NovelToon NovelToon
Fake Antagonist

Fake Antagonist

Status: tamat
Genre:Tamat / Dosen / Isekai / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Transmigrasi ke Dalam Novel / Chicklit
Popularitas:508.9k
Nilai: 5
Nama Author: Joy Jasmine

Ayla Navara, merupakan seorang aktris ternama di Kota Lexus. Kerap kali mengambil peran jahat, membuatnya mendapat julukan "Queen Of Antagonist".

Meski begitu, ia adalah aktris terbersih sepanjang masa. Tidak pernah terlibat kontroversi membuat citranya selalu berada di puncak.

Namun, suatu hari ia harus terlibat skandal dengan salah seorang putra konglomerat Kota Lexus. Sialnya hari ini skandal terungkap, besoknya pria itu ditemukan tewas di apartemen Ayla.

Kakak pria itu, yang bernama Marvelio Prado berjanji akan membalaskan dendam adiknya. Hingga Ayla harus membayar kesalahan yang tidak diperbuatnya dengan nyawanya sendiri.

Namun, nyatanya Ayla tidak mati. Ia tersadar dalam tubuh seorang gadis cantik berumur 18 tahun, gadis yang samar-samar ia ingat sebagai salah satu tokoh antagonis di dalam novel yang pernah ia baca sewaktu bangku kuliah. Namun, nasib gadis itu buruk.


“Karena kau telah memberikanku kesempatan untuk hidup lagi, maka aku akan mengubah takdirmu!” ~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joy Jasmine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 ~ Virtual Life

Ia lalu menutup telpon, keluar dan menatap langit biru yang indah. "Mari kita coba hidup yang baru," gumamnya dengan senyuman lebar.

.

.

.

"Kamu tenang aja, sebagai kakakmu aku akan selalu menjagamu," ucap Melysa setelah mengantar Alice ke kelas.

Lucy dan Kiara bahkan sampai menatap gadis itu aneh. Sementara Alice hanya tersenyum seakan sangat berterima kasih padanya.

"Aku harus kembali, sebentar lagi kelas akan dimulai," lanjutnya sembari menepuk pelan bahu sang adik sepupu.

"Pak Edric itu suka gadis pemberani," ujar Alice ketika Melysa ingin beranjak.

Melysa memasang wajah bingung, seakan tidak mengerti ke arah mana pembicaraan Alice, "Apa maksudmu? Kenapa jadi ke Pak Edric?" tanyanya dengan wajah polos.

"Kakak jangan berpura-pura, aku tahu kok Kakak suka sama Pak Edric."

"Eh, ma-mana ada."

"Pak Edric suka gadis pemberani, suka membantu, tidak keras kepala, tidak kasar dan berbudi luhur, dan yang terpenting adalah pembela kebenaran. Contohnya seperti tadi Kakak membelaku, jika Pak Ed lihat pasti akan sangat terpanah," jelas Alice panjang lebar sembari tersenyum manis. Senyum manis yang terlalu banyak makna di dalamnya.

Melysa mulai termakan omongan Alice, niatnya yang ingin kembali ke kelas ia urungkan demi mengetahui tipe gadis yang Edric suka. Alice pun sengaja memanfaatkan keadaan, ia akan membuat Melysa melakukan apapun yang ia inginkan.

Hari terus berlalu, sejak menjalin kasih Oliv dan Haven selalu terlihat bersama. Mereka terlihat bahagia, sementara Aldric terus membuntuti Alice. Meski Alice berulang kali meminta pemutusan pertunangan, namun pria itu sama sekali tidak menggubris.

"Hey, Alice. Tunggu, kau mau kemana lagi?"

"Jangan bilang mau ke ruangan Pak Edric lagi?"

"Apa urusannya denganmu?"

"Tentu saja ada, aku tunanganmu. Aku tidak mau namamu menjadi buruk di mata orang lain."

"Jika tidak mau terseret, kau bisa memutus pertunangan kita kan?"

"Tidak! Aku justru akan mempercepat pernikahan jika kau terus menghindar dariku."

"Ck." Alice menghela napasnya kasar, tidak tahu bagaimana cara lagi agar Aldric kembali membencinya.

Di saat bersamaan Oliv dan Haven melintas, melihat itu Alice seperti mendapat cahaya di kegelapan. 'Maafkan aku Haven, Oliv,' batinnya sembari melangkah cepat ke arah sepasang kekasih itu.

"Sepertinya aku sudah peringatkan kamu deh. Kok tetap gak tahu diri ya?" sindirnya dengan sinis.

"Apa maksudmu, Lice?" tanya Haven dengan bingung, sementara Oliv tampak menunduk sembari meremas kedua tangannya.

"Tentu saja untuk gadis ini, kalian tidak cocok Hav! Aku yakin Tante Belle tidak akan setuju."

"Kau tahu apa soal mamaku. Jangan sok tahu, Lice,"

"Sudah Haven, aku memang tidak cocok denganmu," ujar Oliv dengan mata berkaca-kaca, ia lalu lari dari sana.

