Cover by me
Namanya Saga Bimantara, perwira tentara berpangkat letnan satu. Ia di jodohkan dengan anak dari komandannya di kesatuan yang bernama Nada queenza rahadi. Tentu saja Saga menerima perjodohan itu di karenakan dirinya juga membutuhkan istri agar sang ibu tidak sibuk menyuruhnya untuk nikah.
Namun di sisi lain Nada—gadis yang akan di jodohkan dengan Saga menolah mentah-mentah perjodohan tersebut, tentu saja dengan alasan dia tidak mengenal Saga lebih-lebih usia pria itu yang sangat jauh di atasnya. Dalam bayangannya pria dengan usia segitu sudah peot, reyot, dan tentu saja dekil mengingat pria itu berprofesi sebagai tentara.
Sampai suatu hari takdir mempertemukan keduanya dalam sebuah insiden yang dimana Nada dalam bahaya yang akan di perkosa para pembegal. Di situlah Saga datang sebagai penolong Nada dan di situlah Nada jatuh cinta pada pandangan pertama ke Saga. Tapi baik Saga maupun Nada tidak tau kalau merekalah yang di jodohkan.
Yuk, baca ceritanya disini👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berangkat
Mereka sudah tiba di kediaman Lingga. Lingga kaget mendapati anak dan menantunya datang mengunjunginya malam-malam begini.
"Loh pada kemari? Masuk-masuk" ucap Lingga mempersilahkan sesaat setelah membuka pintu.
"Siap, Nada minta kesini Ndan. Mau nginep disini" jawab Saga enteng.
Nada memeluk papanya dengan erat. Entahlah, malam ini dirinya hanya ingin mencurahkan kesedihannya pada papanya. Nada menangis sesenggukan dalam dekapan Lingga.
Lingga mengerti, pasti ini berat bagi Nada. Lingga mencoba menenangkan Nada dengan mengelus punggung putrinya dengan sayang.
Nada sudah berada di kamarnya di lantai 2. Sementara Saga asyik bercerita dengan Lingga di ruang TV.
"Gimana ga? Repot ga Didik Nada?" tanya Lingga penasaran dengan kehidupan mereka.
"Siap, tidak ndan. Nada orangnya penurut kok"
Lingga tersenyum, "baguslah kalau begitu, Nada memang anak yang baik dari kecil dia selalu nurut sama apa yang saya perintahkan, walaupun ya agak cengeng sama manja anaknya" Lingga terkekeh.
Saga hanya diam menyimak ucapan Lingga, sesekali ia melirik sekitar rumah yang teramat sunyi itu.
"Kenapa ga? Sepi ya?"
Saga hanya manggut.
"Ya beginilah ga suasana rumah papa. Sepi, gak ada siapa-siapa. Cuma sendirian" ucap Lingga menatap Saga.
"Saya mau minta kamu cepet kasih saya cucu, eh kamunya malah dapat panggilan tugas" ucap Lingga terkekeh.
Saga hanya tersenyum mendengar penuturan sang mertua yang ingin segera diberikan cucu.
Cucu, mana cucu?
Saga masuk kedalam kamar, ia melihat Nada masih belum tidur. Ia malah berdiri di depan jendela kamarnya, fokus menatap langit yang bertabur gemerlapnya bintang-bintang.
"Belum tidur?" tanya Saga menghampiri Nada.
Nada hanya tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya.
Saga mengusap lembut puncak kepala Nada dengan penuh kasih sayang. Memberikan ketenangan pada Nada.
"Gak usah dipikirkan terus Nada. Saya janji, saya akan pulang dengan selamat"
Nada mengalihkan pandangannya kini menatap Saga. "Janji ya?" Nada mengulurkan jari kelingkingnya.
"Iya janji" Saga menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Nada.
Mereka saling bertatapan. Sejenak, menikmati momen dimana kedua mata mereka saling bertemu. "Ya Allah, bisakah engkau menjaganya dirinya disana untukku?" batin Nada.
"Saya keluar sebentar" ucap Saga.
"Mau ngapain?"
"Ada yang mau saya ambil di mobil"
Nada hanya manggut.
Tidak membutuhkan waktu lama, Saga sudah kembali kedalam kamar dengan membawa gitar yang ia bawa dari luar.
"Om bisa main gitar?" tanya Nada yang melihat Saga masuk.
Saga mengangguk. "Mau saya nyanyiin?"
"Nyanyi apa?"
