NovelToon NovelToon
Hati-hati Dengan Keinginanmu

Hati-hati Dengan Keinginanmu

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Persahabatan / Kutukan / Romansa
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Palma Jebugan

Kisah cinta?
Bisa jadi.

Mistik?
Mungkin bisa dikatakan begitu.

Aneh?
Sudah pasti, tapi memang ini yang terjadi.

Akira, pria muda berusia 38 tahun yang sukses dalam setiap hal di hidupnya, yang malah membuatnya sedemikian bosan karena ketiadaan tantangan disana, terjebak dalam lingkaran kehidupan aneh yang terus saja melemparkannya ke berbagai jenis kehidupan lain tanpa mampu ia cegah.

Sementara ia terus belajar banyak hal mengenai beragam jenis kehidupan yang sebelumnya tak pernah ia mengerti atau bahkan perhatikan, Akira menemukan hal yang selama ini ia cari.

Hidup yang pernah ia miliki adalah yang terbaik, dan ia mulai merindukan dirinya sendiri dan semakin lama, semakin ia mencoba untuk kembali...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Palma Jebugan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

A night to Remember

Malam belum lagi benar-benar datang, yang membuat jalan masih terbilang ramai. Rumah Akira hampir bisa dibilang berada di desa, meski tak jauh dari pusat kota, yang menjadikannya sedemikian sepi ketika malam datang. Tapi saat ini Akira masih harus berhati-hati dengan banyaknya pengendara yang lumayan kencang memacu kendaraan mereka. Meski sebuah Double Cabin diesel berkapasitas 3000cc yang dibelikan Mama sudah terparkir manis di garasi sejak kemarin, Akira lebih memilih untuk menikmati malam ini dengan berjalan kaki. Hal yang sudah sedemikian lama tak ia lakukan. Sejak ia sadar dan berada di tubuh ini, hampir setiap waktu ia habiskan untuk beragam perencanaan dan kegiatan. Ia hampir tak memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Hanya saat ini ia merasa ingin menikmati malamnya. Ia ingin sejenak melupakan semua hal dan melakukan apapun yang ia inginkan. Akira bahkan tak memiliki keinginan untuk menuju ke suatu tempat tertentu. Ia hanya berjalan...

Langkah membawanya ke jalan utama kota, yang ramai dengan segala macam aktivitas.

Kota ini hanya memiliki satu jalan utama, yang membentang sejauh kurang lebih sekitar sepuluh kilometer. Sisi kanan dan kiri jalan yang dihiasi oleh bermacam ragam warung tenda dengan beraneka sajian, tampak sibuk dengan pengunjung. Senyum muncul di bibir Akira ketika kenangan masa lalu muncul dan menenggelamkan dirinya.

Di sepanjang jalan inilah ia sering menghabiskan waktu ketika awal-awal masa kuliah. Demi menambal uang kuliah dan transport harian, ia sering mengamen di warung-warung tenda ini, dan ia lumayan disukai, jika dilihat dari pendapatan hariannya. Suaranya layak didengar dan ia sangat pintar bermain gitar. Entah sejak kapan ia bahkan membiarkan saja gitar-gitar berkualitas tinggi yang mampu ia beli kemudian mengumpulkan debu di sudut ruangan.

Sungguh memang aku dulu. Bodoh dan tak tahu terima kasih, desahnya pada diri sendiri.

Tapi tetap saja pemuda itu tersenyum, dan terus melangkah. Tiba-tiba saja ia kangen dengan hidupnya saat itu. Meski tak yakin ia mampu membunyikan gitar seperti layaknya dia dulu, ia tahu dimana menemukan orang untuk mencoba kemampuannya.

Seperti biasa, ingatannya tak menghianatinya. Pertigaan jalan utama tempat berdirinya salah satu bank nasional itu selalu menjadi tempat bagi para musisi jalanan ini beristirahat sebelum melanjutkan langkah. Sebatang dua batang rokok akan cukup untuk meminjam gitar mereka sementara mereka beristirahat, dan itulah yang ia lakukan. Dari seorang pemuda yang usianya mungkin tak terlalu jauh darinya ia mendapatkan pinjaman dan mulai mencoba.

