Nama gue Arin.Umur dua puluh tahun. Gue hanya gadis miskin .Keinginan gue hanya satu yaitu menaikkan derajat hidup keluarga gue agar tidak dihina dan direndahkan.Gue bekerja sebagai buruh pabrik di siang hari ,sore harinya gue kuliah. Jalan hidup gue penuh dengan liku-liku dan jalan terjal. Banyak cobaan cacian dan makian . Tapi gue tidak akan patah semangat walaupun gue terjatuh berkali-kali gue akan terus bangkit. Ini hidup gue ,dan gue akan terus bangkit dan berjalan menuju cita-cita dan cinta gue. Yuk ikuti dan lihat perjalanan hidup gue untuk memperjuangkan cita-cita dan cinta gue. Karena disitu akan penuh dengan canda tawa dan air mata juga tentang persahabatan yang abadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🌹Ossy😘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27
Belum Ada kemajuan
Semua orang yang ada di dalam ruangan memperhatikan Bram yang sedang berbicara. "Rencana kami para dokter begini, satu persatu dari kalian berbicara sama Arin tentang segala sesuatu yang membuat dia bahagia. Entah itu kejadian yang lalu ataupun masa depan. Buat Arin termotivasi untuk bangun. Jangan pernah menceritakan hal-hal yang membuat dia sedih." Bram berhenti sejenak
" Jadi secara bergantian kalian buatlah suasana gembira di dalam ruangan ini. Tidak boleh ada kesedihan dan air mata. Bagaimana? Apakah kalian setuju? " Bara menambahkan penjelasan Bram.
"Kami mengerti Dok. Pasti akan kami ceritakan pengalaman kami yang penuh gembira di masa kecil dia. Arin yang selalu ceria di masa kecilnya." Ucap Ayah. Ayah menerawang mengingat masa kecil Arin yang selalu ceria, tidak ada kesedihan. Sampai suatu kejadian di mana Arin berubah menjadi suka menyendiri. Ayah menunduk sedih. Bunda mengetahui kalau ayah mengingat sesuatu.
" Sudah Ayah ,tidak perlu diingat lagi kejadian yang lalu. Nanti Ayah sakit lagi. Jaga kesehatan jantung ayah juga. Kalau ayah sakit , siapa yang akan menguatkan bunda." Bunda memegang tangan Ayah .dan mengelusnya pelan. Airmata sudah menggenang di pelupuk mata mereka berdua.
Bara dan Bram saling pandang. Mereka menjadi mengerti mengapa Arin tidak ingin bangun. Pasti ada kejadian di masa lalu yang membuat Arin trauma. Bara mendekat Ayah dan bunda.
" Maaf, apa boleh kami tahu kejadian itu. Mungkin bisa membantu buat kesadaran Arin." Bram berkata penuh ingin tahu. Ternyata banyak kejadian yang telah dialami Arin. Semakin menarik kehidupan Arin , pikir Bram.
"Bagaimana bunda ,Ayah mau di ceritakan atau tidak. Mungkin bisa menjadi petunjuk." Bara juga ikut membujuk Ayah. " Bunda bagaimana? Apa boleh kami tahu?"
Ayah dan bunda saling pandang dan akhirnya menganggukkan kepala.
" Baiklah Dok, kami akan cerita. Semoga ini bisa membantu. " Ucap bunda dengan wajah yang sedih. Menceritakan lagi hal tersebut akan membuka luka lama. Keluarga Arin harus siap dengan itu semua. Nia dan Rama saling pandang. Lalu mereka mendekati bunda . Sejenak mereka berdua saling pandang juga . Dan sama-sama mengangguk. Itu tanda kalau mereka sudah siap membuka luka lama. Nia mendekati Fian dan berbisik. " Apakah lo sudah siap jika ini kita buka kembali?" Nia bertanya kepada Fian karena ini semua menyangkut keluarga Fian. Fian mengangguk. Dia tahu semuanya karena dialah penyebab Semua ini. Dia harus ikut bertanggung jawab dengan yang telah terjadi. Fian mendekati Nando. "Tolong bantu kita Ndo."
Nando mengangguk Dia juga mengetahui semuanya. Bara dan Bram saling pandang dan keduanya mengangkat bahu. Pak Santoso dan Istrinya menatap mereka dengan bingung.
"Memang apa yang terjadi?" Tanya Papa Omed sedikit ragu. Merasa takut kalau pertanyaannya nanti bisa menyinggung keluarga Arin.
"Sebenarnya kejadian yang ingin kami semua lupakan.Kejadian yang membuat Arin mempunyai kebiasaan aneh." jawab bunda sambil menghela nafas panjang.