"Adalah"
"Ya udah buruan deh" pinta Nada.
"Kamu siap denger suara saya?"
"Siap Om" ucap Nada "eh tunggu dulu, aku mau videoin supaya kalau kangen bisa liat video om Saga ini" Nada menempatkan ponselnya di atas meja riasnya.
Saga hanya tersenyum melihat Nada.
"Ya udah ayo mulai" ucap Nada kini duduk disebelah Saga.
Saga mulai memetik senar-senar gitar tersebut.
Dari kejauhan tergambar cerita tentang kita Terpisah jarak dan waktu
Ingin kuungkapkan rinduku lewat kata indah
Tak cukup untuk indahmu
Sebab kau terlalu indah dari sekedar kata Dunia berhenti sejenak menikmati indahmu
Dan apabila tak bersamamu
Ku pastikan kujalani dunia tak seindah kemarin
Sederhana tertawamu sudah cukup Lengkapi sempurnanya hidup bersamamu
Jika hari kulalui tanpa hawamu Percuma senyumku dengan dia, oooh
Dan apabila tak bersamamu Ku pastikan kujalani dunia tak seindah kemarin Sederhana tertawamu sudah cukup
Lengkapi sempurnanya hidup bersamamu
Apabila tak bersamamu
Ku pastikan kujalani dunia tak seindah kemarin Sederhana tertawamu sudah cukup Lengkapi sempurnanya Hidup bersamamu
Suara Saga sangat merdu, tak heran saat ia mengaji saja suara sudah sangat enak didengar. Suara Saga sukses membuat Nada semakin jatuh cinta dengannya. "Keren, bagus banget suaranya Om Saga" Nada tepuk tangan sembari mengacungkan kedua ibu jarinya.
Malam sudah semakin larut, Saga bahkan sudah tertidur di sampingnya, Nada sedari tadi menatapnya tanpa lelah sedikitpun. Ia mau melihat wajah Saga sampai ia merasa puas, karena entah berapa lama Saga akan bertugas, entah kapan Saga akan kembali. Nada hanya tidak ingin menyia-nyiakan waktu bersama Saga sedetik pun untuk saat ini.
Nada menyentuh satu persatu pahatan yang sempurna Tuhan ciptakan berbentuk wajah Saga. Nada menyentuh mulai dari matanya, hidung mancungnya, bibir tipisnya. "Ya Allah, mampukah aku hidup tanpa melihat wajah ini, wajah pria yang membuatku selalu semangat menjalani hari belakang ini" batinnya, air matanya begitu mudah mengalir begitu saja.
Nada berjalan beranjak dari tempat tidur, ia terisak di meja riasnya. "Kenapa aku jadi cengeng begini si?" ucapnya, masih terisak.
"Nada" suara seseorang yang tak lain adalah Saga membuat Nada menghentikan isaknya, menghapus air matanya perlahan.
"Kenapa kamu duduk disitu? Bukannya tidur. Udah malem loh" Saga menghampiri Nada yang duduk di depan meja rias.
"Belum ngantuk Om"
"Om Saga sendiri, kenapa malah bangun?" tanya Nada.
"Kamu berisik! saya jadi kebangun" Saga berjalan membuka pintu kulkas yang berada didalam kamar Nada mengambil air dingin disana.
Tiba-tiba Nada melingkarkan tangannya di pinggang Saga, membuat jantung Saga berhenti berdetak saat itu juga, ia bahkan sampai menahan nafas.
"Om Saga, semoga Om Saga sehat selalu disana ya, semoga dalam lindungan Allah setiap saat. Inget saat tugas nanti, ada aku yang nungguin Om Saga pulang" Nada pun terisak di punggung Saga. "Aku, hiks. Gak ma–u kehilangan Om Saga" lanjutnya.
"Aku sayang Om Saga, aku cinta Om Saga, terserah Om Saga gak mau bales perasaanku ini. Yang penting aku udah jujur. Aku udah ungkapin, supaya nanti aku gak nyesel kalau sesuatu yang gak di inginkan terjadi" tanpa sadar Nada kelepasan menyatakan isi hatinya saat itu.
Saga yang sejak tadi sudah mematung, kini semakin di buat membeku mendengar Nada yang sedang menyatakan perasaanya.
Nada pun baru menyadari kalau dia sedang menyatakan perasaannya saat itu.
"Jangan berbalik, sebelum aku rebahan" Nada merasa malu setelah menyatakan perasaannya barusan.