Senyum Akira terkembang semakin lebar ketika ternyata, ia mampu memainkannya meski tak sesempurna ketika ia berada di tubuhnya sendiri. Dan ketika ia mencoba bernyanyi, Budi, pemuda yang meminjamkan gitar itu bahkan menoleh dan tertawa.

"Wooo, lha suaramu cakep gitu lho Mas, tadi katanya nggak bisa. Nyamar ternyata..." sahutnya kemudian.

"Saya sudah lama nggak pegang gitar, Mas." sahut Akira sambil nyengir. Tiba-tiba saja keinginan untuk ikut ngamen muncul darinya.

"Bro, boleh ikutan ngamen nggak?" lanjutnya sementara Budi tergelak lagi.

"Wah, kamu aja yang nyanyi ya, kalah suaraku." ujarnya seenaknya. Mungkin ia mengira kalau Akira hanya bercanda.

"Oke, kalau gitu aku nyanyi deh. Kamu yang mintain duit ya? Tapi tungguin lagu kelar baru muter." jawab Akira dengan antusias.

"Et, serius to ini?" sambut Budi dengan sedikit rasa heran yang tak ia sembunyikan.

Wajar saja sebenarnya. Akira sama sekali tak menampakkan tampilan anak jalanan sedikitpun. Pakaiannya bagus dan sangat mungkin mahal harganya. Ia sama sekali tak kelihatan kurang apapun. Belum lagi beberapa saat lalu, pemuda itu menerima telpon ketika tengah memainkan lagunya. Punya handphone, dan mau ikutan ngamen?

Anak ini pasti agak kurang beres otaknya, batin Budi sedikit geli.

"Seriuslah. Ikut ya Bud?" jawab Akira tegas. Sedikit banyak, ia bisa meraba pemikiran pemuda yang baru dikenalnya ini. Citra pengamen jalanan tidaklah terlalu bagus, ia tahu ini. Tapi apa perdulinya, toh ia pernah menjalani ini dulu.

"Yah, kalau kau tak keberatan sih." kata Budi sambil tertawa heran, sementara Akira tampak bersemangat ketika Budi mengiyakan ajakannya. Mau tak mau Budi menggelengkan kepalanya melihatnya. Ia sedikit kurang bisa mengerti apa yang diinginkan pemuda ini sebenarnya.

Tapi kembali Budi dikejutkan ketika mereka memasuki warung pertama mereka. Awalnya Budi tak memiliki harapan apapun dari pemuda itu. Bisa saja pemuda yang mengaku bernama Akira ini hanya sekedar mencari sensasi dan Budi sudah menerima kemungkinan pulang tak bawa uang malam ini. Hanya saja, Akira sudah mengucapkan salam dengan percaya diri sambil berdiri layaknya seorang pengamen jalanan kawakan.

"Selamat malam, Bapak, Ibu, Mas, Mbak sekalian. Ijinkan kami menemani santap malan anda sekalian dengan rangkaian nada yang kami bisa. Semoga berkenan"

Suara Akira tenang dan jelas, dan ketika lagu itu mulai ia nyanyikan, wajah-wajah penuh apresiasi tampak menoleh ke arah mereka sambil tersenyum kecil.

Dentingan nada gitar berkumandang ketika alunan suaranya berpadu, lagu berbahasa Inggris yang fasih ia bawakan meluncur dari mulutnya. Sebuah lagu yang dinyanyikan Chantal, living on a jet plane, yang memang sedang tenar saat ini, menemani santap malam orang-orang yang tampaknya mulai menikmati nyanyiannya.

'...Cause i"m leaving on a jet plane, i don't know when i'll be back again. Ow Babe, i hate to go...'

"Terima kasih Bapak, Ibu, Mas dan Mbak sekalian. Hanya ini yang bisa kami hadirkan untuk menemani santap malam anda sekalian, dan semoga berkenan. Atas apresiasinya, kami mengucapkan terima kasih. Selamat malam..." ucap Akira sambil membalas senyum banyak pengunjung warung yang rupanya menikmati performance mereka segera setelah lagunya selesai.

