Tuan Muda Iblis Yang Memanjakanku

Para tamu kini mulai berdatangan memenuhi tempat, tidak hanya kalangan pengusaha, ada juga artis papan atas bahkan desainer yang sudah mendunia.

Jasmine mengira jika acara pertemuan keluarga ini hanya dihadiri oleh keluarga besar saja. Tapi ternyata diluar dugaan, banyak wartawan yang ingin mencari celah berita, baik maupun buruk dari mereka yang hadir, hanya untuk keuntungan sendiri.

Sepasang suami istri mendekat ke arah dimana Stevano dan Jasmine duduk.

"Wah, pengantin baru ternyata juga hadir di sini, aku kira kau tidak akan hadir seperti sebelum-sebelumnya, atau mungkin kau hadir hanya sebagai pendamping istri mu saja, bukan karena kau bagian keluarga Anderson," ucap seseorang yang bernama Jasper. Jasper adalah anak dari sepupu Tuan William, Ayah Jasper berkebangsaan Inggris dan ibunya setelah menikah lebih memilih tinggal di negara suaminya, begitu pun dengan Jasper. Dia hanya sesekali kembali ke tanah air.

Kemudian Jasper mengambil gelas yang berisi anggur di atas meja, mengarahkan pada Stevano yang sedang menatap minumannya. "Sudah lama kita tidak bertemu, mari kita bersulang!"

Bukannya mengarahkan gelasnya ke Jasper, Stevano justru meletakkan kembali gelasnya di atas meja dan berkata "Sayang sekali, tapi aku sudah tidak ingin minum lagi," suara yang sangat maskulin itu keluar dari bibirnya yang sedari tadi hanya diam.

Merasa dipermalukan Jasper langsung meneguk minumannya sampai habis tak bersisa. Kemudian pandangannya beralih ke arah Jasmine.

" Nyonya Olivia, bagaimana? kapan rencana kalian akan memiliki anak?" 

Uhuk!

Uhuk!

Uhuk!

Jasmine yang sedang minum langsung terbatuk-batuk akan pertanyaan yang baru saja Jasper lontarkan.

Pandangan Jasper kemudian beralih ke arah istrinya, kemudian meraih dan menggenggam tangannya dan terus memberi kecupan di punggung tangan istrinya di depan semua orang.

"Jangan kalah denganku, kita bahkan sedang merencanakan anak ketiga, iya kan sayang?" Ucap Jasper kepada istrinya.

"Tentu saja", bukankah kehidupan pernikahan akan terlihat sempurna jika ada keberadaan anak diantara pasangan suami istri. Dan kita akan melengkapi kesempurnaan pernikahan kita dengan menghadirkan banyak anak, dan tentu saja anak-anak yang sehat tanpa kekurangan apapun," ucap istri Jason tersenyum mengejek ke arah Stevano.

"Tentu saja kalian bisa mendapatkan itu, lihatlah ayah dan ibunya cantik dan tampan juga pintar, pasti kalian akan mendapatkan anak yang terlahir sempurna," sahut orang yang lainnya yang berada tak jauh dari mereka.

Sindiran demi sindiran terus terlontar dari bibir mereka, Jasmine mendengar itu sangat was-was. Bagaimana jika saat ini suaminya lepas kendali dan tidak bisa mengendalikan emosinya seperti saat di rumahnya. Apakah suaminya itu akan melakukan hal yang sama di sini? Hati dan pikiran Jasmine terus dipenuhi dengan kemungkinan yang akan terjadi.

"Nyonya Olivia tidak perlu khawatir, belum tentu jika ayahnya tidak sempurna, anaknya juga tidak sempurna. Lagian Tuan Stevano ini tidak sempurna bukan dari lahir tapi dari keserakahannya", tambah istri Jasper tak kenal takut saat mengatakan hal itu.

"Aku kira yang menikah dengan mu gadis seperti dirimu yang punya banyak kekurangan, tapi yang kulihat Nyonya Olivia tidak, bahkan dia terlihat sebaliknya, dia begitu sempurna, aku salut pada Nyonya Olivia yang mau menikah dengan pria cacat sepertimu. Atau itu hanya karena kau anak orang kaya di negeri ini.

Mendengar itu, Jasmine mengepalkan kedua tangannya erat.

Jasper mendekat dan mengatakan dengan lantang "Tapi sepertinya jika karena itu kau menikahinya, kau sangat salah, aku beritahu kau satu rahasia, Stevano bukan anak kandung Paman William.

