Nuna yang berniat menggrebek calon suaminya yang sedang berselingkuh di hotel tapi nasib nya begitu sial karena dia malah di sangka seorang menjual diri.
"Hey lepaskan aku!"
"Apa kau sedang membuat drama, dasar wanita murahan! Cepat puaskan aku atau aku tidak akan membayar mu sepeserpun!"
Malam yang tak seharusnya benar-benar merubah kehidupan Nuna, apalagi setelah Nuna mengetahui jika yang mengambil kesucian nya itu adalah Ananda Haidar, bos di tempat dia bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nilam nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 27.
Jam makan siang Nuna nampak sedang di dalam lift, tujuan nya adalah untuk mengajak sang suami makan bersama di luar.
Saat baru keluar dari lift Nuna melihat Liana yang sedang sibuk dengan komputer nya.
Entah kenapa setiap melihat Liana Nuna selalu merasa marah, rasanya dia ingin menghar mantan teman nya itu sampai menjerit sakit.
"Aku harus main cantik, lagi pula aku mendapatkan lebih dari apa yang dia ambil" gumam Nuna mencoba rileks.
Dan Liana menyadari Nuna yang akan berjalan ke arah nya.
Segera dia beranjak dari duduknya dan menghalangi jalan Nuna.
"Tuan tidak sedang ingin di ganggu" ucap Liana dingin.
"Kamu siapa berani-beraninya menghalangi ku" balas Nuna tak kalah dingin.
"Aku sekertaris nya, dan tuan Haidar sudah mewanti-wanti untuk tidak memperbolehkan seseorang masuk ke ruangan nya" balas Liana lantang.
Mendengar jawaban lantang dari Liana Nuna hanya tersenyum kecut.
Dan Nuna tetap memaksa membuka pintu hingga membuat Liana yang melihat itu mendorong Nuna.
"Hey apa yang kau lakukan!" Nuna tidak terima.
"Sudah aku peringatkan jangan ganggu tuan muda, kau sangat keras kepala Nuna" Liana berkata dengan sedikit membentak.
"Hey! siapa kamu berani membentak istriku!" tiba-tiba terdengar suara Haidar.
Haidar yang sebelum nya mendengar suara keributan keluar dari ruangan nya, dan dia melihat Nuna yang sedang di dorong oleh Liana.
Liana nampak diam menunduk takut karena Haidar tiba-tiba keluar.
"Maaf tuan, dia memaksa untuk masuk. saya hanya menjalankan tugas saya untuk tidak membuat siapapun mengganggu tuan" jelas Liana pelan.
"Dia istriku, apa hak mu melarang istriku masuk hah!" bentak Haidar.
Dan Liana yang mendengar perkataan Haidar seketika sadar jika Nuna adalah istri bos nya.
Tapi meski sudah meminta maaf tetap saja Liana tak akan mendapatkan balasan permintaan maaf nya.
"Dia benar-benar so berkuasa, sayang" Nuna bergelayut manja di tangan suaminya.
Haidar melirik istrinya lalu memberikan kecupan singkat di kening yang membuat Nuna seketika di buat bungkam.
Cup.
"Apakah aku perlu membuat perhitungan pada sekertaris bodoh ini" tanya Haidar.
Hah?..
"Tidak usah, biarkan saja. berikan saja pekerjaan banyak padanya sebagai hukuman" balas Nuna tersenyum.
Haidar mengangguk, lalu melirik Liana yang masih berdiri dalam diam di tempatnya.
"Kau dengar, pekerjaan mu hari ini akan banyak. jadi jangan harap kamu pulang cepat hari ini" tegas Haidar lagi.
"Tapi tuan, saya hanya melakukan tug__" ucap Liana terpotong.
"Tidak menerima penolakan, atau jika kau membantah kau bisa angkat tangan dari pekerjaan ini, karena masih banyak pekerja lain yang benar-benar bersungguh-sungguh ingin bekerja" kata Haidar tegas.
