NovelToon NovelToon
Rahasia Hati

Rahasia Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:584
Nilai: 5
Nama Author: Yunsa

Sebuah Cinta mampu merubah segalanya.Begitulah kiranya yang akan dirasakan Mars dalam memperjuangkan cinta sejatinya.
gaya hidup Hura Hura dan foya foya berlahan mulai ia tinggalkan, begitu juga dengan persahabatan yang ia jalin sejak lama harus mulai ia korbankan.
lalu bisakah Mars memperjuangkan cinta yang berbeda kasta, sedangkan orang tuanya tidak merestuinya.
Halangan dan hambatan menjadi sebuah tongkat membuatnya berdiri tegak dalam memperjuangkan sebuah cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.22

Mars begitu kecewa dengan jawaban Amara saat ini, ia yang sudah nyakin jika cintanya tidak akan bertepuk sebelah tangan, ternyata Amara menolak dirinya.

Sedangkan Amara sendiri sangat terluka ketika mengucapkan kata tidak bisa untuk Mars. Hanya saja, ketika mengingat status sosial mereka, kehidupan mereka, itu sangat jauh jaraknya, bagaikan langit dengan bumi.

Amara membuka pintu mobil, sedangkan Mars yang masih kecewa, ia masih tertegun melihat Amara yang beringsut keluar dari mobilnya kemudian menutup kembali, tanpa sepatah kata pun.

Mars membuka sabuk pengaman kemudian ikut keluar mengejar Amara yang memang masih dekat jaraknya dari mobil, karena Amara berjalan sangat lambat.

Mars menarik tangan kanan Amara agar berhenti, bisa Mars lihat jika Amara meneteskan airmata, namun Amara buru buru menghapusnya, berupaya agar tidak terlihat Mars, namun Mars sudah melihatnya.

"Kenapa Amara?"

Amara hanya bisa menunduk tanpa bisa menjawab, dadanya serasa tertimpa batu saat ini. Jangankan menjawab pertanyaan Mars, untuk bernafas pun Amara terasa berat.

"Jawab Aku Amara!! Kenapa kita tidak bisa??" tanya Mars lagi, karena Amara tidak menjawab.

"Aku tanya sekali lagi Amara. Bisakah kita memulai hubungan?" tanya Mars memastikan, karena ia sangat nyakin Amara menyesal sudah mengatakan tidak padanya. Namun tetap sama, Amara menggelengkan kepalanya namun dengan menunduk.

"Kenapa Amara? Karena aku seorang playboy?? Pemabuk?? Katakan alasannya Amara!!" kata Mars, ia merasa tidak terima jika penolakan Amara tanpa sebuah alasan.

"Bukan masalah darimu. Tapi dariku yang tak pantas bersanding." jawab Amara pelan dengan menunduk, ia tidak bisa menatap mata Mars, karena itu sangat sakit.

"Kenapa? Karena kamu anak penjaga apartemen?" ucap Mars pelan dan hati hati, namun sontak membuat Amara terkejut dan mendongakkan wajah ke arah Mars. Sebuah rahasia penolakan cintanya, ternyata Mars sudah mengetahuinya. Walau rasa malu akhirnya Amara hanya mengangguk pasrah, membenarkan ucapan Mars.

"Aku mencintaimu tanpa syarat. Rasa ini tulus bukan karena materi. Jika kita bersama, tidak perduli apapun hambatanya, pasti akan ku perjuangkan" kata Mars.

"Sebenarnya aku ingin sebuah jawaban tepat di hari ulang tahunku, agar semua masa lalu buruk ku di hari ulang tahun, hilang berubah dengan sebuah kebahagiaan. Tapi jika kamu belum nyakin dengan jawabanmu, aku akan menunggu kenyakinan itu." lanjut Mara kemudian ia berjalan mundur kearah mobilnya tanpa memutuskan pandangan dari Amara, sedangkan Amara masih tetap menunduk. Sampai akhirnya Mars berbalik badan memunggungi Amara berjalan lurus kedepan, Amara memanggilnya.

"Mars....."

"Aku mau..." kata Amara, setelah sekian menit dirinya bimbang, diantara ragu dan takut.

Mars pun tersenyum seraya berbalik badan menatap Amara, sebenarnya Mars ingin kembali mendekat pada Amara dan memeluknya, karena jarak mereka sudah lumayan jauh, hanya saja di sekitar sana masih banyak orang lalu lalang, terlebih Mars takut jika Amar melihatnya akan menjadi masalah, sehingga Mars hanya tersenyum dan mengangguk kemudian melambaikan tangan, sama halnya Amara tersenyum bahagia, melihat Mars yang memberikan senyum indah padanya.

