Bayu. Seorang mahasiswa berusia 23 tahun yang berkuliah di Universitas ternama yang ada di Indonesia meninggal setelah kejatuhan pohon besar yang tersambar petir saat dia pulang dari kerja paruh waktunya.
Dia kira dirinya sudah benar-benar mati. namun alangkah terkejutnya dirinya saat menyadari jika dia belum mati dan kembali terlahir di tubuh seorang bocah berusia 10 tahun yang namanya sama dengan dirinya yaitu Bayu. parahnya lagi dia terlempar sangat jauh di tahun 1980. Anehnya Dia memiliki ingatannya di kehidupan sebelumnya di tahun 2025. berdasarkan ingatan Itu Bayu mulai menjalani kehidupan barunya dengan penuh semangat. jika di kehidupan sebelumnya dirinya sangat kesulitan mencari uang di kehidupan ini dia bersumpah akan berusaha menjadi orang kaya dan berdiri di puncak.
Hanya dengan menjadi kaya baru bisa berkecukupan!
Hanya dengan menjadi kaya batu bisa membeli apapun yang diinginkan!
Hanya dengan menjadi kaya aku bisa membahagiakan orang-orang yang aku sayangi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Menitipkan Jajanan Telur Gulung
Bab 28. Menitipkan Jajanan Telur Gulung
Suasana di Kota Surabaya pada tahun 1980-an, terutama di sekitar Stasiun Pasar Turi, menghadirkan suasana yang khas dan penuh dengan kehidupan. Pada pagi hari, udara masih sangat cukup dan tidak terkontaminasi dengan polusi atau bau-bau lainnya. Namun, kesejukan itu tidak bertahan lama ketika waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 ke atas.
Pada pagi itu, udara sudah terkontaminasi dengan bau asap rokok kretek, bau gorengan, dan wangi aroma dari kopi tubruk yang berada di warung-warung kecil di pinggir jalan.
Suasana pagi itu juga dihiasi dengan suara peluit kereta yang terdengar nyaring, bahkan dari jarak yang sangat jauh, menyatu dengan teriakan para penjual koran yang sengaja menyebut nama-nama surat kabar sambil menentang gulungan kertas di tangan untuk menarik perhatian orang-orang.
Di depan stasiun, terlihat becak, bemo, dan tukang ojek berjejer dengan rapi. Para pengemudinya duduk santai sambil merokok atau menyeruput kopi dari gelas kaca kecil. Sementara itu, suara riuh pedagang kaki lima mulai menawarkan dagangan mereka. Ada yang menjual nasi bungkus, bubur ayam, ataupun teh panas dalam termos aluminium.
Suasana pagi itu tampak sangat hidup dengan berbagai kegiatan yang bermacam-macam, seolah sangat selaras dan saling melengkapi satu sama lain. Terlihat sekali jika pagi itu orang-orang mulai bekerja dengan semangat di jalanan untuk mencari nafkah demi kebutuhan keluarga.
Menjelang pukul tujuh pagi, suasana menjadi semakin ramai dan lebih semarak. Ini dikarenakan entah itu anak-anak SD yang memakai seragam putih merah, ataupun anak-anak SMP yang memakai seragam putih biru terlihat bertebaran di mana-mana. Kadang baju mereka masih kusut karena terlihat terburu-buru, atau bahkan ada yang masih bercanda lihat dengan teman-temannya, bersikap acuh tak acuh, seolah tak peduli entah mereka mau terlambat atau tidak.
Semakin lama anak-anak itu mulai memadati jalanan. Ada yang bergerombol, ada yang naik sepeda, dan tak jarang juga sering terlihat para orang tua yang mengantar anaknya, baik itu naik sepeda onthel ataupun naik motor.
Seorang anak berusia 13 tahun nampak membawa sebuah kantong kresek besar berwarna merah yang di dalamnya terdapat enam toples yang masing-masing diisi dengan telur gulung dengan jumlah yang berbeda-beda. Dan anak tersebut tidak lain adalah Bayu.
Menyaksikan keramaian yang begitu hidup di sekitarnya, ia mengulum senyum dan tanpa sadar bergumam.
"Aku benar-benar tidak menyangka masih memiliki kesempatan untuk melihat keramaian yang begitu klasik pada era 1980-an seperti ini di kehidupan ini," ucapnya sambil terkekeh.
Karena jika itu mengacu pada masa depan, di mana tahun 2025 segalanya sudah jauh berubah, suasana seperti ini tidak akan lagi saya temui.
"Huh, mari kita fokus dan hidup pada era ini. Toh lambat laun tahun 2025 juga akan datang dengan sendirinya," ucapnya dengan senyum kecil di bibirnya.
Pagi ini rencananya dia akan mengantar telur-telur gulung ini ke sekolah-sekolah yang sudah ia tandai. Sebelumnya, ia menyewa tukang ojek untuk mengantarnya berkeliling melihat sekolah-sekolah di sekitaran Stasiun Pasar Turi.
