"Aku mau kita bercerai mas!." ucap Gania kepada Desta dengan sangat lantang.
"Aku dan adikmu tidak mempunyai hubungan apa-apa Gania?." Desta mencoba ingin menjelaskan namun Gania menolak.
"Tidak ada apa-apa? tidur bersama tanpa sehelai kain apapun kamu bilang tidak ada hubungan apa-apa, apa kamu gila?."
"Bagaimana kita akan bercerai, kamu sedang hamil?."
"Aku akan menggugurkan anak ini!." Gania yang pergi begitu saja dari hadapan Desta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 27
Dua hari kemudian. Tuan Maxim tampak bahagia, pasalnya kini Gania sudah siuman dan kondisinya pun sudah semakin membaik. Bahkan Gania juga sudah bisa menerima bahwa janin yang ada di dalam rahimnya tidak bisa di selamatkan. Walaupun dia sempat terpukul dan merasa bersalah, kini akhirnya dia mencoba untuk iklas dan menerima.
"Jadi kapan aku bisa pulang, Van?." tanya Gania saat melihat Nevan sedang merapikan beberapa alat priksanya.
"Paling tiga hari lagi." jawab Nevan sambil menatap ke arah Gania.
"Lama sekali? apa besok tidak boleh?."
"Boleh.. asal rawat jalan di rumah." jawab Nevan lagi.
Nevan dan Gania adalah teman semasa kuliah, bahkan kedua orang tuan Nevan juga sedikit dekat dengan keluarga Gania.
"Apa tidak lebih baik di rumah sakit dulu sayang.. biar ada yang memantau kamu di sini, lagi pula keadaan kamu juga belum seratus persen normal." sahut tuan Maxim, karena masih cemas dengan keadaan putrinya yang belum sembuh total.
"Iya Gania. Yang di bilang om Maxim memang benar. Lebih baik di sini dulu, biar kamu sembuh total, lagi pula kamu juga belum bisa berjalan dengan maksimal." Nevan yang setuju dengan tuan Maxim.
"Tapi Gania ingin pulang yah.. Gania bosan ada di sini." rengek Gania sambil menatap wajah sang ayah.
"Ya sudah.. besuk kita pulang, tapi harus di rawat ya di rumah, jangan ngeyel dan merengek minta berangkat kerja. Istirahat dulu sampai kamu sembuh total."
"Iya yah.. ayah tenang saja."
"Dan nanti biar Nevan yang memeriksa kamu di rumah, kan jarak rumah Nevan dan rumah kita dekat, apa kamu keberatan Van, jika kamu yang memeriksa Gania?."
"Boleh om.. saya akan memantau perkembangan Gania sebelum berangkat ke rumah sakit."
"Kamu memang laki-laki yang baik Nevan." Tuan Maxim yang menepuk pundak Nevan sambil tersenyum. "Andai saja dulu om menerima lamaran ayahmu saat kamu ingin di jodohkan dengan Gania."
"Ayah.. jangan bicara yang dulu-dulu." sahut Gania.
"Iya om.. mungkin tidak jodohnya saja." Nevan yang juga tidak ingin tuan Maxim membahas tentang masalalu saat Gania lebih memilih Desta dari pada Nevan saat Nevan ingin melamar Gania.
Saat mereka bertiga sedang berbincang-bincang dari arah luar rungan sudah terdapat mbok Yem, pak Joko, dan juga Paijo yang sedang berdiri di belakang Jini yang ingin menjenguk Gania. Awalnya mereka ragu jika di perbolehkan untuk menjenguk Gania oleh tuan Maxim, namun karena mbok Yem sangat khawatir dan memohon kepada Jini selaku sekretaris Gania, akhirnya tuan Maxim pun memberi izin kepada mereka untuk datang ke rumah sakit dan menyampingkan masalah kemarin tentang Desta dan juga Heksa.
"Permisi tuan, mbok Yem dan suaminya sudah datang." ucap Jini yang lebih dulu masuk ke dalam ruangan.
"Iya.. suruh saja dia masuk ke dalam." perintah tuan Maxim.
Nevan yang sudah selesai memeriksa Gania seketika pamit untuk keluar dari ruangan. Karena masih ada beberapa pasien yang harus di periksa nya.
Tidak lama mbok Yem, pak Joko dan Paijo masuk ke dalam ruangan. Gania yang melihat kehadiran Paijo seketika mengalihkan pandangannya. Gania benar-benar malas menatap ke arah Paijo.
