NovelToon NovelToon
HIJRAH ITU CINTA

HIJRAH ITU CINTA

Status: tamat
Genre:Tamat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Angst
Popularitas:2.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: mama reni

Aisha Naziya Almahyra telah menjalin hubungan selama tiga tahun dengan kekasihnya yang bernama Ikhbar Shaqr Akhdan. Hubungan mereka sudah sangat jauh.

Hingga suatu hari kedua orang tua mereka mengetahuinya, dan memisahkan mereka dengan memasukan keduanya ke pesantren.

Tiga tahun kemudian, Aisha yang ingin mengikuti pengajian terkejut saat mengetahui yang menjadi ustadnya adalah Ikhbar. Hatinya senang karena dipertemukan lagi dalam keadaan telah hijrah.

Namun, kenyataan pahit harus Aisha terima saat usai pengajian seorang wanita dengan bayi berusia satu tahun menghampiri Ikhbar dan memanggil Abi.

Aisha akhirnya kembali ke rumah, tanpa sempat bertemu Ikhbar. Hingga suatu hari dia dijodohkan dengan seorang anak ustad yang bernama Ghibran Naufal Rizal. Apakah Aisha akan menerima perjodohan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27. Ke Rumah Sakit

Ghibran terbangun ketika mendengar suara azan subuh. Melihat ke samping, Aisha masih terlelap dengan nyenyaknya. Memang mereka baru tertidur jam tiga pagi. Ghibran memiringkan tubuhnya. Mengecup dahi sang istri.

Merasa dahi sang istri sedikit hangat, Ghibran langsung bangun. Dia berpikir pasti semua karena Aisha yang telat makan karena menunggu kabar darinya.

"Sayang, bangun!" Ghibran mengguncang tubuh sang istri dengan pelan.

Aisha mencoba membuka matanya dan tersenyum dengan sang suami.

"Sayang, suhu badan kamu hangat. Kamu pasti sakit? Setelah solat subuh kita ke dokter, ya?" tanya Ghibran.

"Paling hanya demam, Mas. Aku hanya butuh istirahat," jawab Aisha.

"Pasti kamu sakit karena terlalu memikirkan aku. Maafkan aku, Sayang. Aku benar lupa mengabari kamu kemarin," ucap Ghibran merasa sangat bersalah.

"Bukan, Mas. Sudah tiga hari ini aku merasa kepalaku pusing. Tapi di bawa tidur juga hilang," balas Aisha.

"Kenapa kamu baru ngomong, Sayang. Tidak ada alasan lagi, pagi setelah sarapan kita ke rumah sakit," ujar Ghibran.

Ghibran dan Aisha lalu masuk kamar mandi membersihkan diri dan mengambil wudu. Setelah itu melaksanakan solat subuh yang diimami suaminya.

Sehabis solat, Ghibran dan Aisha berbaring. Tadinya wanita itu ingin membuat sarapan tapi di larang suaminya. Dia meminta sang istri untuk beristirahat saja.

Jam sepuluh pagi, Ghibran mengajak Aisha ke rumah sakit. Wanita itu masih terus menolak, tapi suaminya tetap memaksa.

***

Ghibran *******-***** tangan istrinya, Aisha, sesaat setelah dokter keluar dari ruangan konsultasi. Wajahnya penuh kekhawatiran. Dari ekspresi dokter saat menerima hasil tes darah Aisha, ia bisa menebak bahwa ada yang salah.

"Bagaimana, dok?" tanya Ghibran langsung, menyusul dokter yang baru saja keluar.

Dokter wanita itu melepaskan senyum tipis, mencoba menenangkan pasangan suami istri yang menghadapnya. "Tadi saya sudah katakan, hasil tes darahnya dalam kondisi baik," jelasnya.

"Tapi maksud dari hasil tes darah itu apa, dok? Bisa jelasin detailnya?" tanya Aisha, agak cemas.

Dokter itu menatap Aisha, lalu membaca kartu hasil tes darah yang dipegangnya. "Ya, jadi, hasil tes darah Ibu menunjukkan kalau Ibu sedang hamil sekitar dua minggu," jawab dokter itu pasti.