"Bud, hei, Bud! Muter gih!" desak Akira sambil berbisik ketika tampaknya Budi malah terpaku.

Diiringi tawa banyak pengunjung, Budi buru-buru mengedarkan plastik bekas bungkus permen yang ia gunakan untuk menerima pemberian dari para pengunjung warung.

"Jangkrik, nyamar lagi ternyata." cemooh Budi sambil mencibir. Bahkan ia belum bisa sesantai itu ketika menghadapi pandangan mata para pengunjung warung ketika sedang mengamen. Tapi pemuda ini melakukan semuanya semudah bernafas saja layaknya.

Akira tertawa kecil tanpa menjawab cibiran Budi. Ia sangat menikmatinya. Wajahnya semakin sumringah seiring perjalanan mereka membelah jalan kota. Sementara Budi semakin kagum dengan pemuda perlente itu. Kemampuannya sudah tak lagi boleh dibilang sebagai pengamen yang selalu identik dengan pengganggu waktu makan orang. Akira mampu membuat pengunjung yang sebelumnya menatap mereka dengan pandangan kurang nyaman menjadi senyum meminta maaf ketika mereka menolak untuk memberi. Dan yang mengganti uang koin dengan uang kertas untuk diberikan malah lebih banyak lagi. Tak jarang pengunjung yang memilih mencabut dompet mereka ketimbang menyerahkan uang koin yang sudah mereka siapkan sebelumnya. Tak cuma dirinya yang terheran-heran dengan jumlah uang yang didapat ketika akhirnya mereka kembali beristirahat di tempat awal mereka bertemu sebelumnya.

Pertigaan jalan utama ini memang akan selalu ramai. Sebuah warung tenda yang berdiri di depan halaman bank nasional itu akan selalu berisi para musisi jalanan yang mengais rejeki di sepanjang jalan kota. Ini yang membuat banyak diantara mereka saling kenal satu sama lain.

"Ra, ayo dihitung dulu." ajak Budi dengan semangat. Meski ia tak tahu berapa jumlah pastinya, tapi ia yakin kalau pendapatan malam ini jauh melampaui apa yang bisa ia dapatkan sendiri.

"Udah, itung aja dulu." balas Akira sebelum kemudian memilih memesan minuman untuk mereka berdua.

"Woh, panen, Bud?"

"Mayan. Kayaknya bayar utang warung aku nanti." jawab Budi sambil nyengir ke arah pemuda lain yang turut duduk didekatnya.

"Sadis, ada limapuluh ribuan!" celetuk kawan pengamen lain ketika melihat pendapatan Budi, sementara Budi hanya tertawa.

Akira tersenyum. Ia benar-benar ingat bagaimana orang-orang ini bersikap. Hanya ada kegembiraan tulus ketika melihat hasil kawan lain berlimpah. Sama sekali tak ada niat buruk dari mereka.

Masing-masing dari orang-orang ini percaya kalau jalanan sudah mengatur berapa besar yang akan bisa mereka dapatkan malam itu dan hari-hari lainnya. Iri hati dan memaksa diri tak akan membuahkan hasil lebih dari yang seharusnya. Turut bergembira dan berdoa semoga lain waktu akan jadi gilirannya untuk mendapatkan hasil lebih adalah hal yang biasanya mereka lakukan. inilah pula yang dulu membuat Akira menikmati waktunya meski pandangan banyak orang miring terhadapnya.

"Ini nih pelakunya. Kukira amatir, ternyata solid, Boy!" ujar Budi ketika Akira mendekat dengan dua gelas es teh di tangan.

Akira terbahak tanpa menanggapinya. Ia hanya melarutkan dirinya dalam kedekatan para musisi jalanan ini. Komentar ringan dan canda yang mengalir kembali mengingatkan Akira akan hidup yang pernah ia jalani sebelumnya. Hidup yang pernah ia nikmati tanpa terkorosi intrik dan tipu muslihat yang memusingkan. Sebaris kata teriring dalam hati ketika canda mereka membelah malam yang semakin tua.

Terima kasih, hidupku ternyata benar-benar menyenangkan

1
Akbar Asahan
Lagi fokus baca dulu ya kak
Dpangky: ahihihi, silahkan
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!