"Sekarang kita memang sudah menikah, tapi bukan berarti kamu berhak atas diriku! Semua ini aku lakukan atas kemauan kakek dan Putri ku. Karena bagiku kau tetaplah baby sitter putri ku! Camkan itu!" ucap Revan dingin.
Deg
Sakit itulah yang di rasakan oleh Anin, mendengar ucapan mantan majikannya barusan yang sekarang sudah menjadi suaminya itu. Kalau memang tidak suka dengan perjodohan ini kenapa lelaki itu harus menerimanya.
"Saya tahu tuan, saya sadar diri siapa saya." balas Anin.
Bagaimana dengan kisah mereka berdua? jangan lupa mampir ya ke novel baru Author.. hanya di Novel Toon 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Ziah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 27
Selesai berendam di air dingin, Revan sekarang lebih segar. Akhirnya dia bisa menidurkan juniornya, dengan bermain solo tapi tentunya dengan membayangkan tubuh polos Anin yang sempat dirinya lihat sore tadi. Padahal dia tidak pernah seperti ini, berciuman dengan Gladies saja tubuhnya biasa saja tidak bereaksi seperti dirinya mencium bibir Anin tadi. Melihat bibirnya saja inti tubuhnya sudah menegang apalagi saat mencium bibirnya.
Setelah memakai pakaian tidurnya, Revan berjalan menuju kasurnya. Saat akan naik ke atas kasur, Revan melihat Anin tidur tidak memakai selimut dan Revan pun berjalan menuju lemari untuk mengambil selimut. Lalu berjalan ke arah dimana Anin berada. Revan pun menyelimuti tubuh Anin. Saat akan berbalik menuju kasurnya Revan melihat beberapa buku dan alat tulis di atas meja. Dia bingung perasaan dirinya tidak memiliki buku dan alat-alat tulis bahkan ada pewarna juga seperti yang ada di atas meja.
"Ini milik siapa?" gumam Revan dalam hati. Kemudian Revan beralih menatap Anin. "Apa ini milik Anin?" gumamnya lagi. Revan pun mengambil buku tersebut karena penasaran. Setelah di buka Revan takjub melihat isi dari dalam buku tersebut. Sebuah gambar atau desain baju yang sangat cantik, Revan pun membuka lembar-perlembar desain baju nya. Dan semua desain nya cantik-cantik. "Apa ini buatan kamu Anin? Jika benar aku tidak menyangka kalau kamu pandai mendesain baju sebagus ini. Jika kamu memang ingin menjadi desainer kenapa tidak ambil kuliah jurusan Desainer saja kenapa malah bekerja menjadi pengasuh Yuna dan mengurus Kakek." ucap Revan seorang diri. Kemudian Revan meletakkan kembali meletakkan buku yang berisi desain baju milik Anin diatas meja. Revan kembali ke Anin dan Revan pun membenarkan selimut Anin lagi setelah baru Revan merebahkan tubuhnya ke atas kasur miliknya.
***
Pagi harinya seperti biasa mereka sarapan bersama. Ketika sarapan mata Revan terus menatap Anin, entah mengapa dia sekarang suka memperhatikan Anin diam-diam. Memang cara berpakaian Anin biasa saja, tidak ada modis-modisnya tidak seperti Gladies yang selalu berpakaian terbuka. Tapi walaupun begitu Anin tetap terlihat cantik. Cantik, ya Revan baru menyadarinya Anin sangat cantik. Apalagi kalau melihatnya secara dekat, cantik banget malah. Wajahnya yang tidak di poles oleh makeup, jadi kelihatan cantik alaminya. Tidak seperti para wanita kebanyakan, cantiknya karena memakai make up tebal. Bayangan tubuh polos Anin yang dia lihat kemarin sore melintas kembali di otak Revan. Entah mengapa Revan ingin egois. Dirinya seakan tidak rela ada lelaki lain melihat Anin secantik ini. Apalagi jika Anin berdekatan dengan laki-laki lain ada rasa tidak rela.
"Kenapa gue baru menyadarinya sekarang ya.. Jika dirumah sendiri ada seorang bidadari cantik." gumamnya dalam hati. Revan jadi mengingat sikapnya yang dulu pada Anin bagaimana. Sangat-sangat keterlaluan. Ada rasa malu pada Anin mengingat sikapnya dulu pada gadis itu.
"Princess, mau papa antar ke sekolah?!" tanya Revan.
"Papa beneran mau anter Yuna ke sekolah?" Revan menganggukkan kepalanya. "Apa papa tidak ada meeting lagi hari ini?!" tanyanya lagi.
"Iya sayang.. Kebetulan hari ini papa tidak ada meeting." jawab Revan membuat Yuna senang karena papanya mau mengantarnya ke sekolah tanpa harus dirinya meminta dan merengek untuk di anter ke sekolah.
Setelah selesai sarapan, Revan pun siap-siap untuk berangkat. "Udah princess?!" tanya Revan.
"Udah papa." sahut Yuna. "Ayo bunda kita naik." ajak Yuna pada Anin.
"Bunda tidak ikut sayang.. Kan Yuna udah di anter sama papa." ucap Anin. "Udah sana masuk! Belajar yang rajin ya sayang.. Ingat jangan nakal!" pesan Anin.
"Loh Anin, kenapa kamu tidak ikut nganter Yuna ke sekolah?!" tanya Revan yang berdiri di belakang Anin.
"Enggak tuan, kan sudah tuan yang mengantar." jawab Anin. Dia sadar diri kalau Revan tidak akan menyukai jika dirinya ada di mobil lelaki itu.
"Papa, bunda boleh ya ikut anter Yuna ke sekolah? Kan Yuna maunya dianter sama papa dan bunda." pinta Yuna.
"Boleh dong sayang...!" ucap Revan.
"Tuh bunda.. papa bolehin kok bunda ikut anter Yuna.. Ayo bunda kita naik."
"Tapi sayang_-"
"Masuk Anin, kita anter Yuna sama-sama. Kamu tidak dengar Yuna minta kamu juga ikut mengantarnya!" ucap Revan datar. Tidak mungkinkan dia tiba-tiba berubah berbicara lembut pada Anin, gengsi dong.
"Ayo bunda." Yuna langsung menarik tangan Anin.
"Sayang, bunda di belakang aja? Yuna duduk di depan sama papa." tawar Anin karena Yuna membuka pintu mobil yang didepan dan mendorong Anin masuk kedalam.
"No! Bunda yang duduk di depan. Biar Yuna yang duduk di belakang." tolak Yuna. Sebenarnya Yuna ingin Anin bisa lebih dekat dengan papanya.
"Atau kita sama-sama duduk di depan, biar Yuna bunda pangku." tawar Anin lagi.
"NO bunda.. kalau kita berdua di depan gak muat. Yuna kan sudah besar." tolak Yuna lagi. Sementara Revan yang baru masuk ke dalam mobil hanya diam saja sambil mendengarkan putrinya dan Anin berdebat.
"Yun_-" Anin menghentikan ucapannya karena Yuna sudah langsung menutup pintunya dan Yuna langsung masuk ke kursi belakang. Diam-diam Revan tersenyum tipis.
"Sudah siap princess?!" tanya Revan.
"Sudah papa.. Ayo jalankan mobilnya. Kita berangkat entar Yuna telat." ucap Yuna bahagia.
"Oke princess." Juna pun langsung melakukan mobilnya keluar dari rumah mewah miliknya dan berjalan menuju sekolah Yuna.