Anto adalah pemuda malas. yang bermimpi untuk menjadi seorang penakluk di dunia ini.
tetapi Anto hanyalah pemuda miskin yang sangat malas.
Anto juga bukan pemuda yang kaya.
pekerjaan nya hanyalah melamun dan berkhayal.
tetapi Anto adalah pemuda pemberani dan baik hati.
mampukah Anto mewujudkan mimpi Nya yng muluk muluk.
ikuti kisah perjalanan Anto yang pemalas dan cabul. dan ini adalah cerita untuk umur ***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suryo Widodo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 17. awal perjalanan
Hati Anto benar benar hancur. Anto jatuh terduduk. tatapan mata nya menjadi kosong. Bahrudin yang melihat hancurnya Anto saat ini, hati nya sangat senang. Lalu dengan kasar nya Bahrudin menyeret bunga di bawa masuk kedalam rumah. Bunga dengan terpaksa. mengikuti tarikan tangan Bahrudin. Bahrudin. menutup pintu rumah dan mengunci nya. Banyak warga. yang menyaksikan kejadian itu, tetapi semua pada bingung untuk mengambil keputusan.
yang di katakan Bahrudin. adalah benar adanya, sedangkan Anto adalah orang yang di anggap sesepuh oleh penduduk kampung itu. Jadi para warga itu bingung harus membela siapa.. Setelah di dalam rumah, Bahrudin menyeret bunga. ke dalam kamar bunga, dan membuka sedikit. jendela kamar bunga supaya Anto mendengar apa yang di lakukan ke pada bunga.
Bahrudin segera mencumbui bunga dengan paksa. Bahrudin melepaskan pakaian bunga. Bunga haya diam pasrah. di dalam tangis nya. Tubuh bunga b di baringkan di atas ranjang. Bahrudin menjelajahi tubuh bunga dengan cumbu an cumbu an liar nya. Setelah di rasa cukup, Bahrudin memasukan pusaka nya. ke lobang bunga yang masih perawan. Bunga pun menjerit kesakitan.
" aduuuh.. Massss....hemppf." bunga. tidak dapat meneruskan jeritan nya, karena mulutnya keburu di sumbat dengan mulut Bahrudin, setelah agak tenang, Bahrudin nmenggenjot tubuh bunga perlahan lahan. Bunga pun. yang merasakan awalnya terasa sakit, tapi. lama kelamaan menjadi terasa sangat nyaman. Dan tanpa sadar,, bunga mendesah kenikmatan , bahkan bunga mulai membalas genjotan pinggul Bahrudin. Anto mendengar semua itu dengan jelas. Hati Anto sekarang sudah benar benar hancur. Jiwa nya terasa hampa tidak ada harapan lagi. Hanya satu nama yang Anto ingat saat itu.
tanpa sadar, Anto menyebut nama itu berulang ulang.
" Maya....Maya...Maya...Maya..."
Maya yang mendengar anto. memanggil manggil nama nya, segera keluar. dari tubuh Anto.
Maya memeluk Anto. Entah kenapa. hati Maya ikut merasakan sakit . Maya memeluk tubuh Anto. Tangan nya mengusap usap kepala Anto. Maya bingung hendak berbuat apa, Maya mendengar suara hati Anto dan juga pikiran Anto. Anto tidak ingin menyakiti bunga, andai Anto membunuh Bahrudin.. Bunga pasti akan sangat sedih. Karena Bahrudin adalah calon suaminya.. Apa lagi Bahrudin harus bertanggung jawab atas perbuatan nya yang telah mengambil ke mahkota an yang di jaga bunga selama ini, padahal. itu hanyalah akal licik Bahrudin.
Bahrudin. baru saja merebut mahkota suci milik bunga yang hendak di berikan n kepada Anto
" kangmas... Sudahkah kangmas... Kita pergi dari sini...sudah tidak ada harapan lagi di sini kangmas..."
Anto hanya bisa pasrah di papah oleh Maya. Anto sudah tidak punya tujuan lagi. Semangat Anto benar benar telah padam. Anto berjalan tertatih tatih sambil menyeret tas nya. Anto berjalan di pematang sawah meninggalkan kampung halaman nya. Bila orang awam melihat, Anto akan terlihat seperti orang yang mabuk. Yang berjalan seloyoran dan terhuyung huyung. Tetapi sebenarnya Anto berjalan di papah oleh Maya. Maya menuntun Anto ke arah selatan. Ke arah tujuan semula. Berhari hari, berminggu Minggu bahkan berbulan bulan Anto di rawat oleh Maya di perjalanan. Tubuh Anto kini kurus kering dan tidak terawat. Anto seperti gembel jalanan. Tetapi lama kelamaan jiwa Anto mulai pulih. Anto sudah berbicara dengan Maya, dan kadang kadang sedikit bercanda. Bekal sudah habis ber Minggu Minggu yang lalu.
Anto hanya makan daun kering yang jatuh, dan meminum air sisa sisa orang minum di botol Aqua yang berceceran di jalan.
Anto telah berada sangat jauh dari kampung halaman nya. Biarpun Anto mengalami penderitaan yang hebat, tetapi Anto selalu menolong ke pada makhluk hidup yang lainya. Bukan hanya kepada manusia, kepada hewan dan tumbuhan, bahkan kepada jin pun Anto memberikan pertolongan. Seperti pada sore itu, Anto berjalan melewati sebuah jembatan. Samar samar , Anto mendengar suara seseorang menangis pilu. Anto turun dari jembatan dan menyusuri sungai di bawah jembatan menuju ke arah suara tangisan itu. Setelah berjalan cukup jauh, Anto melihat sesosok perempuan ber daster putih sedang menangisi gundukan tanah kecil di depan nya. Anto tahu , bahwa perempuan itu bukanlah manusia. Tetapi seperti yang di perintahkan oleh eyang sangga langit untuk menolong sesama makhluk hidup, Anto pun mendatangi untuk menolong nya.
" mbak... Kenapa menangis... Dan itu gundukan apa...?.'"
Mendengar ada yang berbicara kepada nya.. Wanita itu menoleh ke arah Anto. Wajah nya cukup cantik , tetapi kulit nya seputih kertas. Sangat pucat seperti tak berdarah.
" mas... Tolong anak ku mas... Anak ku dalam bahaya... Tolong anak ku mas..."
Wanita itu berbicara dengan nada mengambang, meminta pertolongan kepada Anto.
" iya mbak...di mana anak mbak sekarang.."
wanita itu menunjuk ke arah kiri.
Anto tanpa curiga sedikitpun menuju ke arah yang di tunjuk oleh wanita ber daster dan berwajah pucat itu. Setiap Anto menemui pertigaan jalan, wanita itu sudah menunggu nya di pertigaan itu. Dan menunjukan arah belok yang harus di tempuh oleh Anto.hingga Anto tiba di sebuah lahan yang ada bangunan nya lumayan besar. Rumah itu di kelilingi pagar tinggi yang rapat. Diatas nya di pasangi kawat berdiri melingkar lingkar untuk mencegah seseorang yang tak di inginkan tuan rumah masuk ke dalam rumah itu. Wanita berwajah pucat itu menunjuk ke dalam bangunan besar itu.
" anak mu , berada di rumah besar itu mbak...?"
Anto me yakinkan ke beradaan anak wanita itu. Wanita itu menunjuk nunjuk bangunan itu sambil menganggukan ke pala nya. Anto berjalan mengelilingi pagar bangunan sambil berpikir.dan kebetulan. Hari sudah menjadi gelap, dan suasana sangat sepi.