Raina Wulandari, seorang wanita cantik yang harus menerima kenyataan pahit ketika diceraikan oleh suaminya setelah hampir tujuh tahun membina rumah tangga. Dan alasannya sangat klasik, Raina dianggap mandul dan tak bisa memberikan keturunan.
Raina pulang ke kampung halamannya dan memulai hidup baru di sana. Niatnya ingin mencari ketenangan batin karena selama ini dia hidup menderita di bawah tekanan mantan suami dan mantan mertuanya.
Namun, hal itu sepertinya tak bisa berjalan lancar. Karena seorang pria dari masa lalu Raina muncul dan membawa semuanya kerumitan hidupnya. Raina akhirnya ikut terseret dan tak bisa lepas dari seorang duda tampan bernama Rahardian Pratama. Apalagi anak pria itu selalu menempel pada Raina, padahal Rahardian selalu menunjukkan permusuhan setiap bertemu Raina.
Bagaimanakah jalan kisah Raina? Apakah Raina mau menerima tawaran pernikahan dari ibu kandung Rahardian? Ataukah kembali pada Bayu, mantan suami yang dicintainya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Syarat Sidang Skripsi
"Kamu gak jadi ke Bandung?" tanya Rahardian yang sedang duduk di sofa sambil menatap kagum pada wanita yang sedang meninabobokan putranya.
Saat ini hanya tinggal Raina dan Rahardian di ruangan itu menunggu Rayyan. Bu Vivi sudah pulang tadi sore sebelum magrib. Sedangkan Tante Dewi sedang keluar mencari makan malam.
"Nggak diijinkan sama ibu dan Zaki." jawab Raina tanpa mau menoleh Rahardian.
"Aku juga gak akan ngasih kamu ijin kalau jadi mereka. Untuk apa kamu ke sana. Kamu kangen sama mantanmu itu?" tanya Rahardian kesal sendiri.
"Mas, udahlah gak usah cari ribut di sini. Kasian Rayyan." kata Raina.
Wanita itu masih mengusap-usap punggung Rayyan yang hampir terlelap. Setelah sebelumnya Raina menyuapkannya makan dan meminumkan obat pada Rayyan.
"Ck, aku tak bisa mengendalikan emosiku jika berhubungan dengan mantan kamu itu, Rain." kata Rahardian lirih
"Makanya jangan bahas dia. Aku aja malas ingat dia, malah mas yang ungkit-ungkit soal dia." kata Raina.
Rahardian terdiam sejenak saat mendengar ucapan Raina. Bertanya-tanya dalam hati apakah Raina sudah melupakan mantan suaminya itu. Dalam hatinya bersorak gembira, ternyata Raina sudah tak menginginkan mantan suaminya lagi.
"Kamu nggak kuliah malam ini?" tanya lelaki itu berusaha mencairkan ketegangan diantara mereka.
"Kuliah tatap mukanya diganti tugas observasi, mas. Dosennya lagi ke luar kota jadi gantinya kami disuruh observasi ke sekolah yang kami pilih." kata Raina.
"Udah dapat sekolahnya?" tanya Rahardian dan Raina mengangguk.
"SMP Harapan Bangsa, kebetulan Fajar mengajar di sana jadi mudah dapatkan ijin observasi dari kepala sekolahnya." kata Raina
Seketika saja wajah Rahardian yang tadinya terlihat sumringah kini berubah menjadi muram kembali.
Baru saja dia bahagia karena Raina yang sudah melupakan Bayu, kini ada pria bernama Fajar yang mendekati wanita pujaannya.
"Kamu gak punya pilihan sekolah lain lagi? Kenapa harus sama dia, sih?" tanya Rahardian dengan kesal.
"Namanya juga tugas kelompok, mas. Kami berlima punya kesibukan masing-masing. Selain aku, teman-temanku yang lainnya juga bekerja dan tak mudah mencari-cari sekolah lain lagi. Kebetulan tempatnya Fajar bisa, ya kami ke sana saja." kata Raina yang beranjak dari sisi tempat tidur Rayyan. Anak itu sudah tertidur pulas.
"Kapan kamu observasinya?" tanya Rahardian.
"Lusa mas, surat pengantar dari kampus baru jadi besok. Lusa kami baru bisa observasi ke sana." kata Raina
"Aku yang antar kamu ke sana." putus Rahardian membuat Raina membelalakkan matanya pada lelaki yang sedang duduk santai sambil memainkan ponselnya itu.
"Mas, nggak usah macam-macam. Aku bisa pergi sendiri. Lagian Rayyan masih sakit begini kamu malah ngurusin yang lain." kata Raina dengan kesal.
Rahardian menghela nafasnya dengan panjang dan meletakkan ponselnya ke atas meja.
"Rayyan pasti cepat sembuh karena ada mama Rain nya yang mengurusnya dengan telaten."kata Rahardian sambil menatap mata Raina dan menguncinya. Mereka saling menatap, mencoba mendalami pikiran masing-masing.
"Lagipula aku tak mengurusi hal lain, aku mengurus sesuatu yang sangat penting. Sesuatu yang sempat hilang dan kini muncul kembali di hadapanku. Aku tak akan kecolongan untuk kedua kalinya." kata Rahardian dengan tatapan mata yang menunjukkan perasaannya.
Rasa cinta yang membaur dengan kerinduan semuanya menyatu dan mengalahkan rasa kecewa dan benci pada wanita di hadapannya ini.
Dan kini dia akan segera melamar wanita di hadapannya itu, agar tak ada lagi Bayu-Bayu lain yang menikung dan mengambil Raina nya.
Dan Rahardian tak mau hancur untuk kedua kalinya dia akan berjuang mendapatkan wanita yang dicintainya itu sejak remaja.
"Kapan Akta Cerai kamu dikirim?" tanya Rahardian
"Sudah dikirim mas. Beberapa hari yang lalu sampainya." kata Raina yang kemudian menuju arah dispenser air. Tenggorokannya tiba-tiba menjadi kering dan dia merasa gugup berada di dekat Rahardian.
"Saya minta salinan fotocopy nya ya nanti. Sekalian KTP kamu nanti kalau KK, mas yang ngomong ke Tante Vivi." kata Rahardian.
"Buat apa mas?" tanya Raina bingung.
"SKCK, nanti kamu bakalan perlu surat itu buat sidang skripsi. Makanya siapkan dari sekarang biar gak repot nantinya." kata Rahardian mencari alasan agar Raina tak tau niat terselubungnya.
Raina yang tak tau apa-apa itu hanya mengangguk saja. Tanpa tahu jika Rahardian menahan diri untuk tak tertawa geli dengan alasan bodoh yang disampaikannya ke Raina.
Apalagi melihat reaksi Raina yang polos itu, sungguh membuatnya gemas dan ingin mengecup pipi mulus wanita itu. Hanya saja dia belum boleh melakukan itu. Dia akan menyentuh Raina jika mereka sudah sah dan halal.
Sejak kapan buat SKCK pakai akta cerai dan sejak kapan pula sidang skripsi pakai SKCK.
Dasar papa Iyan, belum apa-apa sudah mulai bohong sama mama Rain.