21 Days In Hawaii

"C-Caesar..."

Ariana yang terengah-engah menengadah saat bibir pria itu menahan leher jenjangnya, mencium dan menyesap leher Ariana dengan gigitan dan hisapan layaknya bayi kehausan.

Sensasi asing yang dirasakan membuat Ariana enggan mengakui, tetapi justru tubuhnya sendiri bereaksi seolah menerima sentuhan itu. Semakin tegang dan intens.

"G-geli.. Hei, jangan digigit. Caesar.."

Entahlah... Ia terlihat gelisah dengan wajah cantiknya yang memerah. Ucapan Caesar tadi berhasil membuat Ariana terkejut, seolah-olah ia meminta izin untuk menjadi satu-satunya pemilik wanita itu.

Ada apa dengannya? Bagaimana perasaannya? Jika dilihat-lihat saat ini Caesar tidak mabuk.

Ariana ingin tahu lebih dalam, apa pria di atasnya ini menginginkannya juga?.

Satu demi satu tanda merah menghiasi leher Ariana, meninggalkan bekas kepemilikan Caesar. Caesar telah kacau, ia memasukkan satu jarinya pada bibir Ariana. Pikirannya kemana-mana saat melihat sang istri seperti itu akan ulahnya.

Tatapan mata keduanya bertemu dengan nafas memburu, banyak sekali pertanyaan melalui sorot mata Ariana. Caesar yang tersiksa melihat ekspresi nya yang cantik dan eksotis, kembali meraup bibir ranum itu. Bibir yang sudah jadi candu, dan hanya dia yang bisa menikmatinya seorang.

Ariana mengernyit memejamkan mata, setiap sentuhan Caesar mendorongnya terus hingga semakin dalam. Intensitasnya semakin meningkat hingga mampu membuat pikiran kosong. Lidahnya... Lidahnya menyelinap, tak hanya melilit, tapi mengajak. Menggoda, membelai, menuntut balasan.

"Jika seperti ini.. Apa dia benar-benar akan melakukannya?."

Kedua kakinya yang mengangkang dengan tubuh Caesar diantaranya, Ariana dapat merasakan tindakan impulsif yang dilakukan Caesar seolah memancing sensitif nya dengan menggesekan miliknya yang terasa penuh dan keras itu. Akibatnya Ariana menegang hingga mendorong tubuh Caesar, melepaskan cumbuan panas mereka.

"C-Caesar.. Tunggu!.."

Pria itu terdiam, menatap Ariana yang terengah-engah. Rasanya sangat menyenangkan melihatnya seperti ini, wajah cantik dengan penuh tanda merah akan kelakuannya. "Kenapa? Kau terkejut?." Lirih Caesar menempelkan keningnya pada kening Ariana.

Ariana beralih menatap tajam pria di atasnya. "Bagaimana pun aku tak paham. Kau tiba-tiba datang dan langsung membuatku seperti ini, sebenarnya apa isi pikiran mu?." Ariana ingin tahu, tidak mungkin ini tanpa alasan walaupun jika itu hanya nafsu semata.

Tatapan penuh penantian telah Caesar terima. Sejak awal ini memang di luar kesepakatan, tetapi seiring berjalannya waktu emosi aneh yang terus-terusan menggerogotinya membuat Caesar memiliki pandangan berbeda terhadap Ariana.

Ia istrinya, wanitanya, hanya Caesar yang bisa membuatnya marah, sedih, bahagia, dan merasa aman, tidak dengan pria lain.

Ah.. Bagaimana dia harus mengatakannya? Caesar bukan pria yang akan menyentuh tanpa terikat dengan keinginan hati. Ariana benar-benar telah mengacaukan sosoknya.

"Entahlah.."

"Kau menggoyahkan diriku, aku melakukan kebiasaan yang langka dan tidak ada rasa keberatan di sana karena penyebabnya... Kau sendiri." Tutur Caesar parau.

"Apa..."

Ariana tertegun mendengar apa yang Caesar katakan. Pupil matanya membesar, apa ini bentuk pengakuan hatinya? Jika mengingat ke belakang Ariana memang selalu menyadari tindakan Caesar yang diluar kesepakatan, dan kali ini ia mengakuinya sendiri.

Hati Ariana bergemuruh, dirinya tak bisa membohongi diri juga. Walaupun hubungannya dengan Diego sudah 10 tahun, tetapi saat bertemu dengan Caesar dan hidup bersama dengannya, Ariana sama sekali tak memikirkan Diego bahkan bisa dibilang sosok Caesar lah yang memenuhi pikirannya.

Wanita itu mengalihkan pandangan. Keduanya telah sepakat untuk tidak melakukan hal di luar kesepakatan, tetapi sekarang? Rasanya cukup jauh.

"Kita telah sepakat, dan kau sendiri yang bilang tak akan pernah menyentuhku. Lalu apa ini? Apa sosok tuan Caesar yang agung ini sedang menelan ludahnya sendiri?." Sindir Ariana dengan halus.

Pertanyaan yang begitu menampar, Caesar mengingat setiap perkataannya dulu. Tetapi bagaimana pun juga ia telah membohonginya sejak saat itu. Ucapan hanya ucapan, perasaan beda lagi.

Cup..

"Caes!.."

Cup..

"Mpph.."

Cup.. Cup..

Ariana kelabakan sendiri. Bukannya mendapat jawaban, wajah cantik itu malah dihujani ciuman. "H-hei, jawab pertanyaan ku dulu!."

Cup..

"Caesmmph!."

Pria itu membungkam mulut Ariana dengan bibirnya, menghentikan pergerakan Ariana.

Mendapati pertanyaan yang memancing, Caesar tak bisa menahan rasa gemasnya untuk tak disalurkan.

Sangat terlihat sekali sorot mata indah Ariana membulat.

"Diamlah... Jika tak ingin melayani suamimu sekarang." Bisik Caesar menggesek ujung hidung mancungnya diantara leher dan telinga Ariana.

Nafas wanita itu terengah-engah. "Kau!.."

Setelah menyalurkan semua, Caesar kembali merasa sedikit tenang, walaupun di bawah sana miliknya begitu ereksi. Ia tidak mungkin melakukannya dengan paksaan, Caesar harus menahan diri hingga wanita cantik itu bersedia suka rela menginginkan nya juga.

Ariana terdiam..

Tubuhnya dipeluk dalam kungkung an Caesar, sepertinya suasana hati pria itu sedang dilanda sesuatu yang tak ia ketahui. Caesar tak seperti biasanya.

"Caesar..." Lirih Ariana memasukkan jemarinya diantara celah rambut pria itu.

"Hm?."

"Apa tujuanmu melakukan ini?."

"Untuk memberitahumu, tentang apa yang selama ini tertahan."

"Kau tahu kan ini kesepakatan?."

"Maka dari itu aku menunjukkannya."

Ariana terdiam, setiap kalimat yang diucapkan Caesar seperti terbesit luka yang ia sembunyikan. Jika memang ada hal yang tak ia ketahui, Ariana berharap Caesar bisa melaluinya.

Ariana tak peduli lagi dengan detak jantungnya yang berdebar terdengar. Mengingat kesepakatan mereka akan segera berakhir, dengan perlahan Ariana membalas pelukan suaminya. Karena bagaimanapun tanpa sepengetahuan Caesar, pria itu telah berhasil mengambil alih hati dan pikirannya juga. "Aku di sini..."