Dalam dunia yang koyak oleh perang berkepanjangan, dua jiwa bertolak belakang dipertemukan oleh nasib.
Yoha adalah bayangan yang berjalan di antara api dan peluru-seorang prajurit yang kehilangan banyak hal, namun tetap berdiri karena dunia belum memberi ruang untuk jatuh. Ia membunuh bukan karena ia ingin, melainkan karena tidak ada jalan lain untuk melindungi apa yang tersisa.
Lena adalah tangan yang menolak membiarkan kematian menang. Sebagai dokter, ia merajut harapan dari serpihan luka dan darah, meyakini bahwa setiap nyawa pantas untuk diselamatkan-bahkan mereka yang sudah dianggap hilang.
Ketika takdir mempertemukan mereka, bukan cinta yang pertama kali lahir, melainkan konflik. Sebab bagaimana mungkin seorang penyembuh dan seorang pembunuh bisa memahami arti yang sama dari "perdamaian"?
Namun dunia ini tidak hitam putih. Dan kadang, luka terdalam hanya bisa dimengerti oleh mereka yang juga terluka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr_Dream111, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ibukota Magolia
Hatiku campur aduk saat kereta yang kutumpangi akhirnya tiba di ibukota ketika hari menjelang petang. Rasanya sedih dan iri melihat para prajurit lain yang disambut keluarga mereka. Aku yang tak punya keluarga di sini hanya bisa menyendiri. Sepertinya aku benar-benar merasa kesepian di kota tanpa adanya kapten dan yang lain.
Sebenarnya aku punya orang tua angkat yang mengasuhku saat aku baru tiba di kota ini dulu. Tapi, mungkin sekarang mereka sudah lupa. Wajar saja, mereka mengasuhku hanya 4 tahun.
Semenjak aku di rekrut baginda ratu, aku sudah tidak pernah mengunjungi mereka berdua. Entah sudah berapa tahun aku tidak bertemu mereka lagi. Besok aku ingin menjenguk mereka dan meminta maaf.
Sambil menenteng tas berisi perlengkapan pribadi, aku berjalan keluar dari stasiun. Langit sudah gelap, lampu-lampu jalanan mulai dinyalakan. Angin malam yang terguyur butiran salju mengusik wajahku yang lelah setelah perjalanan panjang.
Ku dongakkan kepala ke langit melihat butiran-butiran kristal putih berjatuhan.
Sudah musim dingin ya ternyata?
Aku terus melangkah dengan hati yang berat. Aku tak memiliki keluarga yang menunggu saat ini. Sekarang entah siapa yang mau aku temui. Walau ibukota adalah rumahku tapi sekarang aku seperti orang asing.
Seketika, mataku tertuju pada sebuah kedai makan yang berada tak jauh dari stasiun. Kebetulan perutku keroncongan setelah perjalanan yang melelahkan tadi. Aku ingin mampir sejenak dan memesan makanan, tapi lupa kalau aku tidak memiliki sepeserpun uang.
Sambil menahan lapar, ku lanjutkan berjalan ke istana baginda ratu untuk memberikan laporan yang ku buat selama 1 minggu ini. Istana masih terlihat cukup jauh dari sini. Mungkin 1 jam lagi aku baru sampai kalau jalan kaki begini. Mau bagaimana lagi, dengan dompet kosong mana bisa naik jasa kereta kuda.
Tiba-tiba ada kereta kuda menyalipku dan berhenti tepat di depan mata. Dari dalam kereta kuda, turun 2 orang wanita memakai baju militer berjubah putih dan terselip pedang panjang bersarung putih dengan pistol di pinggang mereka. Tidak salah lagi, mereka adalah pasukan Valkyrie.
Satuan pasukan khusus pengawal baginda ratu yang beranggotakan gadis-gadis muda. Mereka mudah dikenali dari tato bunga mawar di leher.
" Bisa tunjukan kalung dog tagmu? " Pinta salah satu dari mereka dengan nada ketus.
Aku mengeluarkan kalungku yang kebetulan ku taruh saku baju. Mereka langsung merebut kalung itu dengan kasar lalu membaca tulisan di dog tagnya.
" Baiklah ikut dengan kami! Yang mulia ratu Isabella ingin bertemu denganmu! " Lanjut mereka. Aku mengikuti perintahnya dan masuk ke dalam kereta kuda.
Dalam kereta kuda, aku cuma bisa terdiam. Betapa sialnya harus dibawa oleh 2 anggota Valkyrie. Yah mungkin jika mereka gadis biasa aku akan senang, tapi kenyataanya mereka berdua adalah monster berdarah dingin.