"Maaf bunda, kalau memang terlalu berat ,tidak usah diceritakan tidak apa-apa." Bara memandang bunda dengan segala perasaan yang berkecamuk. Antara tidak tega dan ingin tau.
"Kalau ini bisa membuat Arin bangun lagi, kami siap." Ucap bunda lagi. Ayah mengangguk.
" Kejadian ini terjadi lima tahun yang lalu." Bunda memulai ceritanya."
Lima tahun yang lalu.
Waktu itu Arin berusia lima belas tahun dan Rama dua belas tahun. Pada saat itu Ayah sedang mendapat pekerjaan di kota lain. Lumayan upahnya, maka dari itu Ayah menerima tawaran pekerjaan itu. Walaupun menginap dijalani ayah dengan senang hati ,demi kehidupan keluarga mereka.
Sudah dua hari Rama sakit demam. suhu badannya cukup tinggi , mencapai 39 derajat Celcius. Tentu saja bunda panik. Sudah di kompres belum juga turun panasnya. Minum obat warung juga sudah. Tapi panasnya belum juga turun. Bunda panik. Hari sudah malam juga . Sudah pukul delapan malam. Sebenarnya bunda tidak tega menyuruh Arin. Tapi Nia juga ga ada. Nia pas lagi ada acara berkemah dari sekolahnya. Tinggal Arin yang bisa dimintai tolong.
"Arin, tolong bunda . Beli obat turun panas lagi di apotik ya."
"Baik bund. " Arin langsung berangkat. Tidak ada rasa takut sedikitpun. Walaupun hari sudah malam Arin berani karena demi adik satu- satunya yang sedang sakit. Arin pergi dengan jalan kaki .Jarak apotek dari rumah cuma satu kilometer. Jarak segitu buat Arin sangat ringan untuk dilakukan. Karena memang dia sudah terbiasa kemana-mana dengan berjalan kaki. Dengan berjalan cepat Arin menuju apotek. Setelah mendapatkan obat yang dibutuhkan dia langsung pulang. Jalanan masih terlihat lumayan ramai. Tiba-tiba di sebuah gang agak gelap Arin ditarik orang yang tidak dikenal. Arin berteriak tapi mulutnya dibekap tangan orang tersebut. Ternyata ada dua orang yang menarik Arin. Arin terus berusaha melawan. Ada temennya yang datang lagi . Jadi mereka bertiga. Semuanya mengenakan topi dan masker. Dari potongan rambutnya Arin mengenali salah satunya. Tapi Arin tidak yakin juga, karena suasana lumayan gelap.Arin dibawa ke salah satu rumah kosong. Ternyata di gudang sudah menunggu satu orang lagi. Salah satu dari mereka membekap mulut Arin dan satunya mengikat tangan dan kakinya. Tiba-tiba salah satu dari mereka memberi kode agar kedua temannya pergi. Arin terus saja berontak Tapi karena kedua tangan dan kakinya diikat, jadi hanya bisa bergerak di tempat. Dia sudah ketakutan tapi berusaha tetap tenang. Tinggal satu orang lagi. Sang pelaku menatap Arin lalu berucap. "Hai Arin, ingat aku." Dia buka topi dan masker yang dia pakai.
"Adit" ucap Arin. Adit adalah teman Arin juga.
"Ya, lo masih mengingat gue ternyata. Apa lagi yang lo ingat tentang gue?"Adit berjalan memutari Arin yang terikat di kursi.
"Maksud lo apa?" Arin kebingungan dengan maksud Adit. Dia memang mengenal Adit. Adit adalah saudara sepupu Fian. Adit seumuran dengan Andra. Dulu dia tinggal di rumah Fian juga. Sekarang sudah pindah ikut orang tuanya. Mereka sering bermain bersama juga. Yang Arin ingat, Adit menyukainya. Tapi dia masih kecil. Masih pelajar SMP. Arin cuma berpikir mereka hanya sebagai sahabat. Tidak ada pikiran suka sebagai lawan jenis.
"Maksud gue...gue suka sama lo."
"Kalau suka ya suka aja. Mengapa gue harus diperlakukan seperti ini?" Arin semakin tidak mengerti maksud Adit. Tiba-tiba Adit mendekat. Dia mencium bibir Arin. Tentu saja Arin kaget. Dia menolak, Tapi Adit terus saja mencium bibir Arin. Arin menangis. Arin menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan ,dengan harapan Adit melepaskan, ciumannya. Adit malah semakin brutal . Tidak hanya mencium, Adit juga meremas payudara Arin . Arin semakin ketakutan. Dia semakin bergerak dengan cepat. Adit terus saja mencium bibir Arin. Dan berakhir dengan menggigit bibir Arin sampai berdarah. Akhirnya Adit melepaskan ciumannya.
