Dorongan menikah karena sudah mencapai usia 32 tahun demi menghilangkan cap perawan tua, Alena dijodohkan dengan Mahendra yang seorang duda, anak dari sahabat Ibunya.
Setelah pernikahan, ia menemukan suaminya diduga pecinta sesama jenis.
✅️UPDATE SETIAP HARI
🩴NO BOOM LIKE 🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Digital, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Sesampainya di pasar malam...
Bi Mia turun dari mobil di ikuti Alena dan Ahen, mata Bi Mia berbinar layaknya anak kecil yang diajak liburan.
"Besar juga ya pasar malamnya." gumam Alena sambil menyapu pandangan ke setiap sudut stand-stand dan arena permainan di depannya.
"Bi Mia kok tau ada pasar malam disini?" tanya Alena.
"Biasa, Nyonya. Dari mulut ke mulut." jawab Bi Mia.
Alena hanya mengangguk.
"Bi Mia mau kemana dulu?" tanya Alena lagi.
"Sepertinya saya mau main itu undian, Nyonya. Ada yang menyediakan hadiah HP."
Alena dan Ahen pun setuju, Bi Mia membayar harga undian senilai 10.000 rupiah, ia mulai melempar karet gelang dan harus masuk ke bagian atas botol.
"Jika bisa memasukkan sebanyak 5 karet gelang dalam 1 botol ini, hadiahnya HP." ucap sang penjual.
Bi Mia terlihat serius dan memulainya, lemparan sebanyak 7 kali gagal dan malah masuk ke botol yang berbeda.
Alena tampak ikut serius memperhatikan karet gelang yang di lempar Bi Mia, ia berjongkok.
"Coba lemparnya agak serong dikit," Alena memberi saran dan Bi Mia menurut.
"Hiya!"
Karet gelang itu malah terlempar lebih jauh, Alena ternganga karena prediksinya salah besar, Ahen menahan tawa saat melihat Alena menganga.
"Keliatannya gampang kok, sini Bi. Aku mau coba satu." pinta Alena.
Bi Mia memberikan 3 gelang karet pada Alena, Alena memasang wajah serius dan menyipitkan matanya untuk memfokuskan titik pandangan pada target botol di depannya.
Tiga karet gelang di lempar secara bertahap dan ketiganya meleset lebih parah dari Bi Mia, Ahen menahan tawanya lagi.
"Pantesan hadiahnya gede, susah gini tantangannya." ujar Alena sambil berkacak pinggang.
"Ya kalau tantangannya mudah yang ada mereka bangkrut." timpal Ahen.
"Hump!" Alena membuang muka karena malu.
Setelah semua karet gelang sudah di lempar, Bi Mia menyudahinya. Mereka lanjut mencari permainan yang lain, Bi Mia menenteng kantong plastik berisi satu bungkus deterjen cair yang harganya seribu rupiah dan minuman teh yang harganya seribu rupiah juga.
"Ahen!"
Ahen menghentikan langkahnya saat Alena menarik ujung bajunya beberapa kali.
"Kenapa?" tanya Ahen
"Itu hadiahnya boneka. Aku mau." jawab Alena sambil menunjuk undian yang memajang boneka.
"Udah punya strategi?" tanya Ahen.
"Ya kamu yang main, bonekanya buat aku." Jawab Alena sambil tersenyum lebar.
Ahen menurut saja, ia bersiap melempar bola pada setumpuk kaleng.
"Kaleng roboh semua dalam satu kali lempar bola hadiahnya boneka yang paling besar, Mas." ucap sang penjual.
"Ayo Ahen, pasti bisa!"
Alena begitu bersemangat. Ahen mengatur napas dan memfokuskan arah pandangan, ia tidak langsung melempar bola ditangannya, setelah perhitungannya selesai, ia langsung melempar bola itu dengan agak kencang.
Mata Alena membulat.
"Kyaaaaaa!" pekik Alena saat susunan kaleng itu roboh dalam satu kali lempar bola, begitupun dengan pejualnya yang hanya nyengir.
"Mau yang mana, Mas?" tanya penjualnya.
"Tanya Istri saya aja, Pak."
"Mau yang mana, Neng?"
"Emmm yang mana ya? Yang biru langit deh."
Penjual itu langsung mengambilkan boneka yang diinginkan Alena lalu memberikannya.
"Aaaaaaaa seneng banget!"
Alena berloncat-loncat kecil setelah menerima boneka incarannya, Bi Mia ikut senang melihat Alena yang begitu gembira.
Mereka lanjut ke beberapa mainan dan kini mereka berdua sedang naik Bianglala. Pasar malam akan terasa aneh jika tidak menyediakan Bianglala di dalamnya. Bi Mia pergi berkeliling dan enggan naik Bianglala karena takut mabuk.
