NovelToon NovelToon
Queen Of Melody

Queen Of Melody

Status: tamat
Genre:Tamat / Mengubah Takdir
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Fiore

Luna selalu tidak percaya diri jika tampil di depan banyak orang, padahal ia memiliki suara indah. Cita-cita Luna sebenarnya ingin menjadi seorang penyanyi tetapi ditentang oleh orang tuanya. Suatu hari Luna mendapatkan tawaran kerja menjadi seorang penyanyi oleh temannya, Mona. Namun, tempat kerja itu merupakan tempat terlarang. Hingga akhirnya ia kabur dari tempat kerja itu, dan bertemu dengan sahabatnya, Adi. Rasa jatuh cinta Luna kepada Adi itu semakin nyata, namun ia tak bisa mengungkapkannya. Adi dan Hani yang merupakan sahabat Luna menyarankan untuk mendaftar audisi menyanyi. Luna pun diterima di audisi itu, dengan perjuangan dan pengorbanannya selama di karantina, Luna berhasil menjadi juara 1 di audisi menyanyi itu, hingga akhirnya kedua orang tua Luna menyadari kalau mereka telah mementingkan egonya bukan masa depan Luna. Cita-cita Luna menjadi seorang penyanyi terkenal akhirnya tercapai dan ternyata Adi juga memiliki rasa terhadapnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fiore, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mulai Terungkap

Pagi harinya selesai aku melakukan fitness bersama Ica, aku langsung kembali ke kamar. Aku lihat ada seseorang yang berdiri di depan kamarku. Ternyata dia wanita semalam yang hampir dipecat oleh atasannya.

“Bisa bicara sebentar, Bu?”, katanya, ia sambil menoleh kiri dan kanannya, seperti ketakutan.

“Iya, ada apa ya, mba?”, aku jadi bingung, sebenarnya apa yang mau dibicarakannya apa tentang semalam?

“Maaf, Bu. Bisa bicaranya di kamar”, katanya.

Aku menjadi semakin bingung, kenapa ia meminta berbicara di dalam kamar, apa ada pesan sesuatu yang ingin disampaikannya.

“Boleh. Ayo masuk”, aku mempersilahkannya masuk ke dalam kamar.

Setelah kami berdua duduk di sofa kecil. Ia pun memulai pembicaraannya.

“Aku benar-benar terimakasih, Bu. Karena telah membantuku semalam”, katanya dengan menitikkan airmata.

“Sudah, mba. Karena aku juga pernah merasakan betapa sulitnya saat mencari kerja”, jelasku mencoba menenangkannya.

“Ibu sudah berbuat baik sama saya. Sementara saya telah berbuat jahat sama ibu”, air matanya pun bertambah deras.

“Berbuat jahat apa? Perasaan kamu tidak pernah melakukan apa-apa”, kataku yang tak mengerti dengan ucapannya.

“Sebenarnya kemarin yang mengacak-acak kamar ibu adalah saya dan ibu Mona”, katanya.

Deg..... Sontak aku pun menjadi kaget mendengar nama Mona.

“Ibu Mona yang menyuruh saya untuk menutup jalan sini terlebih dahulu agar tidak ada orang lewat dan mengetahui kalau kami telah membongkar pintu kamar ibu. Setelah itu saya dan ibu Mona mengacak-acak semua pakaian dan barang-barang ibu. Saya disuruh menutup mulut dan diberikannya uang 1 juta”, lanjutnya.

Jadi, semua ini adalah ulahnya Mona. Dari yang mengacak-acak kamar ku, menabrak Adi, hingga orang tua ku mengetahui kalau aku sedang berada di kontrakan Adi. Nafasku terasa seperti sesak.

“Maafkan saya, Bu. Uang itu terpaksa saya terima karena ibu saya memang lagi butuh biaya untuk berobat”, kata wanita itu berlutut di depanku dan menangis.

“Iya, kamu aku maafkan”, jawabku.

“Terimakasih, Bu. Tapi jangan katakan kepada Ibu Mona ya, Bu. Karena kalau aku mengatakannya, aku diancam akan dibunuhnya”, pintanya.

“Iya, aku tidak akan mengatakannya”, kataku. Aku jadi semakin ingin cepat-cepat ke kantor polisi, melaporkan semua kejahatan Mona.

