“Jadi kapan internet saya aktif kembali? Saya tidak akan menutup teleponnya jika internet saya belum aktif!” hardik Peter.
“Mohon maaf Pak, belum ada kepastian jaringan normal kembali. Namun, sedang diusahakan secepatnya,” tutur Disra.
“Saya tidak mau tahu, harus sekarang aktifnya!” ucap Peter masih dengan nada tinggi.
Disra berniat menekan tombol AUX karena ingin memaki Peter. Namun, jarinya tidak sepenuhnya menekan tombol tersebut. “Terserah loe! Sampe bulu hidung loe memanjang, gue ladenin!” tantang Disra.
“Apa kamu bilang? Bisa-bisanya memaki pelanggan! Siapa nama kamu?” tanya Peter emosi.
Disra panik, wajahnya langsung pucat, dia melihat ke PABX-nya, benar saja tombol AUX tidak tertanam kebawah. Sehingga, pelanggan bisa mendengar umpatannya.
Gawat, pelanggan denger makian gue!
***
Novel pengembangan dari cerpen Call Center Cinta 🥰
Ikuti kisah seru Disra, yang terlibat dengan beberapa pria 😁
Happy Reading All 😍
IG : Age_Nairie
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon age nairie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27 Bos Besar
...Sekuat apapun menghindar. Jika sudah ditakdirkan bertemu. Maka, terjadilah....
~Disra Auristela~
Pagi menjelang, Disra sudah siap dengan pakaian kerjanya, sedikit gugup. Namun, dia masih bisa mengatasinya. Dia bercermin, melihat tampilannya di cermin dan tersenyum menyalurkan semangat.
“Semangat, Disra!” serunya.
Disra, Bambang dan Juli bersiap ke kantor sang klien. Mereka menunggu di lobby hotel, menunggu mobil jemputan mereka.
“Udah siap semua ‘kan?” tanya Bambang pada Juli.
“Udah,” jawab Juli datar.
“Loe gugup?” tanya Bambang pada Juli.
“Loe kali yang gugup!” timpal Juli.
“Kira-kira, tim kita kenapa ya? Bisa-bisanya, bos besar sampe mau ikut! Belum lagi, ini project nggak besar, tim kita bukan tim grade A, tim kita hanya tim C,” papar Bambang.
Melgalaxy Technologies sebuah perusahaan software house. Perusahaan yang bergelut di bidang pengembangan aplikasi (software development). Membuat aplikasi sesuai dengan keinginan Client atau customize.
Layanan yang mereka sediakan dapat berupa, pembuatan aplikasi berbasis web, pembuatan aplikasi berbasis mobile, pembuatan aplikasi berbasis desktop, layanan desain grafis dan layanan multimedia.
Klien-nya sendiri mulai dari perusahaan berskala kecil hingga besar. Tidak hanya perusahaan, klien Melgalaxy Technologies juga menerima project di luar perusahaan. Seperti Sekolah untuk pembuatan e-learning.
Tim Raska tidak menangani project besar. Pengelompokan tim dikatergorikan sesuai dengan kemampuan para programmer, yang tentunya terus dituntut untuk mengembangkan kemampuan diri. Grade A adalah para programmer yang sudah sangat handal, dibawah itu ada group B dan group C.
Saat ini, tim mereka sedang menangani pembuatan aplikasi berbasis Desktop. Pembuatan aplikasi yang biasanya menggunakan bahasa pemrograman yang tengah populer. Beberapa diantaranya yaitu VB.Net, Visual Basic, Java, dan Delphi.
Melvin biasanya akan langsung menangani project besar. Baru kali ini, bos besar mereka menemani tim dengan klient perusahaan berkembang. Cukup membuat Bambang dan Juli terkejut dengan berita itu.
Disra hanya menyimak obrolan seniornya. Ternyata, kemampuan dirinya masih terbilang lapisan kulit luar. Dia menganggap Raska dan para seniornya terhebat. Namun, dia baru tahu, ada grade di setiap tim, dan dirinya masuk dalam grade C.
Tidak marah atau protes, dirinya bisa bergabung dengan Melgalaxy Technologies saja sudah merupakan kehormatan terbesar. Grade C sudah mendapat fasilitas dan gaji yang menurut Disra sudah sangat sejahtera.
Di tengah lamunannya, dia mendengar Bambang dan Juli menyapa seseorang.
“Pagi Pak Bagas, Pagi Pak Peter,” ujar Juli dan Bambang.
Disra mendongak. Ya, hanya dia yang bertubuh mungil hingga dirinya harus mengangkat kepalanya untuk melihat lawan bicaranya. “Pagi, Pak Bagas, Pagi, Pak ….”
Ucapan Disra terhenti saat melihat orang yang ada di samping Bagas, seketika lidahnya kelu. Mengedipkan matanya, memastikan kembali orang yang ada di samping Bagas.
“Pak Peter,” bisik Juli dengan menyenggol Disra dengan sikunya.
“Pak Peter,” gumam Disra kaku.
“Kamu … bekerja di Melgalaxy Technologies?” tanya Peter tenang seolah dia pun baru tahu bahwa Disra bekerja di perusahaannya.
“Ya,” jawab Disra singkat, dia masih mengira dirinya sedang bermimpi.
“Dia bos besar kita,” bisik Bambang pada Disra.
“Apa sudah siap? Ayo berangkat,” ujar Bagas.
