NovelToon NovelToon
ALTAIR: The Guardian Eagles

ALTAIR: The Guardian Eagles

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur
Popularitas:15.8k
Nilai: 5
Nama Author: Altairael

[MOHON DUKUNGAN UNTUK CERITA INI. NGGAK BAKAL NYESEL SIH NGIKUTIN PERJALANAN ARKA DAN DIYAN ✌️👍]

Karena keserakahan sang pemilik, cahaya mulia itu pun terbagi menjadi dua. Seharusnya cahaya tersebut kelak akan menjadi inti dari kemuliaan diri si empunya, tetapi yang terjadi justru sebaliknya---menjadi titik balik kejatuhannya.

Kemuliaan cahaya itu pun ternoda dan untuk memurnikannya kembali, cahaya yang telah menjadi bayi harus tinggal di bumi seperti makhluk buangan untuk menggenapi takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Altairael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ARKA GAGANANTARA

Arka Gaganantara yang baru saja keluar dari kamar refleks menutup telinga saat lagu ulang tahun dikumandangkan sangat nyaring dengan nada tidak beraturan.

Suro Geni, biasa dipanggil Pakde Suro, dan Laras melakukan koor tidak kompak untuk beberapa menit dan berakhir dengan terbatuk-batuk. Laras sampai harus membungkuk supaya ludahnya tidak menciprati kue ulang tahun yang dia pegang.

Mata sayu pemuda berambut kecokelatan itu menatap datar. "Aku ulang tahun?"

Tidak ingat kapan seharusnya berulang tahun, tentu saja Arka heran dan bertanya-tanya. Karena sejak ditemukan oleh pasangan ayah dan anak itu kisaran setahun yang lalu, Arka menderita amnesia. Kalau dia sendiri saja tidak ingat, bagaimana mereka yang tidak mengenalnya semenjak lahir bisa tahu kapan ulang tahunnya?

Pakde Suro terkekeh dan di sela batuk yang sesekali menyerang dia menjelaskan, "Ora usah bingung ... semua ini kemauan Laras. Dia yang ... ngotot pengen kasih kamu kejutan. Sebenarnya aku, ya, lebih suka nasi tumpeng, tapi Laras ngeyel beli kue." Pria usia enam puluh tahun itu kembali terkekeh meskipun oleh karenanya harus kembali terbatuk-batuk juga.

"Ish, Ayah. Tumpeng itu wes kuno." Laras sekilas mendelik pada sang ayah, lalu kembali pada Arka. "Kami kan nggak tau kapan Mas Arka ulang tahun. Jadi, mumpung aku ingat kalau hari ini genap satu tahun kami menemukan Mas Arka, anggap saja hari ini tu hari ulang tahun Mas." Setelah mengoceh cukup panjang, Laras pun tersenyum lebar hingga matanya tertimbun kerutan.

Senyum tipis tersungging di sudut bibir Arka. "Terima kasih," ucapnya singkat tanpa ada embel-embel lain untuk sekadar basa-basi. Itu sudah hal biasa bagi mereka, Arka bukan orang yang pintar berbasa-basi. Malah terkesan sangat irit bicara.

"Ayo, ke ruang makan!" Pakde Suro mencekal lengan Arka, lalu menariknya menuju dapur yang sekaligus merangkap ruang makan.

Di atas meja makan, Laras meletakkan kue bulat penuh krim yang terlihat begitu menggiurkan dengan siraman karamel di permukaan seperti luber, meleleh hingga ke tepian.

"Biar afdol, Mas Arka harus membuat permohonan dulu sebelum meniup lilin," ujar gadis itu sembari menggeser kue lebih mendekat pada Arka.

Arka terpaku, iris kecokelatan yang selalu terlihat sayu menatap cukup lama lilin yang menyala. Ada sensasi aneh dirasakan olehnya. Nyala lilin itu membuat dia merasakan sensasi yang sangat familier. Entah apa, ingatannya tidak mampu berlayar jauh untuk menjangkau kenangan yang terhalang oleh amnesia yang dia derita.