Kesatuan Valkyrie adalah pasukan ganas yang satu tingkat di bawah pasukan Faks dan sama-sama dipegang langsung oleh baginda ratu. Kesatuan itu beranggotakan gadis-gadis 16 sampai 19 tahun dengan bakat energi sihir diatas rata-rata. Mereka ditempa sekeras mungkin sampai menjadi ksatria haus darah yang brutal dan tak kenal ampun saat menghabisi lawannya. Dan julukan monster melekat pada mereka sebagai pengawal khusus ratu.
***
" Kita sudah sampai, turunlah! " Ketus mereka berdua seraya mendorongku keluar dengan kasar. Memang itulah sifat jeleknya. Mereka hanya akan bersifat sopan kepada tuannya saja.
Aku memasuki Istana dengan penjagaan ketat dari 2 Valkyrie tadi ditambah 5 prajurit khusus penjaga istana. Seakan seperti seorang tawanan saja saat memasuki istana yang dulunya juga rumahku walaupun aku tinggal di ruang bawah tanahnya yang pengap dan gelap.
Kami melewati aula istana dan menaiki tangga menuju lantai 3 tempat ruang kerja baginda ratu. Melewati koridor panjang hingga ku lihat sebuah pintu yang dijaga 4 Valkyrie lain. Mereka langsung membuka pintu ketika melihatku dan mempersilahan masuk.
Saat memasuki ruangan tempat ratu berada, aku merasa gugup dan tegang. Tapi harus berusaha untuk tetap tenang dan mengumpulkan keberanian untuk menghadap ratu. Aku tahu akan dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan sulit mengenai kegagalan misiku di kota Vyord.
Pikiranku terus dipenuhi oleh bayangan-bayangan peristiwa perang di kota Vyord dan kegagalan yang telah terjadi.
Tapi saat tepat melihat ratu, untuk kesekian kalinya aku terpaku melihat kecantikanya. Ya, di umur yang mungkin sudah berkepala 4, baginda ratu Isabella masih sangat cantik dan awet muda. Meski begitu, entah berapa banyak nyawa para penghianat melayang di tangannya termasuk raja Lesandro yang tidak lain suaminya sendiri.
Hampir tidak ada rakyat yang membenci ratu dan justru menganggap dia adalah pahlawan penyelamat Magolia. Memang benar, jika baginda ratu tidak melakukan kudeta, mungkin sudah sejak lama Magolia menjadi kacung bangsa Varaya dan menjadi kerajaan boneka yang sumber dayanya dikeruk majikannya. Semua berkat tangan dingin ratu Isabella yang membuat Magolia menjadi kerajaan kuat yang mampu bertahan dari peperangan dan berbagai macam krisis yang melanda.
" Selamat datang kembali Sersan Yoha. " Sambut ratu Isabela dengan lembut dan panggilan yang sering kudengar saat masih dibawah asuhannya.
Aku segera berlutut dan menundukkan kepala. " Terimakasih atas sambutan baginda ratu, tapi saya tidak pantas menerimanya karena gagal menyelesaikan misi. Sebagai gantinya, saya siap menerima hukuman apapun. "
Baginda ratu beranjak dari kursi dan berjalan mendekat hingga membuatku terkejut saat baginda ratu mengelus kepalaku.
" Itu bukan kesalahanmu. Kegagalan misimu, kematian Alvar, semua adalah kesalahanku. Sekarang berdirilah, " ucap ratu. Suara lembut itu membawa kehangatan yang membuat hati resahku terasa nyaman.
Aku bangkit dan ratu menatap dekat padaku. Cahaya biru di matanya membuatku terpaku dan terbayang akan ibuku. Aku melihat seakan ibuku tersenyum di dalam mata baginda ratu.
Ratu menepuk pundakku, " Sangat berat berjuang di garis belakang musuh. Aku sangat berterimakasih atas perjuangan dan pengorbanan kalian. Kalianlah pahlawan yang bekerja dibalik gelapnya bayangan. "
" Terimakasih baginda ratu. "
" Baiklah mari kita ke topik utama. " Balasnya yang kembali duduk. Aku juga mengambil lembaran laporan dari tas dan ku taruh diatas meja kerja.
