Ku Balas Perselingkuhan Suamiku

"Kenapa kau suka sekali mengakui apa yang bukan milikmu?" sahut seseorang dari arah tangga.

Suara itu menyita perhatian semua orang, termasuk ketiga pria tersebut. Mereka segara membungkuk saat melihat siapa yang datang. "Memberi hormat pada Nona Besar," ucap mereka bertiga dengan kompak.

Daniel, Anita dan Yuri terkejut bukan main. "Jessica, jadi kau benar-benar Nona Besar pemilik Villa ini?"

Anita, Daniel dan Yuri tidak bisa menahan keterkejutannya setelah mereka mengetahui siapa Jessica sebenarnya. Ternyata mereka bertiga telah dibohongi oleh Amanda, bukan wanita itu tapi Jessica lah pemilik Villa yang asli, sedangkan Amanda adalah anak pembantu yang mengaku-ngaku sebagai Nona Besar.

Buru-buru Anita menghampiri Jessica dan meminta maaf padanya, sikapnya berubah drastis setelah dia mengetahui jika ternyata Jessica adalah orang kaya, lebih hebatnya lagi dia seorang Nona Besar.

"Jessica, kenapa kau tidak mengatakannya dari awal jika sebenarnya dirimu adalah seorang Nona Besar dan pemilik sebuah Villa mewah. Tahu begitu kami pasti bisa bersikap lebih baik padamu." ucap Anita.

Yuri tak mau kalah. Dia mendekati Jessica lalu memeluk lengannya. Senyum tampak menghiasi bibirnya, dan itu adalah senyum pertama Yuri untuk Jessica setelah 5 tahun dia menjadi kakak iparnya.

"Benar sekali, Kakak Ipar. Jika sejak awal kau mengatakannya dengan jujur, pasti kita berdua bisa menjadi dekat. Maafkan aku, ya, karena selama ini selalu bersikap kasar dan jahat padamu. Kita adalah keluarga, pasti kau mau kan memaafkan ku?" ucap Yuri sambil mengayunkan tangan Jessica, dia bersikap begitu manja, sikap yang membuat Jessica sangat muak.

Anita segara memberi kode pada Daniel. Daniel yang paham dengan kode itu segera menghampiri Jessica kemudian meminta maaf padanya.

"Sica, aku juga ingin minta maaf padamu. Aku janji, mulai sekarang akan lebih memperhatikanmu dan bersikap lebih baik padamu. Ayo, kita mulai semuanya dari awal lagi, kita bisa hidup bahagia sebagai suami istri." ujar Daniel sambil menatap sepasang Hazel milik Jessica.

"LEPASKAN!! Kalian benar-benar membuatku muak!!" Jessica menyentak tangan Yuri dan Anita yang memeluk lengan dan menggenggam tangannya. "Usir mereka semua, dan jangan biarkan mereka menginjakkan kakinya lagi disini. Daniel, kita cerai!!"

Mereka diseret keluar dari Villa milik Jessica. Bahkan wanita itu tidak menggubris dengan teriakan dan permohonan maaf dari Daniel, janji-janji manis yang dia ucapkan pun sama sekali tidak bisa meluluhkan hati Jessica yang sudah terlanjur mati olehnya.

Pandangan Jessica lalu bergulir pada Luhan yang juga menatapnya. Wanita itu tersenyum lebar. Terlihat Luhan menghampirinya. "Mulai sekarang kita tidak akan pernah terpisahkan, dan tidak seorang pun bisa mengganggu hubungan kita lagi." Ucapnya dengan senyum yang sama.

Luhan meraih tengkuk Jessica dan kemudian mencium bibir ranum tipisnya. "Secepatnya kita akan meresmikan hubungan kita. Tapi kau bersabarlah sebentar, setelah dendam kita terbalaskan, aku pasti akan langsung menikah mu." ucap Luhan yang segera dibalas anggukan oleh Jessica.

"Ya," dia menjawab singkat dan berbalik mencium Luhan. Kedua tangannya memeluk leher pria itu. Ciuman yang begitu manis dan penuh gairah. Namun sayangnya ciuman itu harus berakhir karena Jessica tiba-tiba ingin pipiis. "Ma..Maaf, nanti saja kita lanjutkan. Ini benar-benar darurat." ucapnya lalu berlari masuk ke dalam.

Luhan mendengus, menggelengkan kepala melihat tingkah wanitanya. "Dasar bocah, ada saja tingkah konyolnya." Kemudian Luhan mengayunkan kedua kakinya bergantian dan meninggalkan ruang keluarga.

.

.