Dan jika ditempuh dengan jalan kaki, perjalanan itu memang lumayan jauh. Jika ditotal semuanya mencapai 26 km.
Demi menghemat biaya, Bayu berpikir dia akan menyewa sepeda. Kebetulan, dari perbincangannya dengan Malik beberapa waktu yang lalu, di dekat-dekat Stasiun Pasar Turi ada sebuah tempat penyewaan sepeda. Harganya tidak terlalu mahal, mungkin sekitar Rp50 sampai Rp100 per hari.
Anggap saja harganya Rp100 per hari, dan jika itu disewa sebulan mungkin nanti paling mentok harganya di Rp2.500, setelah tawar-menawar.
Dan bagi Bayu sendiri itu sama sekali tidak masalah. Lebih baik menyewa sepeda, jadi jika mau ke mana-mana ia bisa nyaman.
Kembali ke pembicaraan beberapa waktu yang lalu antara Bayu dan Malik.
"Lik, kira-kira kamu tahu nggak tempat penyewaan sepeda dekat-dekat stasiun?"
Mendengar itu, Malik pun merespons dengan cepat.
"Tentu saja ada. Tuh, kamu tinggal jalan sekitar 6 meter ke arah barat. Ada bengkel kecil milik Pak Tarjo. Nah, dia biasanya menyewakan sepeda dengan biaya harian.
Kalau setengah hari, biayanya Rp50 rupiah. Kalau satu hari penuh, biayanya Rp100. Persyaratannya sih biasanya pakai fotokopi KTP. Tapi tenang aja, Bay. Asal kamu jujur dan cerita apa adanya, pasti dikasih izin sewa. Pak Tarjo itu orangnya baik," kata Malik.
Dari mana Malik mengetahuinya?
Itu karena sebenarnya kegiatan sehari-hari Malik adalah mengamen.
Dan Pak Tarjo pasti selalu memberikan uang kepadanya tiap kali ia mengamen lewat depan rumahnya.
Alasan ia melakukan pencopetan pada saat itu benar-benar karena ia terpaksa dan terdesak butuh uang. Adiknya belum makan dan dia sedang sakit. Dan karena Malik sangat cepat dan gesit, wajahnya sepintas terlihat samar dan tidak diketahui oleh orang-orang.
Untungnya, Malik bertemu dengan Bayu dan tas yang ia copet itu berhasil dikembalikan, sehingga apa yang ia lakukan tidak menyebar dan diketahui tetangga sekitar.
Kembali Ke Cerita.
Mendengar itu, mata Bayu berbinar. Dan dengan informasi yang ia dapatkan dari Malik, ia pun berjalan sekitar 6 meter, dan ketemulah bengkel kecil milik Pak Tarjo. Dan benar saja, di sana ada sebuah papan yang ditulis dengan huruf kapital yang lumayan agak besar. Tulisannya:
PENYEWAAN SEPEDA
Setengah hari Rp50
Satu hari Rp100
Persyaratan: Fotokopi KTP.
Akhirnya, tanpa menunda waktu, Bayu pun segera melangkah menuju bengkel kecil tersebut.
"Assalamualaikum!" kata Bayu.
"Waalaikumsalam, Nak. Ada apa ya?" kata seorang pria paruh baya yang tidak lain adalah Pak Tarjo.
"Apakah nama Bapak Pak Tarjo?" tanya Bayu memastikan terlebih dahulu.
Mendengar itu, pria paruh baya itu tersenyum ramah dan mengangguk.
"Ya, nama saya Tarjo. Ada apa ya?"
Mendengar jika pria paruh baya di depannya benar-benar Pak Tarjo, Bayu pun menelan napas lega.
"Begini, Pak. Saya mau menyewa sepeda untuk satu hari. Apakah bisa?" tanya Bayu.
"Oh, tentu saja bisa, Dek. Tapi persyaratannya harus pakai fotokopi KTP," kata Pak Tarjo.
Mendengar itu, Bayu sedikit terdiam karena dia masih berusia 13 tahun. Dia belum memiliki KTP. Akhirnya, dia pun berpikir cukup keras untuk mencari cara.
Melihat pemuda yang di depannya tampak berpikir keras, Pak Tarjo pun memperhatikan dengan lebih saksama.
Dan ternyata pemuda itu membawa bungkusan besar yang di dalamnya terdapat banyak toples plastik, nampaknya berisi jajanan yang entah apa, Pak Tarjo juga tidak tahu.
"Sebenarnya, tujuan kamu itu mau ke mana, Nak?"
"Anu, Pak, begini... tujuan saya itu sebenarnya mau ke sembilan sekolah yang ada di sekitar sini. Tiga sekolah SD, tiga SMP, dan tiga SMA. Saya mau nitipin jajanan yang saya buat ke kantin-kantin sekolah itu. Nanti kalau sudah selesai, sepedanya akan langsung saya kembalikan ke sini," kata Bayu dengan jujur.