempuan lain mengutamakan muka putih, lo malah kebalik."

"I__ini saya cuma coba-coba produk Korea aja Pak. Ternyata bikin tangan saya beneran putih." Edric mengernyitkan sebelah matanya dengan sebelah alis terangkat. Namun detik berikutnya Ia hanya mengangguk.

"Oh iya nama lo siapa?"

"N__Nata iya Nata," Balas Tasila.

"Mmm... Pak tadi ada beberapa orang berbadan besar itu siapa ya? Serem banget kaya preman," Tasila mulai memanfaatkan keadaan dengan memancing pertanyaan.

"Anak buahnya Om Johan. Biasa lah lagi jalanin misi,"

"Bukan misi ngerampok, kan?" Edric tertawa mendengar pertanyaan polos dari perempuan di depannya.

"Ya bukanlah. Cuma misi merebut hak aja. Ya... Om dan Papah gue emang punya dendam sama seseorang yang udah ngambil hak mereka. Mereka keukeh untuk merebut hak mereka kembali."

"Hak apa? Anak? Harta? Atau yang lain?"

"Warisan keluarga lebih tepatnya. Om dan Papah gue merasa dikhianati sebagai seorang anak. Mediang Nenek dengan teganya meninggalkan mereka tanpa memberikan secuil harta pun. Dan semua aset perusahaannya dikasih sama anak bungsunya. Maka dari itu kita semua benci sama anak bungsunya!"

"Kok tega banget si? Terus om nya Bapak yang anak bungsu itu gak ada pengertian ngasih sebagian sahamnya gitu? Rakus banget ya." Tasila sengaja mendukung Edric agar laki-laki itu merasa senang dan mau melanjutkan ceritanya.

"Ya itu dia. Gue juga sebel! Tapi rasain aja sekarang. Perusahaan dia hancur! Gue si yakin gak yakin kalo dia bangkrut tapi, gue sangat berharap dia bangkrut beneran biar dia bisa ngerasain apa yang Om dan Papah gue rasain dulu." Tasila mengernyitkan dahinya mendengar itu.

Tasila hanya mengangguk-angguk saja walaupun sejujurnya di dalam benaknya masih dipenuhi dengan pertanyaan. Tapi Ia tidak boleh terlalu banyak tanya, Ia harus bermain halus agar Edric tak curiga.

"Lupain masalahnya dulu ya Pak. Tuh sarapannya udah dateng."

Sang pelayan datang dan membawakan makanan yang mereka pesan. Keduanya pun mendekatkan makanan mereka dan memakannya sesuap.

"Lo punya pacar?" Tasila menggerakkan satu alisnya mendengar pertanyaan dari Edric.

"Kenapa Pak?"

"Enggak, gue penasaran aja apakah cewek kaya lo bisa punya cowok,"

"Karena saya jelek ya Pak?"

"Bukan gue yang bilang loh" Edric mengangkat telapak tangannya.

'Waktu itu gue pernah bilang sama Bu Arin kalo gue punya cowok. Gue bilang udah putus aja kali ya takut jadi masalah.'

"Awalnya ada si Pak tapi, udah putus."

"Loh kenapa?"

"Pacar saya selingkuh sama cewek lain pengen yang lebih seksi katanya sihhhh." Tasila sejujurnya sedang menyindir Edric.

"Dih brengsek banget. Tapi gue juga pernah si."

"Pernah di selingkuhin?"

"Gue yang selingkuh. Lagian dia gak mau nurutin keinginan gue ya gue selingkuh lah."

"Kalo itu salah ceweknya berarti!" Edric mengerutkan matanya tidak percaya mendengar respon Tasila.

"Serius lo di pihak gue?"

"Iya lah Pak. Cowok mana yang tahan kalo punya cewek pembangkang."

Edric tersenyum smirk sambil mengangguk memperhatikan wajah Tasila. Jujur Tasila merasa jijik di dalam hati namun Ia berusaha terlihat tulus di depan Edric.

****

Tasila membasuh tangannya dan bergidik geli. Demi apapun tadi itu akting paling menjijikkan yang pernah Ia lakukan. Mendukung perselingkuhan? Apa-apaan ini!

"Bisa-bisanya aku dulu pernah suka sama cowok modelan begitu." Tasila berdecih pelan.