Malam larut, semakin larut hingga hanya menyisakan kediaman yang mengesankan di langit maupun di atas bumi. Bulan mulai menyeret sinarnya ke puncak semesta, beriringan bersamanya rumpun bintang-bintang yang bertebaran tak terhitung banyak kilaunya.

Suasana beku sekaligus sendu bersekutu mengusik malam. Angin beriringan pelan pelan melewati celah pepohonan dan bunga-bunga. Menggoyang pucuk-pucuk bunga yang telah lelah dalam kuncupnya, bersiap untuk mekar pada pagi selanjutnya.

Jessica dan Luhan memandang rembulan yang bersinar indah di antara gelap malam dan bintang yang berkilau cerah menghias langit, mereka berdiri berdekatan sambil berpegang pada tembok pagar balkon berwarna abu-abu gelap, tak ada kata apa-apa yang terlintas dari bibir keduanya, hanya angin semilir yang membelai lembut. Keduanya sama-sama diam dalam kebisuan.

Jemari mereka kemudian beranjak saling mendekatkan, saat kedua jemari kelingking mereka saling menyentuh keberadaan masing-masing, mereka kompak berbalik kemudian berpandangan dalam kebisuan, hanya sinar mata mereka yang bicara.

Jari jemari lentik Jessica bergerak pelan menyentuh lengan Luhan yang hanya tertutup kain kemejanya, mata mereka masih saling adu pandang.

Jari-jari Jessica kemudian menyentuh bahu Luna , kemudian pria itu melingkarkan lengan kokohnya pada pinggangnya yang ramping, menariknya dalam dekapan dadanya yang hangat, membuat wajah wanita itu menabrak tubuh kokohnya dan menghirup wangi tubuhnya tanpa bosan. Ya, Jessica memang tidak pernah bosan dengan aroma maskulin yang menguar dari tubuh Luhan.

Matanya memejam, ke dua jemarinya mencengkram punggung Luhan, sementara jantung mereka berbagi debaran yang sama. Beberapa lama hingga mereka kembali saling menatap, bau nafas mereka bertukar, memberi rasa hangat pada wajah masing-masing.

"Aku bahagia," dua kata terucap dari bibir Jessica, dengan mata mereka yang masih saling mengunci.

"Memangnya apa yang membuatmu begitu bahagia?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dari bibir Luhan.

"Kau, kaulah sumber kebahagiaanku. Dan berada di sisimu setiap detik, setiap waktu adalah impian dan keinginanku. Menua bersamamu, adalah salah satu keinginan terbesar dalam hidupku." Ujar Jessica tanpa mengakhiri kontak matanya.

Luhan meraih dagu Jessica lalu mengecup bibir itu. Memagut dan melumatt dengan penuh kelembutan. Ciuman yang mewakili hari dan perasaan masing-masing. Ciuman yang menjadi bukti nyata jika mereka berdua saling mencintai.

Ciuman mereka berakhir. Namun tidak dengan kontak matanya. Senyum lembut terpatri dibibir Luhan ketika menatap sepasang mutiara Hazel milik kekasihnya. Dengan lirih dia berkata.

"Aku mencintaimu," ucapnya di telinga Jessica.

"Aku juga," Jessica menjawab lirih. Kemudian mereka saling berpelukan dan saling berbagi kehangatan. Bulan dan bintang yang berpendar diatas sana menjadi saksi cinta mereka yang tulus tanpa pamrih.

xxx

Terusir dari Villa mewah Jessica membuat Daniel, ibu dan adiknya serta Amanda, membuat mereka tidak memiliki arah dan tujuan. Ini sudah larut malam, mereka tidak tahu bagaimana caranya untuk kembali ke kota, karena tidak ada satu pun kendaraan yang melintas.

"Ini semua gara-gara kau, Amanda. Jika saja kami tidak tertipu dan terperdaya oleh ucapan-ucapan mu yang manis namun berbisa itu, mungkin nasibku tidak akan sesial ini!!" teriak Anita emosi.

"Kenapa kau malah menyalahkan ku? Jelas-jelas kalian yang mata duitan dan tamak. Dengar Villa mewah dan harta melimpah langsung hijau matanya. Apa namanya kalau bukan tamak?!" Amanda tak mau kalah.

"Kalau sudah begini dimana kita akan menginap dan bermalam? Ini hutan dan disini sangat gelap. Bagaimana jika tiba-tiba ada binatang buas ataupun Setan. Aku benar-benar tidak sanggup rasanya."

"Kau memanggilku?!" tiba-tiba muncul seseorang yang entah darimana datangnya tiba-tiba sudah ada saja di depan mereka berempat. Membuat mereka terkejut bukan main hingga berteriak dan terkencing di celana.

"SETAN!!"

xxx

Bersambung