"Tunggu apa lagi, toh? Ayo, ndungo, terus tiup lilinnya. Ini cacing dalam perut wes njerit kelaperan." Pakde Suro terkekeh riang sambil menepuk bahu Arka cukup keras.

"Katanya tadi makan kue nggak bikin kenyang. Sana, makan nasi. Masih ada nasi sama lauk, kok." Laras berujar sarkas sambil bersedekap dan menatap ayahnya dengan mata menyipit.

Pakde Suro pura-pura tidak mendengar ocehan Laras dan malah mendesak Arka, "Ayo, ayo, Arka tiup lilinnya ...."

Pemuda itu tersenyum samar sekilas karena merasa geli dengan tingkah mereka. Setelah itu, menatap lilin beberapa detik lebih lama sembari berdoa dalam hati, kemudian meniupnya. Seketika itu juga, suara sorak-sorai Pakde Suro dan Laras kembali membahana. Sementara Arka hanya tersenyum lebar dan menatap penuh haru.

Setelah makan malam sederhana yang cukup meriah usai, mereka melakukan persiapan untuk perjalanan besok. Mereka harus mengusir roh jahat yang menghuni salah satu vila di Magetan. Harus berangkat pagi-pagi sekali. Jika perlu sebelum matahari terbit karena butuh waktu kisaran dua sampai tiga jam untuk sampai di sana.

Dari salah satu ruangan terdengar Pakde Suro terkekeh sarkas lalu menggerutu, "Ada-ada saja. Besok mau dipakai, kok, baru minta bantuan sekarang."

"Bukannya pemilik vila itu wes bilang kalau gangguannya datang tiba-tiba? Sebagai bentuk profesionalitas, kita nggak boleh nolak." Sembari tergelak, Laras menepuk kasar punggung ayahnya.

Sementara ayah dan anak itu terus meributkan hal-hal yang tidak penting---sudah menjadi kebiasaan jadi tidak mengherankan lagi---Arka beranjak menuju kamarnya.

"Selamat tidur, Mas Arka! Semoga mimpi indah!" Laras berteriak sekuat tenaga seperti Tarzan, padahal jarak di antara mereka tidak begitu jauh.

"Kalian juga harus istirahat," balas Arka sesaat sebelum menutup pintu kamar.

Sebenarnya, pekerjaan mereka tidak memerlukan banyak peralatan. Paling-paling Pakde Suro hanya akan membawa keris sakti dan sebuah cupu berbahan tembaga untuk diisi air, sedangkan Laras memiliki kalung keramat. Selebihnya, mereka akan merapal mantra dan doa.

Akan tetapi, semenjak ada Arka proses pengusiran roh jahat menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Bahkan ada kalanya Pakde Suro dan Laras tidak perlu turun tangan sama sekali. Arka memiliki cara tersendiri untuk menangkap atau mengusir arwah-arwah penasaran, juga roh jahat yang terkadang sangat kurang kerjaan menjahili manusia, bahkan merasukinya.

Suatu kali, Pakde Suro tidak bisa menahan diri. Dia bertanya, apa yang Arka lakukan dan ke mana arwah-arwah itu disingkirkan?

Pemuda itu hanya menjawab, mengajak mereka berdialog baik-baik, lalu mengirim mereka kembali ke tempat asalnya. Jika ada yang bandel, maka Arka akan melakukan sedikit pemaksaan.

Yakin tidak akan mendapat jawaban lebih dari yang sudah disampaikan, Pakde Suro pun tidak bertanya lebih lanjut. Padahal sampai detik ini pun dia masih penasaran, bagaimana bisa Arka melakukan semua itu dengan sangat mudah?

Pemuda berpostur tubuh tinggi tegap dan atletis itu duduk di tepi pembaringan lalu melepas kaus abu-abu yang dikenakan. Tulisan nama di dada kiri kini lebih terlihat jelas karena bekas luka goresannya timbul. Seperti keloid, tetapi tidak terlalu tebal.

Apa benar itu namanya? Lalu siapa yang mau repot-repot menulisnya di situ?

