Kata orang pernikahan adalah salah satu hal yang paling membahagiakan. Tapi ternyata mereka salah. Menikah dengannya dan hidup bersama dengannya adalah awal dari sumber sakit yang kurasakan. Awal dari luka yang tak pernah sembuh dan sakit yang selalu tak berujung. Bahagia? Apa itu? Rasanya itu seperti mimpi disiang bolong. Jika itu mimpi, maka mimpi itu ketinggian. Tapi.. Bolehkan aku menggapai mimpi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pink berry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebingungan di Antara Rasa Takut
Sore itu, Kaluna berdiri di dapur. Tangannya memang tampak sibuk membersihkan meja yang sudah bersih. Tapi pikirannya melanglang entah kemana. Ia masih teringat dengan kejadian tadi pagi. Ketika Orion dengan lembutnya mengusap kepalanya. Kaluna bukannya tidak suka, hanya saja ia merasa takut dan bingung disaat bersamaan.
Walau baru kenal beberapa hari dengan Orion, Kaluna sudah bisa langsung menilai bagaimana sikap Orion. Orion yang ia kenal sejauh ini, bukanlah pria yang suka menunjukkan sikap lembutnya. Orion lebih cenderung bersikap dingin dan datar terhadap orang lain. Ia tidak akan peduli dengan hal semacam ini.
Tapi perlakuannya tadi pagi, berhasil meluluh lantakkan perasaan Kaluna. Orion berhasil membuat Kaluna terus menerus memikirkan perlakuan lembutnya.
"Dia kenapa bisa berubah begitu? Huft! Buat bingung aja dia tuh" bisik Kaluna pelan pada dirinya sendiri, sambil mengelap meja yang sudah bersih.
Suara derap langkah kaki di lantai mulai terdengar. Kaluna tahu siapa yang akan datang. Orion, suaminya. Menyebut Orion sebagai suaminya sekarang berhasil membuat Kaluna malu sendiri. Langkah itu semakin dekat, membuat tubuh Kaluna menegang seketika. Kehadiran Orion selalu berhasil membuat dirinya tak karuan.
"Kaluna.. Sedang apa?" Orion bertanya dengan suara beratnya yang khas yang sudah Kaluna hafal.
Kaluna mengangkat kepalanya sedikit, ia menatap Orion dengan wajah takut. "Sedang membersihkan ini" berkata begitu pelan. Orion yang melihatnya menaikkan alisnya.
"Untuk apa? Itu bukan pekerjaan kamu, Kaluna" menatap Kaluna intens. Kaluna yang ditatap seperti itu hanya menundukkan kepalanya menghindari tatapan Orion.
Kaluna menggigit bibirnya, ia bingung harus menjawab apa. "Hanya ingin, Mas"
Orion yang mendapat panggilan baru itu terdiam. Itu panggilan special dari Kaluna kah? Kenapa rasanya begitu aneh. Walaupun aneh Orion tetap menyukainya. Sepertinya.
Orion berdehem pelan. "Mas" ia mengulang kembali panggilan itu. Seraya memastikan kepada Kaluna. Kaluna hanya mengangguk. "Iya, Mas" berbicara dengan suaranya yang lembut. Orion yang dipanggil begitu terdiam. Dan menatap Kaluna begitu dalam.
"Kenapa memanggil saya dengan panggilan itu?" menatap Kaluna. Kaluna mengangkat kepalanya. Ia menatap Orion. "Salah ya?" Kaluna menatap nya dengan raut wajah bingung. Orion menggeleng. "Tidak. Hanya terasa aneh saja".
"Maaf, Mas" Kaluna bersuara pelan. Ia takut ia melakukan kesalahan yang membuat Orion marah kepadanya.
"Kenapa minta maaf, Kaluna?" Kaluna yang mendengarnya hanya menggeleng. "Takut Mas ngga suka sama panggilannya" berkata lirih.
Orion mengangguk kecil ketika mendengarnya. Ia mengambil kain lap dari tangan Kaluna. "Ini bukan tugas kamu. Sudah ada pekerja yang bertugas membersihkan ini. Tugas kamu hanya santai dan fokus dengan kuliah kamu, paham?"
Kaluna yang mendengarnya begitu terkejut. Orion.. Dia punya sisi yang perhatian kah?
"Kamu takut dengan saya, Kaluna?" Kaluna yang mendengarnya begitu terkejut. Ia sontak menggeleng pelan. "Tidak, Mas" ada nada keraguan disana. Jelas terlihat dari tatapan matanya.
Orion yang mendengarnya tersenyum sinis. Ia tahu Kaluna sedang berbohong. Bagaimana mungkin Kaluna tidak takut dengannya. Sedangkan jika berbicara saja masih menghindari kontak mata dengannya.
"Bohong".
DEGH!