" Aku akan membacanya nanti. Sekarang yang ingin kubahas adalah dirimu, "
" Saya? "
" Dari laporan Mayjen Cederic dan catatan dari buku mendiang Alvar, kau mengidap shell shock akibat peperangan. Apa itu benar? "
" Ya baginda ratu, itu benar. "
" Sebenarnya aku ingin segera menugaskanmu tapi kupikir lebih baik ku undur. Kau akan kuberikan waktu libur sampai kondisi mentalmu pulih. Aku juga sudah menghubungi dokter khusus untukmu di rumah sakit. Mulai besok pagi aku ingin kau menjalani pemulihan di rumah sakit. "
" Mohon maaf jika saya lancang. Kalau boleh saya tahu, misi seperti apa yang akan saya emban? "
" Aku tidak bisa mengatakanya sekarang. Yang jelas hanya kau yang bisa melakukanya karena kau adalah anggota Faks satu-satunya yang hampir mendekati kemampuan kapten regu satu dan Alvar. Maafkan aku sebelumnya karena misi ini akan kau jalankan seorang diri sebagai anggota Faks terakhirku. "
" Terakhir? Apa maksud baginda ratu? "
" Aku batal membuat generasi ketiga pasukan Faks karena sudah diketahui beberapa pihak. Jujur saja, internal kerajaan sedang banyak perselisihan dan aku sendiri sedang bergesekan dengan beberapa bangsawan provinsi dan kepolisian Magolia. Aku tidak bisa mengendalikan mereka sampai akhirnya mereka mendapat banyak kursi di pemerintahan provinsi bahkan pusat. "
" Saya paham. Saya juga memohon maaf karena baginda ratu harus menunda misi, "
Ratu mengambil sebuah amplop coklat yang tebal lalu menaruhnya di atas meja. " Ini gajimu selama bertugas dan sekarang pergilah ke distrik militer. Aku sudah menyiapkan rumah untukmu di sana. "
" Bukankah berlebihan untuk orang seperti saya yang gagal menjalankan misi? Sampah seperti saya tidak pantas menerima hadiah besar dari anda. "
" Berhentilah merendahkan dirimu anakku. Aku tidak pernah kecewa dengan pasukan Faks karena kalian adalah pahlawan bagiku dan Magolia. "
Aku terdiam sejenak dengan menatap amplop itu. Hatiku sangat bimbang apakah aku memang pantas menerimanya atau tidak. Mungkin memang benar aku layak mendapatkan gaji ini. Hanya saja, sebanyak atau sebesar apapun gaji yang kudapat, itu tidak sebanding dengan nyawa teman-temanku dan juga kapten Alvar.
Ditengah renungan, ratu mengambil dan mengulurkan amplop itu diiringi senyuman cantiknya. " Memang tidak sebanding dengan teman-temanmu yang telah gugur dan juga Alvar. Ingat Yoha, mereka berjuang mati-matian bukan untuk masa depan Magolia. Dan kau seharusnya bersyukur masih bisa diberi umur panjang. Mereka tidak akan memarahimu jika mengambil ini, tapi justru akan memarahimu karena terus merasa bersalah padahal kematian mereka bukan kesalahanmu. "
" Lalu bagaimana dengan keluarga teman-temanku? "
" Kau tidak perlu memikirkan itu, aku sudah memberikan gaji yang sama kepada mantan pasukan Faks di Burga. Selain itu, aku juga memberikan balasan yang layak untuk anggota Faks yang gugur dan sudah berkeluarga. Mereka yang gugur juga kuberikan penghargaan bintang cakra, "
Bintang cakra? Aku sedikit tertegun mendengarnya karena bintang cakra sendiri adalah penghargaan tertinggi di kemiliteran Magolia. Mereka yang mendapatkan penghargaan itu adalah orang-orang yang paling berjasa bagi kerajaan, Dan nama mereka akan tertulis dengan ukiran emas di monumen kemenangan di tengah kota Ventbert ini.
" Bagaimana dengan keluarga kapten? '
" Sudah kuduga pasti menanyakan itu. Anak dan istrinya awalnya memang terpukul saat kuberi kabar kematian Alvar tapi perlahan mereka dapat ikhlas menerima kepergiannya. Aku juga menyekolahkan anaknya di akademi terbaik di kerajaan Aklux. Anaknya mempunyai bakat luar biasa di bidang ilmu pengetahuan dan baru 4 hari lalu mereka pindah ke kerajaan benua selatan itu. Aku memberikan uang saku yang cukup untuk mereka membangun usaha dan untuk biaya sekolah. " Baginda ratu lalu menempelkan amplop itu ke dadaku. " Sudah lega sekarang? "
Aku mengangguk dan lega sekali rasanya karena baginda ratu bersifat sangat adil pada pasukan Faks. " Terimakasih baginda ratu. "
Alih-alih aku diizinkan keluar istana, justru ratu menyuruhku duduk dan berbicara 4 mata. Beliau mengajakku berbincang-bincang tentang banyak hal entah itu berkaitan tentang misi sebelumnya ataupun tentang topik politik. Bahkan beliau blak-blakan menceritakan rahasia terpenting yaitu tentang anaknya.
Dari cerita baginda ratu, Anak beliau hanya satu dan berjenis kelamin laki-laki. Umurnya sekarang baru menginjak 9 tahun yang di asingkan di tempat yang sangat jauh di wilayah kerajaan dan dijaga ketat oleh puluhan Valkyrie serta ratusan prajurit khusus.