"Oliv! Ck, aku kira kau sudah berubah, Lice. Ternyata sama saja, masih mentingin diri sendiri. Dia kekasihku sekarang, dan Aldric mu akan aman untuk kau miliki. Mikir, Lice! Aku kecewa sama kamu." Setelah berkata seperti itu, Haven pergi dari sana. Nampak sekali ia marah pada Alice, sementara Alice menghela napasnya, berusaha untuk tenang karena tangannya sudah mulai gemetar.

"Lihat apa? Mereka itu tidak pantas bersama. Aku hanya ingin Haven dapat yang terbaik," ketusnya ketika melihat Aldric masih berdiri menatapnya.

"Ya, kau benar. Oliv memang tidak pantas untuk Haven. Begitu juga dengan Pak Edric yang tidak cocok denganmu," ujar Aldric menggebu, membuat Alice membulatkan kedua matanya.

'Sialan, sudah capek-capek aku jadi jahat dan dia malah dukung? Justru Haven yang marah padaku sekarang,' batinnya kesal.

"Dasar gila," ketusnya pada Aldric kemudian pergi dari sana.

.

.

.

Dengan wajah kesal gadis itu menuju ke ruangan Edric. Sebenarnya ia sedang tidak mood saat ini, tapi berpikir tentang balas budinya mau tidak mau ia harus ke sana.

Tapi pria tua dan kaku itu akhir-akhir ini sangat aneh. Kemarin saja saat Alice berkunjung, Edric tersenyum sepanjang ia di ruangan itu. Seperti orang tidak waras.

"Alice, mau kemana?" tanya Melysa yang sebenarnya dari tadi mengikuti sang sepupu.

Alice tersenyum, ia punya ide sekarang. "Mau ke ruang Pak Edric, tapi tiba-tiba aku ada urusan UKM. Gimana ya?" jawabnya dengan wajah gelisah.

"Ouh, kamu mau rawat luka Pak Edric? Ya udah, serahkan padaku saja! Kamu urus aja urusan UKM nya," tawar Melysa penuh semangat.

"Tidak perlu deh, takut ngerepotin Kakak." Alice berpura-pura tidak enak hati.

"Enggak ngerepotin kok, sini obatnya! Lagian ya, dia itu udah nolongin adikku. Tentu saja aku harus balas budi juga dong."

"Aku duluan ya," ujarnya sembari pergi dari sana, senyuman lebar terukir jelas di wajah gadis itu membuat Alice tersenyum sinis.

Sampai di ruangan Edric, Melysa mengetuk pintu. Terdengar sahutan dari dalam yang memintanya untuk masuk.

"Siang, Pak," sapanya dengan sopan.

Edric yang sudah memasang wajah terbaiknya seketika mendatar, "Ada urusan apa kamu ke sini?"

"Emm, saya menggantikan Alice untuk merawat luka Bapak."

"Alice kemana?"

"Alice ada urusan UKM, Pak."

'Urusan UKM? Seharusnya dia konsultasikan dulu padaku, kan?'

"Keluarlah!"

"Ta-tapi, Pak."

"Keluar! Jangan biarkan saya bicara untuk ketiga kalinya."

"Sa ..."

'Pak Edric suka gadis pemberani, suka membantu, tidak keras kepala, tidak kasar dan berbudi luhur, dan yang terpenting adalah pembela kebenaran,' terlintas perkataan Alice bahwa Edric tidak suka gadis keras kepala.

Ia pun menggigit bibir bawahnya, kemudian menyelinapkan anak-anak rambut ke belakang telinga. "Baiklah, saya permisi," ujarnya dengan senyum termanis hingga membuat Edric bergidik.

"Ada apa dengan gadis itu?" gumam Edric setelah Melysa keluar dari ruangan.

.

.

.

Jam pulang kuliah.

Para mahasiswa sudah memadati halaman kampus. Ada yang memakai mobil sendiri, ada juga yang sedang menunggu jemputan.

Begitu juga dengan seorang pria yang sedang menunggu jemputan. Ia adalah Darier Simpson, sepupu Edric dan Aldric. Anak dari adik perempuan Bastian Nelson.

Melihat sang sopir yang sudah menunggu di sebrang jalan, ia pun bergegas ke sana. Terburu-buru karena sang ayah memintanya menghadiri sebuah acara membuatnya tak berhati-hati.

Tiba-tiba dari sebelah kanan sebuah mobil melaju kencang, semua mahasiswa yang melihat pun berteriak. Menyadari itu Darier ingin menghindar, namun terlambat. Tubuhnya seketika terpental beberapa meter ke depan.

Darah pun memenuhi tubuh pria itu, begitu juga dengan kepalanya yang mengenai trotoar. Sang sopir yang shock, baru berlari ke sana setelah mendapat kembali kesadarannya.

Segera pria itu dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapat pertolongan. Pelaku yang ternyata sedang mabuk berat pun tak bisa lari ketika polisi membekuknya.