Ia pun bergegas menuju ruangan Arin karena Bosnya itu sudah menunggunya disana. Langkah Tasila terhenti saat mendengar suara seseorang di dalam ruangan Bosnya.

"Ayolah sayang cepatan kamu kasih surat kekuasaannya sama aku. Masa kamu gak percaya sama suami kamu sendiri. Nanti kalo kamu udah serahin kekuasaan kantor ini dan kantor cabang yang dipimpin Mas Tito, aku janji! Aku bakalan membangun Megan Steel agar lebih maju lagi." Tasila mengerutkan hidungnya merasa mual mendengar ocehan Johan.

"Sabar ya Mas, tunggu pembangunannya selesai dulu. Baru nanti kamu tanda tangani surat alih kekuasaannya." Arin tersenyum sambil mengelus pipi suaminya.

"Sampe kapan sayang? Pembangunan itu masih seperempatnya loh." Johan nampak sok-sokan merajuk.

"Tanggal 7 April deh. Kalo kamu gak nyerahin tanggal 7 April berarti kamu emang selamaini gak percaya sama aku!"

Arin menghela nafas pelan. "Yaudah 7 April."

Johan melebarkan matanya tak percaya mendengar itu. Ia pun langsung memeluk istrinya hangat.

"Makasih banyak ya sayang."

Tasila menghela nafas gusar. Ia bingung kenapa bisa Arin yang pintar dan berwibawa itu termakan rayuan maut Johan. jangan-jangan Johan pun mendapat Arin dari hasil merayu!

Tasila menunggu beberapa saat hingga Johan keluar ruangan. Setelah Johan keluar Tasila tidak langsung masuk melainkan Ia mengikuti laki-laki itu terlebih dahulu.

"Beres Mas. Dia mau nyerahin kekuasaannya tanggal 7 April. Mas doain aja semoga dia belum mati tanggal 7 April. Atau doain aja matinya tanggal 8 aprilnya supaya kita gak perlu repot-repot lagi menyusun rencana baru buat bunuh dia."

Tasila geleng-geleng kepala mendengar ucapan Johan di depan Tito. Sedangkan Tito sang Kakak hanya tersenyum licik dan manggut-manggut.

"Aku tunggu kabar baiknya. Berarti sekarang kita cuma harus fokus sama adik bungsu kita." Keduanya menampilkan senyuman licik mereka.

"Mas tenang aja. Aku udah kirim preman-preman itu ke kantor cabangnya untuk mengawasi sementara. Kalo memang situasinya memungkinkan kita kirim teror lagi."

"Aku pun bersumpah tidak akan pernah menghentikan aksi ku sebelum Gezze sialan itu menyerah dan mau bertekuk lutut di hadapan kita." Tito menampilkan wajah kejamnya.

"Kita bunuh aja kali Mas."

"Jangan! Mas belum puas liat Penderitaan dia. Nama dia tercoreng jelek, kantornya porak-poranda karena teror, hatinya kita hancurkan. Itu semua belum sebanding dengan apa yang kita rasakan dahulu. Bila perlu kita buat dia lebih menderita dari apa yang pernah kita rasakan!"

****

Tasila mendudukkan dirinya di atas sofa ruang tamu sambil menghela nafas berat. Gezze yang melihat istrinya pulang kerja nampak aneh pun mendekatinya dan memeluk pundaknya.

"Ada apa si sayang? Kok mukanya kucel gini?"

Tasila menyentuh pelipis Gezze dan menatapnya lekat membuat sang mpu meringis bingung.

"Kamu gak ikutan crazy juga, kan Mas? Astagfirullah Mas itu saudara-saudara kamu psikopat tingkat 100 loh."

Gezze memberikan segelas air di tangannya untuk istrinya minum. Tasila pun menerimanya dan langsung meneguk habis air itu.

"Aku si kurang paham ya Mas apa maksud mereka tapi, mereka itu punya rencana pengen bikin Mas menderita. Kakak macam apa itu kalo bukan psychopath? Dan mereka bilang seperti penderitaan mereka dulu? Maksudnya apa coba? Gak introspeksi banget mereka, padahal mereka yang dari dulu pengen ngancurin Mas!" Tasila misuh-misuh saking kesalnya dengan kelakuan iparnya.