Kaluna merasakan nafasnya berhenti seketika. Gerakan tubuhnya berhenti saja. Ia ketahuan. Apakah Orion akan marah kepadanya? Apa Orion akan-
"Jangan terlalu dipikirkan." Orion menghela nafasnya. Ia mengusap lembut puncak kepala Kaluna seperti apa yang ia lakukan tadi pagi.
Kemudian ia pergi meninggalkan Kaluna yang diam terpaku sendirian di dapur karena ulahnya barusan. Kaluna menghela nafasnya perlahan. Jujur saja, perlakuan Orion barusan membuat dirinya bingung dengan tingkah laku suaminya itu.
Dirinya dipenuhi dengan kebingungan dan ketakutan terhadap Orion. Apa ia telah salah dalam menilai Orion? Apa sifat asli Orion adalah lembut tanpa kata seperti ini?
Orion. Suaminya itu kenapa sulit sekali untuk dipahami? Apakah Orion hanya ingin mempermainkannya? Atau.. Apakah Orion mulai ingin memperbaiki dirinya? Kaluna berharap semoga hal baik selalu bersamanya mulai saat ini. Padahal itu cuma secuil perhatian kecil, tapi Kaluna yang masih muda dan labil malah terbawa suasana. Jika sudah begini, salah siapa?
Perlakuan Orion terhadap Kaluna barusan ternyata di salah artikan oleh Kaluna. Kaluna berfikir mungkin Orion sudah berubah dan sifatnya mulai melembut, tapi kenyataannya ia salah.
Senyuman sinis menghiasi wajah tampannya ketika ia meninggalkan dapur. Ia tertawa pelan yang hanya didengar oleh dirinya sendiri.
"Kaluna" nama itu disebut nya dengan lirih tapi masih ada intonasi tegas didalamnya. "Anak kecil ini gampang sekali dipermainkan" nada yang penuh ejekan keluar dari mulut nya barusan.
Orion berhenti tepat didekat jendela. Ia menatap taman belakang yang dipenuhi oleh bunga segar yang selalu disiram setiap hari nya oleh pekerja di rumahnya. Tatapan matanya sulit untuk diartikan. Pikirannya berputar pada kejadian di dapur barusan.
Wajah bingung dan polos Kaluna ketika menatapnya yang disertai dengan raut wajah takutnya itu, Orion benar-benar masih mengingat nya.
"Gadis kecil yang naif, malang sekali kamu Kaluna. Bagaimana kamu bisa hidup di dunia yang penuh dengan kekejaman ini?". Nada itu terlihat begitu dingin dan angkuh. Orion benar-benar sulit untuk ditebak. Kaluna kamu benar. Sekarang buah dari pikiranmu itu benar terbukti adanya.
Pria itu menyelipkan kedua tangan nya kedalam saku celananya. Kepalanya menatap lurus ke depan. Senyum sinis menghiasi wajah tampannya. Tidak ada wajah yang ramah atau penuh kehangatan disana.
Yang ada hanya wajah Orion yang begitu angkuh. Orion tahu, Kaluna, gadis kecil itu mulai luluh dengan sikap Orion barusan. Gadis itu sudah tidak merasa takut lagi dengan kehadiran Orion. Tangan gemetar yang biasanya selalu Orion lihat, tadi ia tidak melihatnya. Kaluna yang biasanya selalu menangis ketika berhadapan dengan Orion, sekarang sudah berani untuk menatapnya.
Wajah polos Kaluna ketika menatap Orion tadi, benar-benar membuat Orion muak. Kaluna terlalu mudah dikelabui. Bagi Orion ini adalah sebuah tanda kemenangan kecil baginya.
Ini bukan tentang cinta, apalagi tentang perhatian atau pun kasih sayang. Bagi Orion ini hanyalah sebuah permainan kecil yang ia ciptakan secara tidak sengaja. Ya, ini adalah permainan yang Orion ciptakan sendiri. Dari sini sudah bisa kita lihat, bahwa permainan ini akan sepenuhnya di pegang oleh Orion.
"Apakah ekspresi polos dan lugu itu akan masih ada nantinya, Kaluna?" katanya barusan yang diiringi dengan kekehan kecil. Ia membayangkan tangis dan jeritan Kaluna nantinya akan seperti apa. Masih membayangkannya saja sudah membuat Orion tersenyum kecil. Tangisan Kaluna adalah sebuah melodi yang indah baginya.
"Kaluna Eirene Adara" nama itu diucap nya dengan nada datar. "Kita lihat sampai dimana kamu akan bertahan nantinya" senyum sinis yang mulai terbit di wajahnya.
Orion mulai melangkahkan kakinya keluar rumah. Sejak menikah dengan Kaluna, Orion tidak pernah menganggap Kaluna sebagai istri atau wanita yang ia cintai. Baginya Kaluna hanyalah salah satu pion dari permainan yang ia ciptakan. Dan hari ini, permainan besar yang Orion ciptakan sudah dimulai.