"Non.. apakah non sudah sembuh? apanya yang sakit non? beberapa hari ini simbok khawatir dengan non, sampai ndak bisa tidur." ucap mbok Yem yang mendekat ke arah Gania.
"Gania sudah baik-baik saja mbok, mbok Yem tidak perlu khawatir, buktinya Gania sudah siuman kan?." ucap Gania.
"Alhamdulilah non.. mbok seneng dengernya."
Paijo alias Desta. Ia paham bahwa Gania tidak biasa saat melihatnya. Ia merasa ada yang aneh dengan Gania.Tidak biasanya Gania menatap sinis ke arahnya. Tuan Maxim yang melihat Paijo hanya diam saja seketika mencoba untuk memanggilnya.
"Paijo.." panggil tuan Maxim, dan seketika Paijo pun menoleh ke arahnya.
"Iya tuan." jawab Paijo.
"Ikut saya keluar, saya ingin bicara sama kamu sebentar." perintah tuan Maxim lalu jalan lebih dulu untuk keluar dari dalam ruangan dengan di ikuti Paijo di belakangnya.
Mbok Yem yang menatap ke arah tuan Maxim keluar dari dalam ruangan seketika sudah paham, pasti tuan Maxim ingin bertanya soal Desta dan juga Heksa. Sedangkan pak Joko yang tidak mengetahui apa-apa hanya diam sambil menatap ke arah Gania yang kini masih terbaring lemah di ranjang pasien.
"Sini duduk, Desta." ucap tuan Maxim saat duduk di sebuah kursi depan ruangan.
Paijo yang mendengar tuan Maxim memanggilnya dengan sebutan Desta seketika terhenyak. Paijo merasa bahwa dia hanya salah dengar saja. Paijo pun memutuskan untuk pura-pura tidak mendengar jika tuan Maxim memanggilnya dengan sebutan Desta. Paijo tetap berdiri di dekat pintu.
"Aku tahu namamu Desta, bukanlah Paijo, jadi duduk lah." ucap tuan Maxim lagi.
Desta seketika semakin syok, ternyata tuan Maxim sudah tahu siapa dirinya sebenarnya. Desta pun seketika duduk di sebelah tuan Maxim.
"Apakah om sudah mengetahui semuanya?." tanya Desta.
"Hem.." jawab tuan Maxim singkat.
"Apakah Gania juga sudah tahu om, jika selama ini saya menipunya?." tanya Desta lagi namun tuan Maxim hanya mengangguk pelan.
"Maafkan saya om, jika saya melakukan ini, hingga membuat Gania, seperti ini." ucap Desta secara pelan di samping tuan Maxim.
"Saya masih heran dengan apa maksud mu menyembunyikan identitas mu, Desta? hingga kamu rela menjadikan Gania seperti ini."
"Saya benar-benar minta maaf om, sebenarnya saya juga tidak mau melakukan semua ini. Tapi karena bapak yang tidak pernah menganggap saya sebagai putranya, akhirnya beliau memaksa saya untuk pergi dari rumah, dan menyuruh Heksa untuk menikahi Gania."
"Tapi kenapa selama ini, bapak mu tidak pernah bercerita jika kamu mempunyai seorang adik."
"Heksa adalah anak yang introvet om beda jauh dengan saya. Dia sangat susah bergaul dan dekat dengan seseorang, dia tidak pernah keluar dari kamar, bahkan dulu sekolah saja malas karena malu selalu di buli teman-temannya. Heksa hanya mengenal satu wanita yaitu Vania. Tapi entah kenapa bapak lebih menyayangi Heksa di bandingkan saya. Dari situlah rencana gila bapak muncul, saat om ingin menjodohkan Gania dengan saya. Bapak tidak suka jika saya yang mendapatkan Gania dan akan menjadi menantu orang kaya, sedangkan anak ke sayangan nya hanya mempunyai pacar orang desa, yaitu Vania, bapak tidak setuju jika Heksa menikah dengan Vania. Bapak hanya ingin Heksa menikah dengan Gania." Desta yang mencoba untuk menjelaskan semuanya.
"Lalu kenapa Heksa mau menikah dengan Gania? padahal saat itu dia sedang menjalin hubungan dengan Vania?."
"Karena pertama tujuan Heksa adalah uang dan tahta, bukan pyur untuk menikahi Gania. Maka dari situlah Heksa lebih sering menghabiskan waktunya bersama Vania, jika Gania berada di luar kota. Karena mereka miliki tujuan yang sama, yaitu uang."