"Enak , terima kasih ya Arin sayang."
"Adit lo gila, lo gila . Lo jahat. Hiks..hiks ..hiks. Adit lo gila. " Arin histeris. Dia menangis meraung-raung.
"Diam, jangan berisik. Lo mau menjadi tontonan orang." Adit membentak Arin. Tapi Arin tetap saja berteriak. Adit semakin marah.
"Bisa diam ga lo. Arin gue sayang sama lo. Terima kasih ciumannya. Pasti ini ciuman pertama lo kan." Adit tersenyum senang. Dia mendekati Arin lagi. Adit mencium Arin lagi. Kali ini Arin sudah waspada. Sebelum bibir Adit menyentuh bibirnya, Arin menggerakkan kepalanya ke kepala Adit. Kedua kepala beradu. Tentu keduanya merasa kesakitan. Lumayan keras juga tadi Arin membenturkan kepalanya.
"Sakit Arin. Lo gila. Bisa pecah kepala kita." Adit mengelus kepalanya yang sakit. Arin hanya meringis, walaupun dia merasa kesakitan juga. Kepalanya terasa sedikit pusing. Sebelum Adit sadar Arin berteriak sekencang-kencangnya. Adit kaget. Adit panik sekaligus panik.
"Diam Arin. Bisa diam ga. " Arin terus saja berteriak. Adit membekap mulut Arin lagi. Sudah tidak ada lagi teriakan Arin. Arin hanya bisa menangis.
" Arin,kenapa kamu berteriak. Kalau ada orang yang mendengar bisa gawat. " Adit berbisik di telinga Arin. Arin menggerakkan kepalanya. "Bisa diam tidak kepalamu." Adit membentak lagi.
Tiba-tiba terdengar pintu didobrak. Arin dan Adit kaget. Adit panik,dia langsung kabur dari pintu belakang. Tapi naas buat Adit dia tidak melihat kalau ada sumur tua yang ditutup , Adit terjatuh ke dalam sumur itu.
Sementara Arin masih histeris. Masuk dua orang lelaki muda.
" Adik kenapa. Astaghfirullah. Sudah ya dik. Adik sudah aman . Jangan takut lagi. Sudah aman." Mereka berdua menenangkan Arin dan menolong Arin yang dalam keadaan berantakan. Melepaskan ikatan tangan dan kakinya. Arin terus saja berteriak histeris. Dia sangat ketakutan. Tiba-tiba Arin terdiam dan mendekati salah satu dari mereka memeluk salah satu dari mereka dan mencium bibirnya. Tentu saja pemuda itu terkejut,namun diam saja. Dia memahami keadaan gadis itu. Arin bermaksud menghilangkan bekas ciuman Adit. Cuma sebentar karena Arin sudah jatuh tak sadarkan diri.
Kedua pemuda itu membawa Arin ke rumah sakit. Tapi karena mereka ada urusan penting yang tidak bisa ditunda, mereka menyerahkan Arin kepada pihak rumah sakit dan semua urusan diwakili pihak rumah sakit.
"Sebentar bund." Tiba-tiba Bara menyela.
"Iya kenapa Dok." Bunda menghentikan ceritanya.
"Lima tahun lalu ya." Bara terlihat berpikir. "Bram ingat ga, lima tahun lalu, pas kita mau ke bandara mau pergi ke Singapura."
"Sebentar, Ya gue inget. Jadi gadis itu Arin?" Bram mengingat suatu kejadian yang sama persis dengan yang diceritakan bunda tadi.
"Tempat kejadian rumah kosong yang di belakang ruko perkantoran itu ya bund?"
"Benar Dokter. Jadi maksudnya bagaimana?"
Semua orang ikut bingung dengan pernyataan kedua Dokter tersebut.
"Pelakunya bagaimana jeng ,apa sudah dihukum?" Tanya Papa Omed. Bunda teralihkan oleh pertanyaan papa Omed.
"Pelakunya ditemukan meninggal di dalam sumur tua pagi harinya.Dia terjatuh ke dalam sumur tua yang sudah tidak terpakai saat mencoba melarikan diri. dan ternyata sumur tersebut mengandung zat beracun." Fian yang menjawab. Dia melihat Ayah dan bunda sudah berlinang air mata. Fian merasa sangat bersalah karena yang melakukan adalah saudaranya.
"Terus Arin bagaimana?"
"Arin kami temukan di rumah sakit dalam keadaan trauma berat. Kata Dokter yang merawat Arin. Ada dua orang pemuda yang menolong Arin waktu itu. Tapi kedua pemuda itu buru-buru pergi keluar negeri karena memang sedang ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan. Yang membuat kami sekeluarga merasa hancur. Kejadian itu ada yang merekam dan sempet tersebar." Bunda melanjutkan ceritanya sambil terisak.