Katanya dia ditemukan di jalan perbukitan saat hujan deras sedang turun, tubuhnya seperti jatuh begitu saja dari langit. Saat terbangun dari tidur panjang yang katanya lima hari, Arka mendapati dirinya terbaring di rumah sakit dengan banyak luka gores yang belum sepenuhnya kering di tubuhnya. Luka dalam di bagian dada dan rusuk yang masih terasa, waktu itu membuatnya cukup kesulitan saat menarik napas.

Apa mungkin Arka adalah korban percobaan pembunuhan berencana?

Baru saja pemuda itu hendak membaringkan diri, Laras mengetuk pintu kamar. "Mas Arka, boleh aku ganggu sebentar?"

"Masuklah." Arka segera menyampirkan baju di bahu kiri untuk menutupi goresan nama yang ada di dada.

Masuk dan melihatnya bertelanjang dada, Laras segera mengerling ke arah mesin pendingin ruangan yang ada di dinding atas jendela.

"Kalau panas kenapa nggak nyalakan AC, toh?" Seperti biasa, gadis itu mengakhiri perkataan dengan kekehan ringan, lalu duduk di samping Arka.

Meskipun sudah berusaha bersikap biasa, tetapi rona yang muncul di pipi tidak bisa menyembunyikan perasaan gadis itu. Ya, gadis normal mana pun tidak mungkin tidak terpesona oleh ketampanan Arka Gaganantara. Laras  bahkan langsung menyukainya malam itu juga saat melihat Arka untuk pertama kali, di bawah derasnya hujan.

Akan tetapi, pemuda itu hanya menganggapnya sebagai adik. Bagaimanapun cara dia berusaha menarik perhatian, hasilnya tetap tidak bergeser dari zona persaudaraan. Kasih sayang pemuda berwajah sendu itu tak lebih dari kasih sayang seorang kakak terhadap adiknya.

Sampai sekarang, Laras masih tidak berhenti berharap, suatu saat nanti Arka akan melihatnya sebagai gadis yang pantas diperhitungkan untuk dicintai sebagai kekasih, bukan sekadar saudara.

"Kalau dinyalakan pasti dingin banget. Aku hanya butuh sedikit angin, buka jendela atau lepas baju cukup," ujar Arka sambil tersenyum tipis.

"Tsk, terserah."

Laras meringis lebar hingga giginya yang rapi terlihat semua. Arka sungguh tidak peka kalau sebenarnya gadis itu sedang berusaha supaya terlihat tidak canggung.

"Ada apa?" tanyanya sambil menyentuh lembut kepala gadis usia delapan belas tahun itu tanpa tahu kalau jantung pemiliknya seketika bertalu-talu.

Mengepal jemari untuk menahan luapan perasaan, Laras lantas bertanya dengan suara sedikit serak, "Emh, An itu siapa, toh?"

Arka menautkan alis. "An siapa? Kenapa tanya aku?"

"Soalnya kemarin malam Mas Arka tu ngingau, terus manggil-manggil, An. An jangan pergi, An tunggu aku, An kamu di mana. An, An, An." Gadis itu berceloteh riang sambil terkikik.

An? Arka tiba-tiba merasa familier dengan nama panggilan itu. Namun, siapa dia? Apakah An ini nama panggilan orang atau mungkin nama binatang peliharaan? Mencoba mengingat, matanya sampai menyipit, alis bertaut semakin rapat, dan dahi pun turut berkerut.

"Ah! Bodoh sekali aku ini!" Laras berseru sembari menepuk bahu Arka hingga yang bersangkutan terlonjak, lalu gadis itu pun dengan senang hati menertawakannya. "Maaf, Mas Arka. Aku nggak maksud ngagetin. Lagian bodoh sekali, loh, aku ini."

"Bodoh?"

"Ya, bodoh, to. Bagaimana nggak bodoh? Sudah tau Mas mggak bisa ngingat, tapi aku malah tanya begitu. Ya, weslah. Sebaiknya Mas Arka tidur, maaf wes ngganggu." Laras terkekeh ringan sembari bangkit dari duduk, lalu ngeloyor pergi. "Nggak usah dipikir," ujarnya sesaat sebelum menutup pintu.