“Baik, Pak,” ujar Juli.
Ada dua mobil sedan yang tersedia, Melvin masuk terlebih dahulu ke kursi penumpang belakang. Tidak ada lagi yang masuk ke dalam mobil tersebut selain dirinya.
Melvin melihat para bawahannya yang tak bergerak. “Kalian tidak ada yang ingin satu mobil denganku?” tanya Melvin dengan pintu mobil yang masih terbuka.
“Pak Bagas nggak ikut Pak Peter?” tanya Juli dengan suara pelan.
“Aku tidak ikut bersama kalian, aku masih ada pertemuan siang ini dengan klien lain,” terang Bagas.
“Ada yang mau ikut denganku tidak?” tanya Melvin tak sabar.
“Ada Pak,” ujar Bambang seraya mendorong Disra masuk ke dalam mobil. Dia menoleh pada Disra dan berbisik, “Kau ikut dengan Pak Peter. Aku dan Juli naik mobil satu lagi.”
“Tapi, Kak?” tanya Disra ingin protes.
Namun, Bambang sudah mendorong Disra masuk ke dalam mobil. Hingga akhirnya, Disra duduk di sebelah Melvin.
Bambang tersenyum. Dia dan Juli masuk mobil kedua. Ya, dia sengaja mendorong Disra masuk ke mobil Melvin karena dirinya tak ingin satu mobil dengan bosnya.
Bagas hanya tersenyum simpul. Tanpa sengaja, senior Disra membantu Melvin agar lebih dekat dengan gadis itu.
Disra hanya menundukan kepalanya, dia sudah sangat membanggakan dirinya yang bisa masuk ke dalam perusahaan Melgalaxy Technologies, dan kini, dirinya hanya bisa tertunduk malu berhadapan dengan dosen sekaligus bosnya. Teringat, dia pernah memaki dengan kejam pria itu. Memakinya pria aneh, maniak hingga psikopat.
“Apa yang kau cari?” tanya Melvin.
“Ya?” tanya Disra bingung. Dia mendongkkan kepalanya.
“Kau dari tadi menunduk, aku pikir kau sedang mencari sesuatu,” ujar Melvin.
“Oh tidak, bukan apa-apa, Pak,” ujar Disra. Dia masih tampak malu berhadapan dengan Melvin.
“Kita hanya berdua, jangan panggil aku Pak.”
“Oh iya, Pak,” ujar Disra gugup.
“Melvin tau Peter. Terserah dirimu mau memanggilku apa.”
“Ya, baik. Melvin,” ujar Disra mencoba tersenyum.
“Apa sudah siap semua yang akan di presentasikan?” tanya Melvin.
“Ya, kami sudah membuat aplikasi sesuai dengan customize dari klien.”
“Sudah dipastikan tidak ada yang error?”
“Ya. Sudah di cek oleh Kak Juli sebelumnya. Tidak ada bug, crash, error, atau force close,” terang Disra.
Karakteristik yang dimiliki oleh satu perusahaan software house dengan perusahaan lainnya memang tidak sama. Namun, biasanya memiliki struktur pengerjaan yang sama. Terdapat para Programmer, System Analyst, Project Manager, dan Tester.
Terdapat pemisahan struktur. Namun, Melvin ingin para karyawannya memiliki skill yang luas. Selain programmer yang membuat build program. Melvin pun ingin para karyawannya memiliki kemampuan system analys dan dan tester.
Bambang sebagai project manager, dia yang memimpin dan mengatur segalanya. Sedangkan Rozak sebagai system analys, dan Juli, dia berperan sebagai tester.
Software yang dibuat oleh programmer nantinya akan diuji oleh seorang tester, yang dimana dalam pengujian akan diuji berdasarkan standard operasi system dari masing-masing instansi Software House.
Kontribusi terbesar dalam pembuatan build program terletak pada Raska. Namun, bukan berarti yang lain tak berkontribusi. Semua berkontribusi dalam pengembangan program. Mereka mengerjakan bersama. Namun, tentu ada pemisahan pekerjaan yang lebih mengerucut.
“Baguslah kalau begitu,” ujar Melvin.
“Aku pikir kau hanya seorang dosen,” gumam Disra.
“Aku mengajar karena diminta. Sebenarnya, tidak ada keinginan, hanya saja rektor memintaku untuk berbagi ilmu.”
“Oh ya, sejak kapan perusahaan ini berdiri?”
“Kalau dalam bentuk perusahaan berbadan hukum sudah 6 tahun,” jelas Melvin. “Sebelumnya, aku menerima project lepas,” tambahnya.
Disra menaikan alisnya sebelah. Usia Melvin baru 24 tahun. Jika perusahaannya sudah berdiri selama 6 tahun. Maka, dia sudah memiliki perusahaannya sendiri dari usia 18 tahun. “Wow, kau sangat jenius,” puji Disra.
“Benarkah?” tanya Melvin menaikan alisnya.
Mereka berbincang selama perjalanan, tidak ada obrolan masalah percintaan. Semua yang diobrolkan hanya seputar dunia IT. Disra mulai mengagumi kecerdasan dosen mudanya. Dia pikir, Melvin hanyalah pria pintar text book. Namun ternyata, pria itu benar-benar jenius.
dandan yg cantik, pake baju kosidahan buat Dateng kondangan Marvin /Facepalm/