"Gak papa gak usah dipikirin yah. Kita berdoa aja semoga Allah selalu melindungi kita dari orang-orang jahat seperti mereka." Tasila mengaminkan seraya memeluk pinggang suaminya.

"Kehidupan itu emang keras dan penuh dengan ujian ya Mas. Gak aku gak kamu ujiannya sama-sama saudara. Aku paham sekarang kenapa Allah menyatukan kita yaitu supaya kita saling memahami satu sama lain."

"Masalah Mas lebih berat sayang. Taruhan Mas nyawa tapi, setidaknya kamu bisa bersyukur masalah kamu cuma omongan-omongan yang bikin sakit hati aja bukan sampe ngancem nyawa kamu juga."

"Iya si. Aku juga lebih khawatir sama Mas. Aku jadi sering takut semenjak Mas kena tusukan pisau itu." Tasila mengatupkan bibirnya gelisah.

"Gak papa sayang. Walaupun nauzubillah kematian Mas akibat tangan mereka tetep aja Mas kembalinya ke tangan Allah. Mas sama sekali gak takut." Gezze membelai pipi mulus istrinya.

"Masyaallah. Aku salut sama kamu Mas. Ini yang aku maksud keimanan, aqidah kamu udah mantap Mas. Pertahankan ya."

"Pasti sayang." Gezze mengecup lembut pucuk kepala sang istri.

"Tapi bagaimanapun kamu harus janji ya Mas. Kamu harus selalu berusaha mempertahankan nyawa kamu. Ada aku disini, orang yang selalu takut kehilangan kamu. Aku masih butuh kamu lebih lama lagi."

"Ini hanya seumpama sayang. Jangan takut ya, Mas akan selalu disini bersama kamu selamanya." Gezze tersenyum lembut sambil mengelus-elus kepala istrinya yang kini bersandar pada pundaknya.

1
Elen Gunarti
double up thor 👍 tiap hri
Kamiem sag
kasihan Kean
Elen Gunarti
lnjut Thor
jaran goyang
🤣🤣🤣🤣🤣🤣𝑘𝑒𝑛....𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ𝑖 𝑦𝑎
jaran goyang
𝑏𝑛𝑟 𝑘𝑎ℎ 𝑛𝑖 𝑝𝑛𝑗𝑙𝑠𝑛 𝑛𝑦.... 𝑛𝑡ℎ 𝑐𝑝 𝑚𝑠𝑢ℎ 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑤𝑛 𝑎𝑠𝑙𝑖 𝑛𝑦
Kamiem sag
sakit apa sih Ze
jaran goyang
𝑐𝑝.... 𝑙𝑘𝑖".... 𝑘𝑜𝑘 𝑔𝑘 𝑑𝑘𝑠ℎ 𝑡𝑎𝑢 ..
jaran goyang
𝑛𝑒𝑥𝑡
Herni Herni
lanjut
HARTINMARLIN
oh.... jadi Feli memfitnah Gezze yang mengatakan KDRT dengan dia
Kamiem sag
aku sedih Tas😭
HARTINMARLIN
assalamualaikum aku mampir di cerita mu
Kamiem sag
kasihan Tasila
jaran goyang
𝑐𝑝 3 𝑜𝑟𝑔 𝑡𝑢.....𝑔𝑒𝑟𝑐𝑒𝑝 𝑘𝑘
Kamiem sag
kok Tito nyapa adijnya ponaan??
Kamiem sag
Dika jg cinta?
jaran goyang
𝑔𝑘 𝑏𝑠 𝑔𝑒𝑟𝑐𝑒𝑝 𝑦𝑎
jaran goyang
𝑘𝑎𝑢 𝑟𝑠𝑘𝑛 𝑙ℎ....
jaran goyang
𝑦𝑘𝑛 𝑙ℎ 𝑑𝑖𝑘𝑎 𝑗𝑔 𝑖𝑘𝑡𝑛....
jaran goyang
𝑚𝑘𝑠𝑡 𝑛𝑦 𝑔𝑚𝑛...𝑏𝑖𝑠 𝑔𝑒𝑟𝑐𝑒𝑝 𝑔𝑘 𝑠𝑖
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!