Saat melangkah menjauh, wajah gadis itu langsung berubah muram. Jujur saja, sebenarnya dia cemburu pada An. Tidak tahu An itu manusia, binatang, atau apa, yang jelas hati kecil Laras merasa takut kalau suatu saat An ini akan mengambil Arka darinya.

Sepeninggalnya, Arka kembali termenung. Kalau benar dia mengigau, pastinya juga bermimpi, kan? Namun, dia sama sekali tidak merasa sudah bermimpi. An? Siapa An? Terasa familier, tetapi tetap tidak bisa mengingat.

Daripada kepalanya sakit karena dipaksa berpikir untuk mengingat, Arka lebih memilih untuk beristirahat. Pemuda itu meraih bantal, tidak untuk dijadikan alas kepala, tetapi dipeluk seperti guling.

Aku hanya ingin tau siapa aku ini sebenarnya. Jika masih punya keluarga, aku pengen banget ketemu mereka, dalam hati Arka mengulangi permohonan yang tadi dia panjatkan sebelum meniup lilin. Setelah itu, kelopak matanya perlahan menutup.

"Selamat tidur Arka putra Gaganantara. Tanpa memohon pun, kamu pasti akan bertemu kembali dengannya." Sesosok pria dengan tubuh bercahaya, yang sedari tadi memperhatikan Arka, mengangkat tangan memberi berkat.

"Altair Suli," panggilnya kemudian

" ... "

"Dia baru saja mengucapkan permohonan di hari ulang tahun yang bukan miliknya," sesaat dia terkekeh ringan lalu melanjutkan, "tapi, nggak masalah itu ulang tahun Arka atau bukan. Toh, memang sudah waktunya untuk mereka bertemu kembali."

" ... "

"Tentu saja aku akan sangat berhati-hati, jangan sampai kita mengulang kesalahan Altair Satria dan Altair Harnum."

" ... "

"Baiklah, sampai ketemu besok."

" ... "

Setelah itu, pria bercahaya tersebut berubah wujud menjadi gumpalan cahaya putih. "Semoga mimpi indah, Arka," ujarnya, sesaat sebelum terbang menembus atap lalu melesat cepat ke angkasa malam dan berubah wujud menjadi makhluk bersayap.

1
bang sleepy
Akhirnya sampai di chap terakhir update/Whimper/ aku bagi secangkir kopi biar authornya semangat nulis 🤭💗
bang sleepy
pengen kuguyur dengan saos kacang rasanya/Panic/
bang sleepy
brisik kamu kutu anjing! /Panic/
bang sleepy
bisa bisanya ngebucin di moment begini /Drowsy/
bang sleepy
mank eak?
diyan selalu berada di sisi mas arka/Chuckle/
bang sleepy
shock is an understatement....... /Scare/
bang sleepy
sabar ya bang arka wkwwk
bang sleepy
tetanggaku namanya cecilia trs penyakitan, sakit sakitan trs. akhirnya namanya diubah. bru sembuh
bang sleepy
mau heran tp mrk kan iblis /Drowsy/
bang sleepy
dun dun dun dunnnn~♪
bang sleepy
astaga suaranya kedengeran di telingaku /Gosh/
bang sleepy
Hah... jd raga palsu itu ya cuma buat nguji arka ama diyan
Alta [Fantasi Nusantara]: Kenyataan emang pahit ya🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
bang sleepy
bener uga ciii /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
bang sleepy
idih idihhh
bang sleepy
nyembur wkwkwkwk
bang sleepy
Tiba-tiba cinta datang kepadaku~♪ #woi
bang sleepy
kan bener. kelakuannye kek bokem. tp dia altair
bang sleepy
agak ngeri ngeri sedap emg si diyan ini wkwkw
Alta [Fantasi Nusantara]: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
bang sleepy
anaknya anu kah
bang sleepy
buseeeeddd
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!