Sekuel Touch Me, Hubby
🍁🍁
Perjodohan karena hutang budi, membuat Sherinda Agastya, gadis cantik dan sedikit ceroboh itu terpaksa menerima pernikahan yang tidak dia inginkan sama sekali. Parahnya lagi orang yang dijodohkan dengannya merupakan kakak kelasnya sendiri.
Lantas, bagaimana kehidupan mereka setelah menikah? Sedangkan Arghani Natakara Bagaskara yang merupakan ketua Osis di sekolahnya tersebut sudah memiliki kekasih.
Bagaimana lanjutan kisah mereka? Baca yuk!
Fb : Lee Yuta
IG : lee_yuta9
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Biawak
Bab. 12
Hari pertama setelah menyandang sebagai tunangan dari ketua osis, membuat Rinda sedikit kesal. Bukan karena status mereka yang disembunyikan, melainkan wejangan ibu yang sudah seperti rel kereta api. Sangat panjang dan tidak ada putus putusnya.
Tidak boleh seperti ini lah, jaga sikap lah, jaga pandangan mata lah. Itu lah. Ini lah. Pokoknya banyak banget. Sampai-sampai membuat telinga Rinda terasa panas.
"Ih, Ibu emang ngeselin banget ya. Sebenarnya anak kandungnya itu siapa sih? Nggak tau apa kalau anak gadisnya ini high quality. Nggak kayak yang onoh tuh!" gerutu Rinda dengan muka yang benar-benar ditekuk.
Belum juga ada dua puluh empat jam setelah kesepakatan mereka semalam terucap, kini dirinya benar-benar dibuat kesal dengan pemandangan yang ada jauh di depannya.
Rinda yang baru saja mematikan mesin motornya, tanpa sengaja melihat sosok di ujung tempat parkir sana. Tampak seorang pria yang tengah membantu melepaskan helm di kepala sang kekasihnya. Rinda sangat tahu itu.
Bukannya cemburu, akan tetapi Rinda lebih kecewa dengan ucapan cowok itu yang sama sekali tidak bisa dipercayai.
"Memang, ya. Kita nggak boleh berharap sama manusia," ucap Rinda lagi. "Apalagi mahluk biawak modelan begitu. Jelas nggak bisa dipegang sama sekali." imbuhnya menatap kesal.
"Siapa yang biawak, Rind?" tanya seseorang yang tiba-tiba saja berdiri di belakang Rinda tanpa disadari oleh gadis itu.
"Astaga!" kaget Rinda memekik seraya memegang dadaanya yang berdegup kencang. "Lo apa-apaan, sih, Fel! Ngagetin orang idup aja deh, lo!" sentak Rinda secara reflek. Karena ia benar-benar tidak melihat adanya Felisha tadi di sana.
"Ya kali gue ngagetin mayit. Yang ada gue sendiri yang terjungkal, Rind!" balas Felisha seraya tertawa.
"Cialan lo!" kesal Rinda. Gadis itu melepas helm dan menaruhnya di atas spion bagian kanan.
Tentu saja keriuhan yang terjadi di tempat parkir yang disebabkan oleh dua gadis tersebut, menarik beberapa siswa yang juga tengah memarkir sepeda motor mereka. Pun tidak terkecuali orang yang disebut biawak oleh Rinda.
Cowok itu menatap ke arah Rinda yang sedang sibuk dengan temannya, lalu dengan segera mengalihkan pandangannya di saat pandangan mereka sempat bertemu.
"Ada apa, Sayang?" tanya perempuan cantik yang berdiri di samping Ghani.
Ghani menggeleng. "Kita masuk," ucapnya singkat.
Membuat perempuan yang ada di sampingnya itu mengernyit heran. Perasaan tadi mood kekasihnya itu biasa-biasa saja. Tidak seperti sekarang yang tampak kesal.
"Kamu ada masalah, Sayang? Kenapa kok jutek gitu sama aku?" cecar perempuan itu yang tidak bisa melepaskan Ghani begitu saja. Terlebih lagi sikap cowok itu tiba-tiba saja berubah jadi dingin.
Sementara Rinda juga diseret Felisha untuk segera menuju ke kelas mereka. Karena jam pelajaran pertama itu pak guru muda yang killer, membuat Felisha tidak ingin mengambil banyak resiko.
"Buruan gih! Ntar malah kena hukum suruh bersihin toilet loh!" ingat Felisha ketika Rinda sedikit memperlambat jalannya.
Felisha menoleh ke samping ketika Rinda terdiam membisu. Diamnya Rinda itu justru membuat Felisha bergidik ngeri.
"Kenapa lagi, Bebeb?" tanya Felisha penuh rasa penasaran.
Sedangkan Rinda semakin menekuk wajahnya, serta melengkungkan bibirnya ke bawah.
"Jawab, ih! Jangan bikin gue mati berdiri di sini!" desak Felisha yang langsung mendapat pukulan dari Rinda.
"Mati penasaran, e'en!" ralat Rinda.
Felisha hanya menyengir, menyadari kekeliruannya.
"Ya udah, cini bilang cama yayang Lisha," ucap Felisha dengan nada yang begitu menggelikan.
"Gue laper," lirih Rinda dengan muka yang melas.
Felisha langsung menggeleng cepat. Sangat tahu kebiasaan Rinda yang tidak akan bisa fokus jika meninggalkan sarapan paginya. Akan tetapi, di sisi lain juga guru di jam pertama kelas mereka itu pak guru pindahan yang benar-benar garang. Jelas tidak mungkin untuk ijin, apalagi bolos di jam pelajaran guru itu.
"Nggak bisa. Lo tetep kudu masuk kelas sekarang. Anggap aja lo sedang puasa." tegas Felisha seraya menarik tangan Rinda dengan sedikit paksaan.
"Roti dikit aja nggak apa, yayang. Yang penting ini perut ada isinya dikit. Biar dedeknya di dalam kagak jumpalitan karena lapar," rengek Rinda begitu asal. Tanpa memperdulikan tatapan aneh dari siswa yang ada di sekitarnya.
Entah, apa yang akan mereka pikirkan dengan ucapan Rinda. Sudah jelas akan berpikir banyak macam. Berbeda dengan teman sekelas Rinda yang akan menganggap ucapan gadis absurd itu angin berlalu. Karena memang seperti itulah Rinda.