Berbeda saat mereka memaikan undian tadi, saat ini Alena diam dengan tatapan sendu saat Bianglala mulai berputar.
"Kenapa?" tanya Ahen.
Alena menggeleng pelan.
"Jika kamu tidak suka, kita minta turun."
Alena menggeleng tanda tidak setuju.
"Aku cuma inget Mama. Dulu, setiap ke pasar malam, aku harus naik bianglala, wajib. Mama akan mengomel karena aku bisa naik lebih 3 kali, hihi."
Buliran bening mulai mengalir, Alena menyeka air matanya dan tersenyum tipis. Ahen tiba-tiba menggenggam tangan Alena.
"Saat kamu tertawa, aku yakin Ibumu juga akan bahagia. Begitupun sebaliknya."
Mendengar perkataan Ahen, Alena langsung mengatur napas dan kembali memasang wajah bahagia.
"Kamu bener, Mama pasti pengen aku bahagia terus."
Ahen mengangguk.
"Kalau gitu aku mau naik 5 kali."
Dengan penuh percaya diri, Ahen menyanggupinya. Satu kali naik Bianglala akan berputar sebanyak 3 kali putaran. Setelah putaran ke-12, Ahen mulai terlihat tidak nyaman, berbeda dengan Alena yang menikmatinya.
Akhirnya putaran terakhir selesai, Ahen turun di ikuti Alena, tiba-tiba saja Ahen berjongkok dan memuntahkan isi perutnya.
"Ahen! Kamu kenapa?" Alena panik.
Alena memijit leher Ahen, Ahen semakin ganas mengeluarkan muntahannya. Setelah muntah, Ahen terlihat lemas, Bi Mia yang melihat itu langsung berlari menuju ke arah kedua majikannya.
"Waduuuhh. Tuan kenapa, Nyonya?" tanya Bi Mia.
"Nggak tau, kayaknya mabok gara-gara kebanyakan naik bianglala." jawab Alena.
Mereka bertiga berjalan menuju bagian belakang stand dagangan, mereka duduk di rerumputan. Ahen terlihat masih belum sepenuhnya sadar, Alena menarik pelan Ahen untuk bersandar di bahunya.
"Sini nyender dulu."
Ahen menurut dan bersandar di bahu Alena, namun kepalanya terasa sangat pusing. Ahen memilih berbaring diatas rumput dan kepalanya berbantalkan paha Alena.
"Sini." Ahen menunjuk kepalanya.
Alena pun memijat pelan kepala Ahen. Bi Mia datant kembali membawa air mineral dan meminumkannya pada Ahen.
Sekitar 30 menit berlalu, Ahen sudah kembali pulih, ia bangun dan meregangkan ototnya.
"Cieee yang habis mabok." goda Alena yang kemudian tertawa. Bi Mia terlihat menahan tawanya.
"Aku hanya kekenyangan tadi." elak Ahen sambil membersihkan rumput-rumput yang menempel di pakaiannya.
"Tuan tidak bawa pakaian ganti?" tanya Bi Mia.
Ahen menggeleng.
"Tidak terlalu kotor kok, tapi agak sedikit gatal."
****************
"Loh kok bukan ke arah jalan pulang?" tanya Alena.
"Kita cari makan dulu, perutku kosong gara-gara tadi."
"Bi Mia pengen kemana?" tanya Alena.
"Saya ngikut Tuan dan Nyonya saja." jawabnya sambil tersenyum.
Setelah 15 menit, akhirnya mereka pergi ke pantai. Salah satu pantai yang masuk kategori Destinasi Wisata Favorit di kota ini. Banyak stand yang menjajakan makanan terutama seafood, pantai ini justru lebih ramai pengunjung saat malam hari.
Ahen menghentikan mobilnya di depan salah satu stand lumayan besar, sang pelayan datang menyambut dengan ramah dan mengantar mereka ke meja yang masih kosong, meja ini pas bersebelahan dengan tembok pembatas air serta di depan mereka terdapat perahu yang sedang sandar.
"Tuan, Nyonya, saya ke belakang dulu."
"Kenapa, Bi?" tanya Ahen.
"Maaf Tuan, saya ada panggilan alam." jawab Bi Mia.
Ahen dan Alena yang paham maksud Bi Mia pun langsung mengizinkan Bi Mia pergi ke toilet. Alena terlihat sedang fokus memilih makanan di daftar menu.
"Ikan bakar jumbo kayaknya enak," gumam Alena.
"Aku cumi bakar, dua." ucap Ahen.
"Wah habis mabok langsung ngisi cumi double, haha." goda Alena.
Suami istri ❎
Tom n Jerry✅
prosotan pake kumis geli dong🤣🤣🤣🤣🤦🏻♀️