Deg 

Deg

Semua orang di sekitar tempat duduk mereka mendengar jelas apa yang dikatakan Jasper kepada Jasmine.

Jasmine hanya merasa kesal saat mendengar dia dikatakan menikah dengan Stevano hanya karena kekayaan. Tapi kenapa disaat Jasper mengatakan tentang Stevano yang buruk bahkan bukan anak kandung Tuan William rasanya emosi Jasmine hampir meledak.

BRAK!!

KRANG!!

Stevano menendang meja di depannya yang berisi banyak gelas. Hingga meja itu roboh dan semua gelas pecah, hancur lebur menjadi puing-puing hingga berserakan di lantai.

Semua orang menyingkir dan menatap pecahan gelas yang tercecer. Jujur saja mereka sangat terkejut hingga membuat tangan mereka gemetar antara kaget dan takut.

Hening hingga terdengar bisik-bisik menatap Jasmine dan Stevano.

"Bisa kau tutup mulut kotormu itu!" Satu kalimat terdengar menggelegar hingga membuat orang bergidik ngeri dan merinding seketika. Tuan William yang melihat Stevano mengamuk kini menatapnya. 

Stevano kini berdiri dengan kesulitan, Jasmine yang melihat suaminya kesulitan mencoba untuk membantunya, dengan kasar Stevano menepis tangan istrinya di depan semua orang dan berkata lirih, "Pergilah, atau kau hanya ingin mempermalukan dirimu sendiri dengan terus berada di sampingku!"

Yang Jasmine pikirkan selama ini ternyata salah, dia mengira suaminya tidak pernah memikirkan orang lain apalagi perasaannya. Tapi kini dia baru tahu, bahwa suaminya ternyata memikirkan perasaannya. Dia menolak Jasmine membantunya bukan karena dia angkuh, dia meminta Jasmine  pergi karena memikirkan perasaannya. Dia takut kalau istrinya akan ikut dihina seperti dirinya. Dia ingin istrinya meninggalkannya sendiri bersama hinaan semua orang yang ada disana.

Jasmine hanya diam terpaku sekaligus terharu mendengar apa yang tadi dikatakan suaminya, dia kemudian melihat suaminya pergi dengan mendorong sendiri kursi rodanya.

"Lihatlah betapa angkuh dan mengerikannya dia!,

"Pantas saja dia tidak pernah diizinkan hadir di acara besar keluarganya,"

"Lihatlah bahkan istrinya sendiri ditolak padahal hanya ingin membantunya!,

"Kalian tadi dengar bukan kata Tuan Jasper kalau dia bukan anak kandung Tuan William Anderson."

"Iya , aku mendengarnya, apa mungkin dia hanya anak angkat?"

"Dia benar-benar seperti monster yang orang-orang bicarakan."

Suara gosip itu benar-benar seperti lebah yang terus berdengung.

Jasmine merasa terharu, atas apa yang tadi dilakukan suaminya, dia terus saja menatap  suaminya yang kini pergi menjauh.

"Lihatlah dia bahkan tidak mau meminta bantuan orang lain, padahal jelas-jelas dia ke…

CUKUP!!!

Deg

Deg

Deg

Teriakan Jasmine dengan keberanian yang sangat mengagumkan menggema di seluruh ruangan. Stevano menghentikan kursi rodanya di tengah kerumunan banyak orang, ketika mendengar teriakan gadis cantik yang dia tinggalkan sendirian.

"Tidak bisakah kalian sedikit saja menghargai dan menghormati Suamiku? Apakah dia begitu buruk sampai kalian menghinanya seperti itu? Dimana hati dan perasaan kalian ketika mengatakan hal buruk tentangnya?

Mata semua orang yang hadir terbelalak, mereka begitu terkejut dan tidak menyangka jika Jasmine akan berteriak seperti itu di depan semua orang tanpa rasa malu.

Jasmine dengan segera melangkah menuju ke tempat suaminya berada.

Begitu dia sampai dan berdiri di belakang suaminya,

"Jangan menyentuh.."

"Lebih baik Anda juga diam! dan jangan melarangku untuk membantu Anda, sudah pernah kukatakan, aku ini Istri Anda! aku akan tetap menemani Anda. Biarkan aku yang mendorong kursi roda Anda!" Potong Jasmine, sebelum Stevano meneruskan ucapannya.

Kemudian Jasmine mendorong kursi roda Stevano menjauh, tanpa rasa malu sedikitpun. Allexander Gottardo dan Liliana yang menyaksikan itu, tersenyum haru sekaligus bangga melihat tingkah hebat putrinya tersebut.