HIJRAH ITU CINTA
"Apa perempuan dalam foto dan video itu benar kamu?" tanya Ayah dengan suara tinggi. Pria paruh baya itu memperlihatkan foto dan video yang beredar di grup chat tempat tinggalnya.
Dengan tangan gemetar Aisha mengambil ponsel yang ayahnya sodorkan. Dia melihat foto dan video yang beredar itu.
Dadanya terasa sesak melihatnya, karena itu benar dirinya. Aisha tidak percaya jika foto dan video itu bisa beredar. Bukankah Ikhbar sang kekasih mengatakan jika semua itu hanya untuk di simpan saja sebagai kenangan.
"Benar itu kamu!?" tanya Ayah dengan bentakan.
Ayah mendekati Aisha, lalu menarik baju anaknya agar berdiri. Pria itu lalu mengangkat tangannya dan menampar pipi kiri dan kanan putrinya. Tamparan yang begitu keras membuat gadis itu terhuyung dan jatuh.
Ibu yang melihat itu berteriak, dan memegang tangan ayah yang masih ingin menampar pipi putrinya itu. Ibu mengerti jika ayah sangat kecewa dan marah, tapi dia juga tidak tega melihat anak gadisnya di tampar.
Aisha memegang pipinya yang terasa panas. Darah segar mengucur dari sudut bibir gadis itu.
"Apa kamu sudah tidak takut dosa sehingga melakukan hal gila seperti itu? Kamu seperti anak yang tidak pernah di didik agama! Di mana mau ayah taruh wajah ini. Pasti saat ini seluruh kampung sedang membicarakan aibmu ini!" teriak ayah.
"Ayah, sabar. Jangan marah-marah. Ingat, jika ayah memiliki riwayat jantung dan darah tinggi," ucap Ibu berusaha menenangkan suaminya.
Dengan menahan rasa sakit di pipi, Aisha merangkak dan bersimpuh di kaki ayahnya. Dia memegang kedua kaki pria paruh baya itu.
"Ayah, maafkan Aisha. Aisha janji tidak akan mengulangnya lagi," ucap gadis itu dengan suara terbata.
Tanpa di duga, ayah menendang tubuh Aisha sehingga gadis itu kembali tersungkur ke lantai. Ibu menutup mulutnya agar tidak berteriak.
"Sudahlah, Ayah. Jangan lakukan kekerasan. Kita bicarakan baik-baik," ucap Ibu.
"Tidak ada gunanya bicara baik-baik! Semua telah terjadi. Seluruh kampung telah tahu aib anak kita. Aku malu memiliki anak seperti kamu. Jika tahu besarnya kamu akan seperti ini, lebih baik kamu tidak dilahirkan!" ucap Ayah dengan suara lantang.
"Istighfar, Ayah. Tidak baik berkata begitu. Sama saja ayah menyalahkan takdir," ucap Ibu.
Ayah lalu berjalan meninggalkan Ibu dan Aisha. Dia masuk ke kamar dan menguncinya.
Gadis itu lalu mendekati ibunya. Bersimpuh di kaki wanita yang telah melahirkan dirinya.
"Ibu, maafkan Aisha," ucap Aisha dengan terbata karena menangis.
"Kenapa kamu tidak pernah berpikir saat melakukan itu, Nak? Apa selama ini Ibu kurang dalam mendidik dan mengajari kamu? Ibu telah gagal. Semua salah Ibu." Ibu bicara sambil menangis.
"Ibu tidak salah. Ini murni kesalahanku," ucap Aisha.
Ibu duduk dan memijat kepalanya yang terasa sangat pusing. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Sebagai seseorang yang dihormati di kampung, tentu ayah sangat malu dengan apa yang telah Aisha lakukan.
Ayah seorang yang cukup disegani, karena dia salah satu warga yang terkenal taat beribadah. Pasti pria itu sangat terpukul saat melihat kenyataan jika putrinya memiliki aib yang sangat memalukan.
Cukup lama ibu dan anak itu terdiam. Akhirnya ibu buka suara. Dia meminta Aisha kembali meminta maaf pada ayahnya dan segeralah bertaubat. Jauhi zina.
"Baikkah, Bu. Aku akan lakukan apa pun yang ayah pinta nantinya akan aku lakukan," kata Aisha.
Aisha berjalan ke kamar ayahnya. Mengetuk sambil memanggil. Cukup lama melakukan itu tapi tidak ada sahutan.