Ghibran dan Aisha saling terlihat, memandang satu sama lain tanpa bicara apa pun. Pikiran mereka memutar cepat, mencari jalan keluar dari kebingungan yang terjadi tiba-tiba ini.

"Saya tidak menyangka jika saya hamil," ucap Aisha perlahan. Ia masih berada dalam ingatan setelah melewati proses pernikahan yang dilakukan tiga bulan yang lalu.

"Apa ini benar? Aku rasanya tak percaya," ucap Ghibran. Namun, ia segera merenungkan keadaan. "Tapi aku bahagia sekali, Sayang," ucap Ghibran.

Aisha tersenyum manis. "Aku juga bahagia dan terkejut pada saat yang bersamaan, Mas."

Mereka berdua kemudian berpekukan. Ada kebahagiaan pada wajah mereka sekarang. Dan, ketika mereka keluar dari ruang praktek dokter, mereka menatap satu sama lain dengan mesranya, masih tak percaya tapi merasa bersyukur.

"Apa kamu lapar, Sayang?" tanya Ghibran.

"Sedikit," jawab Aisha.

"Kalau gitu kita makan siang dulu sebelum pulang," ajak Ghibran.

Mereka lalu pergi ke salah satu restoran untuk makan siang. Ada riuh kebahagiaan antara pasangan suami istri itu di meja. Perasaan mereka penuh dengan kebahagiaan.

"Sayang, aku merasa ini hari paling bahagia dalam hodupku. Aku akan menjadi seorang Papi dari buah hati kita," ucap Ghibran saat mereka sedang menunggu makanan yang di pesan.

"Mas, aku juga sangat bahagia." Hanya itu yang dapat Aisha katakan. Semua kosa katanya hilang karena bahagia. Ghibran memeluk bahu sang istri dan mengecup pipinya.

"Sayang, sebelum pulang kita nanti mampir ke supermarket dulu," ucap Ghibran.

"Mau apa ke supermarket, Mas?" tanya Aisha.

"Ada yang ingin aku lakukan untukmu," jawab Ghibran.

"Niat baik untuk kita berdua sebenarnya," kata Ghibran di samping merapatkan sekali lagi tangan Aisha. Pasangan itu saling tersenyum. Mereka saling melengkapi satu sama lain.

Sepulang dari restoran, mereka lalu berbelanja di pasar swalayan di dekat rumah. "Aku akan memasak untuk makan malam kita, Sayang," ucap Aisha.

"Mas yang akan memasak?" tanya Aisha tidak percaya.

"Iya, Sayang. Kamu lihat saja. Aku juga bisa memasak dan rasanya tidak kalah dari restoran," jawab Ghibran sambil tersenyum.

"Baiklah, aku ingin tahu gimana rasanya masakan suamiku," balas Aisha dengan senyuman bahagia.

Setelah makan, mereka langsung menuju supermarket terdekat. Membeli bahan yang diinginkan untuk makan malam.

Sampai di apartemen, mereka istirahat sejenak untuk menghilangkan kepenatan. Setelah itu mereka kemudian memasak bersama, bersuka cita ketika malam semakin gelap. Dan ketika masakan sudah matang, mereka makan bersama dengan penuh bahagia.

"Kamu tahu, Sayang. Aku senang banget bisa memasak bersama denganmu," kata Ghibran.

"Aku juga merasakan kebahagiaan, Mas," balas Aisha.

"Terimakasih, ya, Mas. Kamu berhasil membuatku bahagia hari ini," kata Aisha.

"Kau tidak perlu mengucapkan terima kasih padaku. Aku yang harus berterima kasih padamu, karena mau mendampingiku, Sayang," balas Ghibran. Dia mengecup pipi sang istri.

Setelah makan malam, keduanya berbincang sejenak sebelum tidur. Ghibran memeluk istrinya erat saat ingin tidur. Seolah takut kehilangan.

Pagi harinya, saat Ghibran berada di kamar mandi, ponselnya berdering. Aisha membiarkan saja, dia takut dikatakan lancang jika mengangkatnya. Namun, ponsel itu terus berdering. Aisha mendekati meja nakas di mana ponsel itu berada.

Aisha meraih ponsel itu dan melihat siapa yang menghubungi suaminya pagi-pagi begini. Di layar tertera nama "Buah Hatiku".