Ia perlahan melepaskan pelukan dari belakang tubuh Saga, setelah itu berlari terbirit-birit ke arah ranjang. Ia langsung berbaring di atas ranjang, menyembunyikan wajahnya dalam selimut. "Mulutmu Nada! Bisa-bisanya!" gemas Nada memukul-mukul mulutnya. "Benar-benar bodoh!" lanjutnya merutuki diri sendiri.
Setelah mendengar suara langkah kaki Nada sudah menghilang, Saga pun beranjak dari tempat ia di peluk oleh Nada tadi.
Saga masih ngeblang mendengar pernyataan cinta dari Nada tadi. Ia tidak bisa berkata apa-apa, Saga hanya heran Nada mendapatkan keberanian dari mana sampai ia dengan entengnya menyatakan perasaannya segampang itu. Apa karena Saga akan bertugas, keberanian itu langsung datang tiba-tiba. Saga menatap Nada yang sudah berbaring di atas ranjang dengan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
___________________________
Akhirnya saat itu tiba, Nada harus melepaskan kepergian Saga, padahal beberapa hari lalu Nada nangis sesenggukan karena tidak mau di tinggal tugas oleh Saga, tapi hari ini dimana istri tentara yang lain sedang menangis melepas kepergian suami mereka bertugas, Nada malah diam anteng. Nada masih kepikiran kebodohannya kemarin malam. Nada bukan tidak sedih melepaskan Saga bertugas, tapi dia takut kalau dia kebablasan lagi seperti kemarin malam.
Rasa malunya aja masih mendarah daging karena pernyataannya kemarin malam.
Mereka bahkan terlihat canggung saat lirikan mata mereka tidak sengaja bertemu, Saga bahkan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal berulang kali karena terlalu canggung.
Saat terakhir mereka berhadapan pun Saga terlihat keren dan mempesona. Ia membawa ransel besar di punggungnya, serta baret kebanggaan Saga terpasang di atas kepalanya, membuat dirinya terlihat sangat gagah saat itu.
Nada menatap sekeliling melihat para istri lain menangis histeris di pelukan suami mereka. Apalagi Reza dan istrinya yang baru satu malam menjadi pasangan suami istri, sudah di tinggal tugas. Istrinya bahkan menangis histeris di pelukan Reza.
Malah ada yang lebih parah dari Nada rupanya.
Saga dan Nada kembali saling menatap satu sama lain cukup lama.
"Lettu Saga cepetan, semuanya udah naik" pekik Dirga yang sudah duduk di dalam truk tentara, membuat Saga tersadar.
Sebelum pergi, Saga kembali menatap istrinya yang saat itu terlihat begitu tegar menurutnya. Dengan keberanian dan menepis rasa malunya Saga perlahan mengelus kepala Nada yang tertutup jilbab dengan begitu lembut. Tangannya bahkan Tremor.
"Jaga diri baik-baik ya, kuliah yang bener. Saya berangkat dulu" ucap Saga.
Membuat tangis Nada yang sedari tadi ia tahan pecah saat itu. Akhirnya dengan cepat tangan Nada mencekal tangan Saga, menarik pria tersebut membawa dirinya dalam pelukan pria itu.
Saga kembali diam mematung.
Setelah dirasa puas, Nada melepaskan pelukan tersebut. Tangannya terulur merapikan kerah seragam suaminya yang belum rapi.
"Om Saga juga jaga diri baik-baik ya, inget sholatnya jangan di tinggal. Inget juga aku disini selalu nunggu kepulangan Om Saga" ucapnya sambil menitikan air mata.
Saga pun menganggukkan kepalanya.
Cup!
Tiba-tiba Nada mengecup pipi sang suami dengan lembut.
Membuat yang lain melihat meraka merasa iri dan berseru heboh.
Nada pun melepaskan kecupan itu, lalu Saga pergi berjalan menuju truk, tanpa melihat ekspresi wajah Nada saat itu.
Kecupan itu mampu membuat jantung Saga tidak karuan.
Saga kembali berbalik, setelah itu Saga melambaikan tangannya pada Nada sambil tersenyum. Saga sudah berada di atas truk sekarang.
"NANTI JANGAN LUPA HUBUNGI AKU, KALAU MAS UDAH SAMPAI!!" Nada berteriak tanpa memikirkan orang-orang disekitar tengah menatapnya sekarang.
Saga hanya mengacungkan jempolnya.
klo ke bawahan,biasanya iya..kopraal,atau Pot.