Amara kembali melanjutkan langkahnya kembali pulang ke gedung apartemen, sedangkan Mars begitu melihat Amara melewati pintu masuk, ia pun mulai menyalakan mesin mobilnya dan kembali melaju menuju Bar.

Di sepanjang perjalan Mars seperti orang gila, ia tersenyum sendiri mengingat saat Amara mengatakan 'aku mau'. Baginya ini adalah kado terindah yang pernah ia dapat, rasa bahagia itu sangat berlebihan sampai ia tidak bisa menyembunyikan.

Begitu sampai Bar, Mars menyerahkan kunci pada penjaga pintu agar mobilnya di parkirkan. Saat ini ia tidak ingin berlama lama memarkirkan mobil sendiri, sebab ia tidak sabar ingin berbagi kebahagiaan dengan Bara, sahabat karibnya.

Sedikit berlari Mars menuruni tangga, wajahnya yang terhias sebuah senyuman membuatnya terlihat semakin tampan dan berkharisma.

Mars menepuk pundak Bara yang posisinya membelakanginya, membuat Bara menoleh dan memicingkan mata. Mars tiba tiba memeluk Bara, kemudian berganti memeluk Clara yang berada di samping Bara. Clara tersenyum dan hampir tertawa melihat kawannya yang begitu bahagia, sampai memeluk mereka.

"She say Yes Bro...!!" kata Mars dengan suara agak keras karena suara musik begitu keras.

Bara belum paham apa yang diucapkan, mungkin karena sudah terkontaminasi sedikit alkohol sehingga berpikirnya mulai lambat. Ia masih memicingkan mata memperjelas penglihatannya.

"Amara??" tanya Bara memastikan, dan Mars mengangguk dengan cepat.

Bara tersenyum bahagia hingga tertawa saking ikut berbahagia, ia menepuk pundak Mars, kemudian memeluk sahabatnya.

"Congrats Bro..." kata Bara sambil menepuk nepuk punggung Mars.

Berbeda dengan Bara yang ikut sangat berbahagia, Clara yang sebelumnya tersenyum tulus kini perlahan mulai berubah dengan senyum kaku.

Clara bagai di sambar petir rasanya mendengar berita ini, untuk pertama kalinya ia mendengar dari mulut Mars sendiri, jika ia menyatakan cinta pada gadis dan di terima. Dan itu berarti, untuk pertama kalinya Mars memiliki hubungan sebagai kekasih secara resmi.

Clara pun memilih untuk pamit ke toilet, karena tidak sanggup melihat senyum kebahagiaan Mars untuk Amara. Di toilet Clara membasuh wajahnya dengan air, dan berkali kali mengusap wajahnya agar terasa dingin, karena ia merasa suhu tubuhnya sangat panas malam ini, terlebih air mata yang berkali kali ia pendam akhirnya jatuh juga, membuatnya semakin mendekatkan wajahnya pada kran, dan sesekali melihat ke cermin, wajahnya tidak baik baik saja.

Setelah mencoba menguasai diri, Clara memutuskan keluar dari toilet. Ia mengajak Bara untuk pulang karena ia merasa pusing malam ini. Karena kedua temannya pulang, tepat pukul satu Mars dan kawan kawan pulang, namun Mars berpesan, siapa yang ingin sampai pagi, ia mempersilahkan, dan segala tagihan akan menjadi urusannya.

Tidak perduli kemarin sampai larut malam Mars terjaga, nyatanya pukul enam pagi ketika alarmnya berbunyi ia terbangun dan segera mandi. Begitu ia sudah selesai mandi, Mars terlihat lebih segar dan ia merapikan rambut lewat pantulan cermin, melihat wajahnya dengan seksama di depan cermin memastikan wajahnya tampan pagi ini, jangan lupakan parfume yang ia gunakan pagi ini, bahkan dalam jarak lima meter pun sudah bisa mencium aroma parfume milik Mars ini, karena ia begitu bersemangat menyemprotkan di pakaiannya.

Mark Wilson melihat anaknya menuruni tangga dengan sudah memakai pakaian rapi, dan wangi pun sempat heran. Sebenarnya semalam pun ia sempat melihat Mars menggandeng seorang gadis dan membawanya keluar, dan ia berpikir Mars akan bersenang senang dengan gadis itu. Tapi Mark justru melihat putranya kembali ke Bar lagi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Yang membuat heran Mark, ada apa setelah kembali Mars begitu bahagia sampai berpelukan Bara dan Clara.

"Selamat Pagi Tuan muda Wilson. Apakah kamu mau menemani papa sarapan pagi ini?" tanya Mark

"Aku tidak tertarik untuk sarapan. Aku berangkat Pa." jawab Mars sambil berlalu melewati Mars, membuat Mark menatap kepergian anaknya, yang menganggap asing dirinya.

Bersambung......

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!