"Sudah bunda ga usah diteruskan." Bara menyela ucapan bunda.
Mama Omed mendekati bunda dan memeluknya. Dia ikut terisak. Dia juga merasa sangat bersalah. Papa Omed dalam hati berniat mengurungkan niatnya untuk meminta pembebasan Omed. Karena dia merasa Arin lebih dan sangat menderita dari pada Omed.
Semua yang berada di ruangan sudah menangis semua. Yang terdengar hanya suara isak tangis mereka.
"Sudah bunda, tidak usah diteruskan lagi. Jadi benar Arin trauma berat dengan kejadian di masa lalu." Bram langsung bisa mengambil kesimpulan. Bram mendekati Bara dan berbisik. "Bara jadi yang dulu kita tolong adalah Arin."
Bara mengangguk. Dia lega bisa menolong Arin tepat waktu. Karena terlambat sedikit saja akibatnya akan sangat fatal buat Arin. Itu aja akibatnya sudah fatal juga. Ada senyum di bibir Bara, mungkin ini jalan Allah mempertemukan mereka kembali. Bisa jadi mereka berjodoh.
"Dan Arin pernah mencoba mengakhiri hidupnya." Bunda berkata pelan masih sambil terus terisak.
"Apa?"
Semua orang berteriak kaget.
"Untungnya bunda memergoki dia yang akan mengiris pergelangan tangannya dengan silet."
"Astaghfirullah Arin.Malang benar nasibmu. Maafkan Omed ya,Nak. Gara-gara Omed kamu jadi begini." Mama Omed semakin merasa bersalah.
"Jeng, kami tidak menyalahkan Omed. Maafkan kami belum sempat ke kantor polisi untuk membatalkan tuntutan buat Omed." Memang keluarga Arin tidak pernah menyalahkan Omed. Mereka sudah pasrah dengan apa yang di alami Arin.
"Jadi kita bisa menarik kesimpulan dengan kejadian yang dialami Arin. Kita bisa mulai besok saja ya , sekarang sudah malam ternyata. Sudah pukul delapan malam. Maaf malam ini kalian semua pulang saja . Bunda juga pulang ya beristirahat di rumah. Besok pagi datang lagi." Bara memberi pengertian kepada mereka dan juga karena kasian sama bunda kalau harus tidur di rumah sakit lagi. Karena dilihatnya Ayah dan bunda sangat tertekan.
" Rama saja yang menunggu ya pak dokter." Rama menawarkan diri.
"Boleh Ram. Tapi bukannya besok sekolah?"
"Iya, Nanti bisa pulang pagi-pagi sekali. Masih bisa mengejar waktu."
"Aku temani ya Ram."
"Jangan Fian, jangan macam-macam, bisa-bisa nanti mamamu marah lagi . Bisa tambah runyam semua urusan." Nando mengingatkan Fian. Karena memang begitu adanya. Pasti Mama Fian akan marah jika Fian berhubungan dengan keluarga Arin.
"Iya deh, gue pulang. Besok sepulang kuliah kita mampir kesini lagi, Ya Ndo." Akhirnya Fian hanya pasrah dengan keadaan.
Semua orang sudah pulang.Semua orang menuruti apa yang dokter anjurkan. Hanya Rama sendiri yang menunggu Arin. Bara dan Bram juga pulang ke rumah. Mereka semua merasa capek. Karena beberapa hari ini tenaga dan pikiran mereka dipakai untuk mengurusi Arin.
Semoga Arin segera sadar.
Bersambung..
Mohon tinggalkan jejak like dan komen. Terima kasih 🙏🙏🙏
aku menanti mu....
kenapa seperti ini....
🤔🤔🤔🤔
semua masalah ada penyelesaiannya
jangan berbuat konyol ..dan merugikan diri sendiri
karna kau siram dengan kasih sayang mu 😘😘😘😘😘
ngak ngaca apa yg menimpa diri nya 😡😡😡 masih untung selamat dari maut kecelakaan kok gak Sada mulut masih lemes aja
dasar Mak Mak komplek 😡😡😡😡
pada akhirnya penderitaan Arin berakhir seiring dengan hembusan nafas nya juga ikut berakhir....
tega banget kamu thor,,,,
gak kasih kesempatan Arin buat ngerasain kebahagiaan.... 😭😭
kenapa harus meninggalkan
kisah Airin sangat nyenyak didada. rasa rasa nya. jarang ke bahagian menghampiri nya
takdir Airin memilukan.
terus kapan pertemuan di ujung jalan nya 🤗🙏🥰 apa bertemu dokter bara di jembatan siritolmustakim 😭😭😭😭