.

.

.

Di dalam kampus Aldric berlari menuju ruangan sang kakak. Meski masih marah pada Edric, tapi Darier adalah sepupu mereka. Dan bibi mereka, Josephine Nelson lebih menyayangi Edric dibanding dirinya. Jadi lebih baik ia pergi menjenguk bersama Edric daripada harus menerima tatapan menusuk dari sang bibi seorang diri.

"Kak, Darier kecelakaan," pekiknya tanpa melihat ada Alice yang sedang duduk di sofa ruangan itu.

"Apa? Ayo, kita ke sana!"

"Alice, pulanglah dulu!" pesan Edric dan berlalu mengikuti langkah sang adik yang sudah lebih dulu pergi.

'Kakak?' batin Alice bingung.

.

.

.

Beberapa hari kemudian.

Di sebuah kamar bernuansa putih, Darier terbaring lemah di atas ranjang. Jarinya sedikit bergerak, matanya pun berkedut pelan.

Perlahan kedua kelopak matanya terbuka pelan, "Aduh, sakit sekali," keluhnya lirih.

Seketika berbagai bayangan bermunculan di otaknya. "Arghhh," pekiknya hingga membangunkan sang ibu yang menunduk di sisi ranjang.

"Nak, kau sudah sadar? Mama akan panggil dokter dulu," ujarnya senang dan berlalu dari sana.

'Mama? Sejak kapan aku punya mama?'

Matanya pun berkeliling, menatap ruang perawatan yang lebih seperti kamar pribadi itu. Seketika ia sadar, ini adalah dunia barunya.

Flashback On.

"Kamu yakin mau coba ini?" tanya seorang pria sembari memasang berbagai peralatan yang akan membantu ia bertahan hidup.

"Mau bagaimana lagi, aku butuh uang untuk adik-adikku. Dan kebetulan kau menawarkannya."

"Baiklah, kau hanya bisa keluar dari Virtual Life apabila misimu sudah selesai. Dan kau hanya punya tiga nyawa, jaga baik-baik itu. Aku tidak menjamin kau bisa selamat jika ketiga nyawa itu hilang."

"Sekarang pejamkan matamu dan bayangkan sebuah dunia baru yang ingin kau datangi."

Pria itu lalu memejamkan matanya, entah bagaimana ia membayangkan dunia novel yang baru saja ia baca.

Flashback End.

Dan disinilah ia sekarang, menjadi salah satu figuran novel Belenggu Cinta. 'Sial, kenapa harus masuk ke novel sih. Seharusnya aku kembali ke masa lalu untuk perbaiki hidupku. Ini badan juga sakit semua lagi,' umpatnya di dalam hati.

Sebuah layar mendadak muncul di hadapannya.

...Anda mengalami luka berat dikepala, akan ada ingatan Anda yang hilang. Apakah ingin melanjutkan. Pilih Ya jika Anda bersedia, Tidak jika Anda tidak bersedia, namun nyawa Anda akan berkurang satu....

Ya Tidak

'Apalagi ini?'

Ia lalu menekan tombol Ya, nyawanya terlalu berharga untuk hilang di saat ia bisa memilih untuk mempertahankan itu.

Layar pun berganti.

...Misi : Mengubah akhir cerita, selamatkan Alice Lawrence....

Setelah beberapa saat layar menghilang dan Yosephine masuk dengan beberapa dokter dan perawat dibelakangnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tbc.

🌼🌼🌼🌼🌼

1
wardah
Luar biasa
Ryan Jacob
semangat Thor
embun senja
Luar biasa
adel
👍🏻
SUGA 💙💚💛💜💝💘
Luar biasa
Nurul Inayah Kasrul
keren banget thor...bener2 plot twice...olivia ternyata/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Fiyaa
🤣🤣🤣🤣 darier kamu bisa aja
Noorjamilah Sulaiman
mantap
Noorjamilah Sulaiman
Lumayan
MashMellow🍭
dor dor dor dor
tembak tembak tembak
🤣🤣🤣
MashMellow🍭
permulaan, lpas tu kan akan jadi posesif x tentu pasal🤣🤣🤣 barulah ada claim ini tunanganku🤣🤣🤣
Ari Randz
mari mulai berkhayal dan berpusing2 ria /Grin//Grin//Grin//Silent/
Ari Randz
Luar biasa
rosemarie
ini ga ada s2 nya kah
Joey: Ada di profil Author ya😊
total 1 replies
Wulan
mmmmmmmm
Sri Yati
omo omooooo....
kanjeng_ribet
ceritanya sangat bagus, aku sampai terbawa suasana kadang ikut nangis kadang ikut tertawa❤️❤️
Joey: Terima kasih ulasannya❤️❤️. Jangan lupa mampir di karya baru author ya. "Istri Amnesia Tuan G"
total 1 replies
Nur Lela
luar biasa
Hikam Sairi
mampir
kriwil
udah ganti jiwa masih aja gemetar kasih setrum yang kenceng biar kaku
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!