Aisha merasa jantungnya berdetak lebih cepat saat membaca nama yang tertera. Dia melihat foto profilnya sama dengan bocah yang memanggil Ghibran dengan Papi.

Tangan Aisha gemetar, tapi rasa penasaran membuatnya menekan tombol biru menerima panggilan itu. Dia tak peduli Ghibran marah karena kelancangannya.

"Papi, aku mau tak mau sekolah. Aku mau ikut Papi saja," ucap seseorang di seberang sana. Aisha bisa memastikan itu suara anak kecil.

Kemudian Aisha mendengar suara wanita. "Maaf Pak Ghibran, Syifa tidak mau ke sekolah. Dia menangis dari kemarin, ingin ketemu Bapak," ucap wanita itu.

Aisha merasa dadanya sesak mendengar semua itu. Namun, dia masih berpikir positif. Mungkin benar yang Ghibran katakan jika bocah itu hanya menganggapnya ayah.

"Maaf, Bu. Mas Ghibran sedang mandi. Nanti saya sampaikan," jawab Aisha dengan suara gemetar.

"Oh, maaf Bu. Tak apa," ucap wanita itu. Lalu sambungan ponsel terputus.

Ghibran keluar dari kamar mandi. Melihat istrinya yang bengong sambil memegang ponselnya, pria itu menjadi heran. Dia mendekati sang istri.

"Sayang, ada apa? Kenapa kamu bingung begitu?" tanya Ghibran.

Aisha menyodorkan ponsel suaminya itu, dan berkata, "Tadi ada yang menelpon. Buah hatimu," ucap Aisha dengan suara pelan. Dadanya terasa sesak menahan sebak.

Raut wajah Ghibran langsung berubah. Terkejut dengan apa yang Aisha katakan.

...----------------...

1
@Al🌈🌈
Bagus /Good/
Najmiati Zuroya
selalu suka ceritanya
Alvia Inayati
Luar biasa
Alvia Inayati
Buruk
hidagede1
Luar biasa
Sari Ramly
Lah ghibran dulu apa kabar bu nur…syifa kan hadir krn pergaulan bebas anakx bu nur…si yg paling merasa pinter didik anak…kaca mana kacaaaa ???
lucky gril
2 karya the end mak matathon bacanya sekeren itu karya mm 😍😍😍
Mama Reni: 🥰🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
lucky gril
cerita anin mak khatam duluan😄
Mama Reni: Kebalik ya 🙈🙈
total 1 replies
lucky gril
stop mak mo gosok😂
lucky gril
karma di bayar tunai tuk pk abdul,dan rachel tp ada hana yg kata mak punya sifat kyk bu nur ngga mo disalahin😎
lucky gril
duh hana nurunin sifat mak tirinya nih ngga mo disalahin🤦‍♀️
lucky gril
ialah siapa yg betah dirumah tangga omong sm anak kandungnya ketus apalagi bu nur hanya ibu sambung lagaknya kayak ibu kandung😏
lucky gril
mana mau bu nur pisah,dia ngga ada apa apanya tanpa pk abdul😎
lucky gril
oke disini mak bahagia,maaf mama nur 🤣🤣🤣
lucky gril
Astagfirullah😡
lucky gril
mau tau nih si hana anaknya siapa 😅

biar mm nur mati kutu dapetin hana🤣🤣🤣
lucky gril
stop dulu mak mo masak🤦‍♀️
lucky gril
y'ampun mm'ren ,ini mak baru ngeh aisha gibran orang tuanya siapa y'itu yg kemarin mak baru baca yg nikah sm keenan😁

ampun dah mak baru ngeh ini😍
Mama Reni: Kan ada mama jawab komentarnya, baca hijrah itu cinta, baru Lihat aku, Gus dan Paman I Love You
total 1 replies
lucky gril
memang ngga boleh y'pezina dpt yg benar2 soleh ,jujur,mapan dan tulus😭😭😭


kenapa harus di diposisikan begini,seakan harus menerima karna masa lalu tapiiiii😔
lucky gril
apa ini istilah orang baik ketrmu org baik seorang pezina dipertemukan pezina y'Rabb lindungi kami sekeluarga


Allahumma Baarik🤲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!