Baginda ratu menaruh harapan besar pada anaknya dan kuyakin suatu saat anak itu akan menjadi raja yang kuat. Jujur saja orang-orang yang ditempa oleh baginda ratu dan Valkyrie nya pasti akan menjadi orang hebat. Itulah firasat yang kurasakan setelah menjadi murid dan mendengar cerita beliau.
Hampir 2 jam lamanya kami berbincang dan aku diizinkan untuk pulang. Selama berbincang dengan ratu, aku merasakan ketenanan, kehangatan, dan bisa melupakan semua masa laluku walaupun itu sementara.
Itulah baginda ratu Isabella. Beliau selalu bisa menebak isi hati dan pikiran. Sejak pelatihan sebagai pasukan Faks sendiri, sebenarnya hanya aku yang mendapat perhatian lebih dari baginda ratu dan aku juga yang selalu berani menceritakan keluh kesahku padanya.
Ketika melangkah keluar dari istana, aku tak bisa menahan kagum melihat pemandangan kota Ventbert yang menakjubkan. Kuberdiri dari puncak tangga luar istana, dan di hadapanku terbentang kota besar yang kukira takkan pernah kusesaki lagi.
Aku terpana melihat penduduk yang berlalu lalang di jalanan yang ramai. Kubelokkan kepala ke kiri dan kanan, melihat benteng-benteng tebal yang melindungi distrik pusat. Perbukitan hijau di kejauhan dengan kincir angin pembangkit listrik dipuncaknya juga tak luput dari pandanganku. Aku bisa merasakan angin dingin yang berhembus di tengah guyuran salju sekitar kota ini. Tak heran kalau kota ini dijuluki sebagai kota angin atau seribu kincir. Aku sangat terkesima dan bersyukur bisa berada di kota ini.
Setelah melihat begitu banyak kota yang hancur dan porak-poranda selama bertugas di medan perang, Ventbert terlihat seperti surgawi. Ku merasa seperti terbangun dari mimpi buruk dan berada di dunia yang jauh lebih baik. Betapa beruntungnya bisa kembali ke kota ini setelah perang usai.
Aku merasa lega setelah berhasil meninggalkan istana dan menikmati kota Ventbert yang menakjubkan. Kota ini benar-benar mengagumkan dengan segala keunikan dan keindahannya. Aku berjalan pelan-pelan melintasi jalan-jalan yang ramai dengan orang-orang yang sibuk dan hiruk-pikuk suara kereta kuda yang lewat.
Akhirnya aku bisa menyewa jasa kereta kuda untuk mengantarkanku ke distrik militer. Kunikmati setiap pemandangan di pinggir jalan sampai tak sadar kereta kuda telah sampai di distrik militer. Aku turun lalu bertanya ke beberapa penduduk sekitar tentang alamat rumah yang diberitahu oleh baginda ratu.
Dan setelah mencari, akhirnya sampai di rumah baruku di Distrik militer ini. Meski tidak terlalu besar, rumah ini sudah cukup untuk membuatku merasa nyaman dan aman di kota yang ramai ini. Dan, meski kelelahan, aku senang sekarang karena punya tempat pulang yang jelas.
Saat di depan pintu rumah, hatiku berdegup kencang. Aku sangat penasaran dengan rumah yang baru saja diberikan padaku. Ketika membuka pintunya, rasa syukur campur gembira langsung meluap dari hatiku.
Rumah ini mungkin terlihat kecil, tapi cukup nyaman dan bersih. Lantai pertama terdiri dari ruang tamu beserta perapiannya, dapur, dan kamar mandi yang terlihat cukup luas. Dan lantai kedua hanya terdiri dari satu kamar besar dengan jendela besar yang menghadap ke jalan.
Aku masuk ke dalam kamar dan melihat tempat tidurku yang baru. Setelah bertahun-tahun akhirnya aku bisa merasakan lagi tidur di ranjang yang empuk. Bukan lagi di atas lumpur becek atau tanah lembab.
Aku bisa beristirahat dan tidur dengan nyaman di sini setelah perjuanganku dalam perang dan perjalanan yang melelahkan. Sekarang, aku berharap bisa memulai kehidupan baru di kota Ventbert ini walau sejenak sebelum misi baru.
Rumah ini juga sudah dilengkapi perabotan rumah tangga ditambah bahan makanan yang sudah tersedia rapi di lemari dapur. Selain itu, banyak juga barang-barang yang tersedia seperti kayu bakar dan baju-baju baru yang sudah ada di lemari kamar. Dalam hati kuucapkan beribu syukur dan berterimakasih kepada ratu yang memberiku semua ini.
Aku segera menanggalkan jubah tebal ini dan baju seragam lalu berbaring di ranjang.
Ahh..., jadi seperti empuknya ranjang?
^^^To be continue^^^