Lalu Haidar menatap Nuna kembali.
"Sudah sarapan?" tanya Haidar.
"Belum, sebenarnya aku kesini untuk mengajak makan siang tapi dia malah melarang ku masuk" Nuna mengadu.
"Tak ada yang bisa melarang istriku ke ruangan ku, dan siapapun orang nya akan berhadapan dengan ku" kata Haidar lagi.
Nuna manggut-manggut dengan ekor mata yang melirik ke arah Liana yang nampak terlihat menahan kesalnya.
Dan setelah itu Nuna di ajak pergi makan siang di restoran dekat perusahaan.
Sedangkan Liana dia hanya bisa menahan kesalnya karena posisinya membuat dia tidak bisa leluasa membalas perlakuan Nuna padanya.
"Lihat saja, aku akan membuat dia menyesal karena sudah membuat posisi ku di perusahaan hancur" gumam Liana sambil mengepalkan tangan nya.
Saat kembali ke meja kerja nya Liana mendapatkan pesan dari Rama yang mengatakan akan pergi ke luar kota.
Hufh..
"Kenapa mendadak sekali, aku bahkan belum sampai puas honeymoon bersama nya" gerutu Liana yang semakin kesal.
Di restoran Nuna nampak sedang makan bersama sang suami, dan selama makan juga Nuna merasa salah tingkah dengan Haidar yang terus menatap ke arah nya.
Nuna mencoba biasa saja tapi tetap saja tidak bisa karena Haidar terus memandangi nya.
"Berhenti memandangi wajah ku" kata Nuna sambil makan.
"Aku suka wajahmu" ucap Haidar sambil menatap Nuna.
Hah?
"Ya aku suka matamu, hidung mu dan bibir mu yang berwarna pink" lanjut Haidar lagi.
Uhuk! uhuk!
Nuna terbatuk-batuk saking terkejut nya mendengar kata-kata gombalan dari suaminya.
"Astaga aku mau terbang" batin Nuna dalam hatinya.
Nuna mencoba biasa saja tapi tetap saja rasanya lain, akhirnya Nuna pun mengambil minum dan setelah itu dia lanjut makan.
"Malam ini aku ingin mengajak mu makan malam" ucap Haidar kembali.
Dan langsung di balas dengan tatapan Nuna.
"Makan malam di luar?" tanya Nuna.
"Hem, teman ku membuka restoran baru dan aku di minta untuk mereview semua menu" jelas Haidar lagi.
Nuna diam nampak berpikir untuk mengiyakan atau tidak ajakan Haidar.
"Gratisan?" tanya Nuna.
"Hem, teman ku bilang kita pelanggan VIP nya" balas Haidar.
Mendengar gratisan Nuna tiba-tiba semangat, dia bahkan menganggukkan kepalanya tanda dia setuju.
"Jadi bagaimana? kamu mau?" tanya Haidar memastikan.
"Iya, mau. lagi pula siapa sih yang nggak suka gratisan" sahut Nuna sewot dan kembali makan.
Haidar yang menatap Nuna tersenyum kecil karena melihat kelakuan Nuna di saat makan, dimana Nuna belepotan di sudut bibir nya.
Dan bukan nya di lap memakai tisue Haidar malah menggunakan tangan nya sendiri dan langsung menjilati jarinya.
"Jorok" Nuna menggeleng.
"Enak" balas Haidar tersenyum.
Pernah berciuman panas tentu saja dia tak jijik karena baginya bibir Nuna adalah bibir termanis yang pernah dia cium.
"Terserah" Nuna memilih lanjut makan.
Pipinya memerah karena malu, Nuna merasa ada yang beda dengan dirinya tapi Nuna sendiri pun tidak tahu apa perbedaan nya.
"Apa ini cinta? secepat ini?" batin Nuna bertanya-tanya.