Ibu lalu mengajak Aisha untuk makan malam. Setelah itu Ibu memanggil ayah, tapi tetap tidak ada sahutan.
Hingga tengah malam ayah tidak juga keluar dari kamar. Ibu dan Aisha yang menunggu di ruang keluarga menjadi gelisah dan kuatir. Kembali wanita yang telah melahirkan Aisha itu memanggil, tidak juga ada jawaban.
"Ibu, bagaimana jika kita buka paksa saja. Aku kuatir dengan ayah," ucap Aisha.
"Ibu juga memiliki rencana yang sama denganmu. Kita minta bantuan siapa?" tanya Ibu.
"Kita minta bantu sama Mas Adam saja. Dia pasti masih jualan jam segini," saran Aisha.
"Betul, Nak. Kamu coba temui Adam sana," ucap Ibu.
Adam tetangga Aisha yang membuka warung nasi goreng. Dia berjualan hingga pukul tiga pagi. Aisha berlari menuju warung Adam dan meminta bantuan pria itu.
Kebetulan warungnya baru saja di tutup. Adam lalu berjalan menuju rumah Aisha.
"Nak Adam, tolong bantu Ibu. Bapak Mengunci pintu dari dalam. Ibu kuatir karena dari sore tidak keluar dari kamar," ucap Ibu terbata.
"Apa ibu ada obeng untuk membuka gagang pintu ini?" tanya Adam.
"Ada, Mas. Biar aku ambilkan," jawab Aisha. Dia berlari menuju dapur lalu mengambil obeng yang ada di laci dekat lemari dapur. Setelah itu Aisha menyerahkan pada Adam.
Adam mencoba membuka gagang pintu dengan obeng. Cukup sulit juga dia membukanya. Setelah sepuluh menit mencoba, akhirnya pintu terbuka. Ibu dan Aisha langsung masuk dan berteriak saat melihat tubuh ayah yang tergeletak di lantai.
"Ayah, bangun. Aisha mohon maaf, Yah. Bangun, Yah!" teriak Aisha sambil mengguncang tubuh pria paruh baya itu.
Adam mendekati tubuh ayah Aisha dan menggendongnya. Dia lalu memeriksa denyut nadinya. Pria itu menggelengkan kepala.
"Maaf Bu, Aisha, sepertinya ayah kamu telah tiada," ucap Adam pelan dan hati-hati.
Ibu dan Aisha yang mendengar ucapan Adam sangat terkejut. Mereka lalu mendekati tubuh ayah.
"Tidak mungkin. Ayah pasti hanya pingsan. Ayah tidak mungkin pergi," ucap Aisha.
"Aku panggilkan Dokter Wati dulu. Untuk memastikan semuanya," ujar Adam.
Pria itu lalu berlari keluar rumah, dia menggunakan motor Aisha menuju ke rumah Dokter Wati. Aisha dan Ibu menangis di samping tubuh ayah.
"Ayah, bangunlah! Ayah tidak mungkin pergi'kan? Ayah tidak mungkin meninggalkan Aisha dan Ibu," ucap Aisha dengan suara terbata karena menangis.
Aisha mengguncang tubuh ayah dengan pelan. Ibu hanya menangis tanpa bisa mengucap sepatah kata pun.
"Ayah, bangun! Ayah boleh menamparku. Menendang ku, bahkan kalau perlu membunuhku karena telah membuat malu. Tapi ayah tidak boleh pergi. Jangan menghukum ku seberat ini," ucap Aisha.
Setengah jam menunggu, akhirnya Dokter Wati datang. Dia lalu memeriksa keadaan ayah. Setelah beberapa saat dia menghentikan pemeriksaan.
"Maaf Bu, Bapak telah pergi mendahului kita sekitar dua jam lalu," kata Dokter dengan suara pelan.
Aisha yang berdiri di samping tempat tidur sangat terkejut mendengar ucapan Dokter itu. Tubuhnya terasa lemah, dan dia terjatuh ke lantai.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Anonymous
m
2024-09-22
0
lucky gril
maaf mak memilih novel the end lebih seru mancing emosiiii nya😁
2024-07-05
2
❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳
Innalillahi wa innailaihi roji'un 😭😭😥
Permulaan yg menegangkan, mengerikan dan menyedihkan.. mengandung bawang
2024-04-22
1