Kanaya Syifa Pratama, seorang gadis cantik berasal dari desa. Bercita-cita ingin menjadi seorang bidan, merantau ke kota untuk kuliah mewujudkan mimpi.
Tapi takdir berkata lain, ia di jebak oleh pacarnya sendiri sampai dirinya hamil. Semua mimpi yang sudah ia bangun hancur begitu saja, bahkan bukan hanya itu Syifa juga harus menerima perlakuan kasar dari ibu mertuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah R Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27
Malam sudah larut, namun sampai saat ini kedua mata Syifa masih terbuka lebar. Pikirannya bercampur aduk sekarang.
Kini ia kembali menyandang status sebagai istri, membuat cairan bening itu terus membasahi pipi mulusnya. Sekarang apa yang harus ia lakukan, pernikahan ini sama sekali tidak Syifa inginkan, bahkan kata menikah saja sudah Syifa buang jauh-jauh semenjak ia bercerai dengan Alfin.
Kisah rumah tangga nya bersama Alfin dulu menimbulkan trauma terdalam di hidupnya. Bukan karena perlakukan Alfin tapi perlakuan ibu mertuanya yang membuat Syifa sedikit takut menjalani biduk rumah tangga. Ia berpikir bahwa semua mertua di dunia ini tidak akan pernah baik pada menantu perempuan.
"Kenapa harus terjadi padaku lagi" wanita itu bergumam, telapak tangannya kembali menghapus cairan bening yang masih menetes.
"Seandainya tadi aku langsung pulang walau hujan deras, mungkin ini tidak akan terjadi"
Menarik napas panjang, saat merasakan dadanya semakin terasa sesak. Bahkan ruang tamu yang begitu luas itu tak cukup membuat Syifa bernapas lega. Ia lantas mengelus bagian dadanya yang terasa perih.
"Kau belum tidur ?" suara barinton seseorang membuat Syifa menoleh, ia menatap Varo yang berdiri tepat di belakang sofa yang ia duduki.
"Aku belum mengantuk" Syifa menjawab, kepalanya menunduk saat menatap wajah laki-laki yang sudah menjadi suaminya secara Sah.
Varo berjalan kemudian ikut duduk di sofa, sebenarnya laki-laki itu juga tidak bisa tidur akibat pernikahan paksa yang di lakukan para warga tadi.
"Kalau kau tidak bisa tidur di sini, pergilah ke kamar !" ucap Varo, sejak tadi ia menyuruh Syifa tidur di kamar saja, tetapi Syifa menolak dan tetap keras kepala untuk tidur di sofa ruang tamu.
"Aku disini saja mas, karena besok pagi-pagi sekali aku harus pulang ke kosan"
Alis Varo terangkat, entah kenapa hatinya merasa tidak suka jika Syifa berkata akan pergi. ia sadar kalau wanita itu sudah menjadi istrinya, dan itu berarti ia harus menjaga Syifa.
"Tinggallah di apartemen ini ! dan jangan pulang ke kosan lagi"
"Tidak bisa mas, aku akan tetap pulang ke kosan lagian aku ingin melanjutkan pendidikan ku"
"Kau masih kuliah ?" ..
Syifa menganggukkan kepalanya dengan pelan, itulah mimpi Syifa selama ini, bisa lulus kuliah dan membanggakan kedua orang tuanya. Ia ingin menebus kesalahan yang pernah ia lakukan dulu.
"Kuliah di kampus mana ?" Varo kembali mengajukan pertanyaan.
"Di Universitas X" jawab Syifa seadanya.
"Oh"
Beberapa menit kemudian suasana menjadi hening, tidak ada yang membuka suara lagi. Sepasang pengantin baru itu larut dalam pemikiran masing-masing.
Mereka menikah tanpa di dasari rasa cinta, Varo masih ingat dengan jelas bagaimana Syifa terus menolak saat warga menginginkan mereka menikah. Bahkan wanita itu seperti takut saat mendengar kata menikah.
Entah apa penyebabnya Varo pun belum paham, tapi Varo berjanji pada diri sendiri akan mencari tau tentang kehidupan Syifa, wanita yang beberapa jam yang lalu ia halalkan.
"Kamu beneran tidak akan tidur di kamar ?" kembali Varo bertanya, menatap wajah cantik Syifa yang sembab karena selalu saja menangis.
Lagi dan lagi Syifa menggeleng, ia merasa tidak berhak tidur di kamar Varo. Syifa tau kalau Varo menikahinya karena terpaksa.
"Ya sudah aku mau istirahat, besok aku harus kerja" Varo pergi meninggalkan Syifa tanpa menunggu jawaban.
Syifa menatap kepergian sang suami, tidak bisa di pungkiri kalau ia begitu kagum dengan Varo, pria tampan dan juga kaya raya.
*
*
*
Pagi-pagi sekali setelah mendengar suara adzan yang saling bersahutan Syifa sudah beranjak untuk meninggalkan apartemen. Sebelum membuka pintu utama Syifa melirik pintu kamar Varo yang masih tertutup, mungkin yang punya kamar masih tidur dengan lelap.
Ada rasa ingin pamitan pada Varo dan meminta pria itu menalaknya pagi ini, Syifa benar-benar tidak ingin melanjutkan pernikahan yang terpaksa ini. Tapi niat itu ia urungkan karena tidak ingin mengganggu Varo, nanti saja saat ia bertemu lagi.
Dengan pelan Syifa membuka pintu lalu menutupnya kembali setelah ia keluar. Syifa langsung menuju lift dan menekan angka satu atau lantai paling bawa.
"Mas Varo adalah orang kaya, aku yakin kedua orang tuanya tidak akan setuju jika aku menjadi istri pria itu. Aku tidak ingin kejadian masa lalu kembali terulang" gumam Syifa sambil menunggu lift berhenti.
Setelah lift berhenti dan pintunya terbuka Syifa langsung keluar dari gedung itu. Beruntung tak jauh dari apartemen ia melihat tukang ojek, walau ia tau ongkosnya akan sangat mahal tapi Syifa terpaksa melakukannya, karena ia ingin segera tiba di kosan.
"Mau kemana Neng ?" tanya pria yang memakai jaket kulit tersebut.
"Ke kosan C berapa ya mas ?" Syifa bertanya terlebih dahulu sebelum menaiki motor tersebut.
"Karena masih pagi saya kasih harga murah saja Neng, 15 ribu saja"
Mata Syifa berbinar, bersyukur karena tukang ojek itu hanya meminta bayaran murah. Padahal Syifa tau jarak dari apartemen ini ke kosan lumayan jauh, semalam ia melihat di google map.
