Kisah dua orang sahabat Mikhail dan Ashenda yang 'laksana bayangan' antara satu dan lainnya tak bisa terpisahkan. Namun orang bijak pernah berkata, tidak akan menjadi sahabat antara laki-laki dan perempuan melainkan akan tumbuh rasa yang lain, karena telah terlanjur merasa nyaman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunita Karim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Suami Tampan Ashen
Bab 27.
.
Ashen membuka matanya tepat di hadapan wajah tampan Mikhail yang masih terlelap. Di tengah kesunyian itu, hanya lah detak jantungnya sendiri yang terdengar. Perlahan namun pasti, ia ulurkan tangannya menggapai pipi Mikhail. Sejenak ia usap-usap pipi mulus itu, Mikhail tak bereaksi karena memang ia tertidur sangat lelap.
Masih dalam hening, Ashen mulai menggerakkan jemarinya menyusuri wajah kelimis itu. Sembari memandang dengan penuh kekaguman, Ashen tak hentinya mengucap syukur. Ia sangat beruntung memiliki pasangan hidup seperti Mikhail. Karena Mikhail terbilang dewasa dalam bersikap dibandingkan dirinya yang cenderung lebih menuruti naluri yang ada saja.
Memiliki darah campuran Rusia dan Kalimantan-Indonesia, menjadikan Mikhail memiliki fisik yang terbilang nyaris sempurna. Di penghujung masa-masa pertumbuhannya, Mikhail telah memiliki tubuh yang atletis, rambut hitam berkilau dan lebat yang tumbuh dengan baik, hidung yang mancung, bibir yang seksi meski tanpa mengatakan sesuatu hal pun.
Sempurna. Batin Ashen berdecak penuh kekaguman. Masih dari jarak yang begitu dekat, Ashen terus memandangi wajah Mikhail. Namun tak di sangka, kelopak matanya perlahan terbuka, seolah mengetahui jika Ashen tengah memandangi dirinya.
" Kok gak tidur ..." Mikhail menyipitkan matanya memastikan bahwa ia sedang diganggu oleh istrinya sendiri yang seolah baru menyadari jika dirinya telah jatuh cinta terlalu dalam.
Ashen agak terkejut mendengar suara parau Mikhail. Ia pun segera mengalihkan pandangannya tak kuasa membendung perasaan canggung yang telah berkembang menjadi lebih agresif.
" Gue ... Gue kedinginan." Ashen gugup, hingga menjawab sekenanya saja.
Kedua mata Mikhail yang tadinya masih terasa mengantuk, kini terbuka secara keseluruhan. Lalu dengan naluri pribadinya yang tenang, Mikhail menarik selimut tebal berbulu agar melingkupi tubuh Ashen, juga dirinya.
Tak hanya itu, ia juga menggeser posisinya lebih mendekat ke arah Ashen, lalu mendekap Ashen ke dalam pelukan. Sebuah kecupan penuh kasih tak lupa ia labuhkan di kening Ashen.
" Udah gak dingin lagi kan?." Tanya Mikhail begitu senang menggoda sang istri yang betah meringkuk di dadanya.
" Gak. Tapi ..." Kalimat Ashen terpotong, jemarinya nakal menyusup ke balik baju Mikhail dan bergerak sangat pelan.
" Tapi apa sayang?." Tanya Mikhail dengan lembut di sisi telinga Ashen. Jujur saja rasa kantuknya telah hilang. Dan kini ia faham sepenuhnya kalau sang istri cantiknya itu tengah berusaha menggoda dirinya.
Desah manja penuh sukacita tak henti terdengar dari bibir indah Ashen. Malam itu pun tak lagi terasa dingin akibat peluh hangat yang mulai membasahi tubuh. Seperti biasanya, Mikhail selalu berusaha memenuhi keinginan Ashen bagaimanapun caranya. Lagipula, dirinya pun juga menginginkan hal yang sama, hanya saja ia takut akan mempengaruhi kandungan Ashen nantinya jika terlalu sering menuruti hawa nafsu untuk bercinta.
" Mikh ..." Lembut sekali Ashen memanggil Mikhail setelah mereka menuntaskan kemesraan.
" Iya sayang." Sahut Mikhail dengan lembut dan syahdu.
" Lo harus janji gak bakal ngerespon Maura, ataupun cewek lain." Kata Ashen yang ternyata masih memikirkan hal itu.
" Janji sayang. Gue cuma milik lo." Hibur Mikhail dengan perasaan yang masih sama seperti biasa bahkan terus bertambah kuat dan erat setiap harinya. Seharusnya Ashen tak perlu meragukannya lagi.
" Thanks ya." Ucap Ashen lalu membiarkan tubuh polos mereka kembali merapat di bawah selimut tebal. Damai sekali Ashen rasakan. Ia begitu bahagia sekali berada di sisi Mikhail.