Selesai latihan olah vokal, aku meminta ijin kepada panitia audisi untuk keluar sebentar. Aku katakan saja jika temanku yang koma kemarin sudah siuman dan aku ingin menjenguknya.

Padahal hari ini aku akan ke kantor polisi terlebih dahulu menyerahkan bukti rekaman CCTV itu ke kantor polisi, berhubung ada Mona di dekatku, maka aku katakan saja itu agar Mona tidak mencurigai ku.

Di depan hotel terlihat Hani yang sudah menjemputku. Kami berdua pun bergegas ke kantor polisi.

“Ini, pak. Aku punya bukti rekaman video CCTV dari restoran yang berada di depannya”, ku serahkan berkas itu.

Pak polisi langsung menyetel video CCTV itu di komputernya. Dari gambar video itu, terlihat jelas bahwa yang sedang mengendarai mobil itu adalah Mona.

“Baiklah, semua ini nanti akan kami proses dan tindak lanjuti”, kata polisi itu.

Aku dan Hani pun merasa lega, bahwa pelaku sebenarnya telah diketemukan. Karena sudah ada bukti itu, sopirnya Mona pun dibebaskan.

“Non, tunggu sebentar”, sopir itu mengejar kami berdua.

Aku dan Hani pun menghentikan langkah.

“Tolong maafkan saya. Sebenarnya kemarin yang menukar baju itu adalah saya karena diperintah oleh Nona Mona”, kata sopir itu.

Aku dan Hani pun tersontak kaget.

“Lalu bajunya dimana sekarang?”, tanya Hani.

“Baju itu dibuang di sebuah sungai besar”, jelas sopir itu.

Akhirnya satu persatu penyebab dari semua masalah ini sudah mulai terungkap.

Setelah dari kantor polisi, aku dan Hani langsung ke rumah sakit, dari kemarin aku dan Hani belum sempat menjenguk Adi setelah siuman.

Di rumah sakit aku dan Hani mencari Adi di ruang ICU sudah tidak ada. Kami pun akhirnya menanyakan ke tempat meja informasi. Dan ternyata Adi sudah dipindahkan di kamar rawat inap.

Kami pun akhirnya menemukan kamarnya. Di kamar hanya ada Ibunya Adi yang sedang menonton televisi.

“Hei, ayo masuk kesini!”, kata ibunya Adi yang sadar kalau ada aku dan Hani di depan pintu.

“Iya, Tante”, kami berdua pun masuk.

Adi tersenyum melihat kami berdua datang, kini ia sudah tidak memakai selang oksigen lagi.

“Oh iya, kalian pasti belum makan juga kan? Tolong antarkan Tante keluar beli makan malam, Han”, kata Ibunya Adi.

“Iya Tante”, jawab Hani.

“Kami berdua keluar sebentar ya, cari makan malam”, Ibunya Adi dan Hani pun keluar, dan kini yang ada tinggal kami berdua.

“Hai, Na”, kata Adi saat melihat ku.

“Di, kemarin kamu benar-benar buat aku takut”, kataku, air mata itu kembali jatuh.

Tangan Adi meraih tanganku.

“Tapi, sekarang aku sudah baikan kan”, katanya.dengan tersenyum.

“Adi, sekarang aku di audisi sudah sampai di 7 besar”, ceritaku.

“Wahh... Bagus itu, tinggal selangkah lagi, cita-cita mu pasti akan tercapai”, kata Adi.

“Ini semua berkat kamu, Di. Tanpa ada kamu, aku tidak akan kuat dan bertahan hingga saat ini”, entah mengapa, yang ada hatiku ingin menangis tapi bukan karena sedih, tapi mengingat semua perjuangan ini. Aku tumpahkan semua air mata ini di samping Adi.

“Sudah, jangan menangis, Na. Dibalik kesedihan pasti akan ada kebahagiaan”, kata Adi mengusap-usap kepala ku.

1
♥\†JOCY†/♥
Kaya gak kerasa udah lama banget aku terkena dampaknya. Sukses terus, thor!
Inari
Author jago bener bikin cerita, sukses terus! 🙌
Beerus
Wah seru banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!