NovelToon NovelToon
Alas Mayit

Alas Mayit

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Rumahhantu / Hantu / Iblis
Popularitas:45
Nilai: 5
Nama Author: Mr. Awph

​"Satu detik di sini adalah satu tahun di dunia nyata. Beranikah kamu pulang saat semua orang sudah melupakan namamu?"
​Bram tidak pernah menyangka bahwa tugas penyelamatan di koordinat terlarang akan menjadi penjara abadi baginya. Di Alas Mayit, kompas tidak lagi menunjuk utara, melainkan menunjuk pada dosa-dosa yang disembunyikan setiap manusia.
​Setiap langkah adalah pertaruhan nyawa, dan setiap napas adalah sesajen bagi penghuni hutan yang lapar. Bram harus memilih: membusuk menjadi bagian dari tanah terkutuk ini, atau menukar ingatan masa kecilnya demi satu jalan keluar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Awph, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30: Tenggelam Dalam Danau Pelupa

Jenderal itu menghantamkan tombaknya ke arah perahu hingga perahu tulang tersebut hancur berkeping-keping dan melemparkan Baskara serta Arini ke dalam air danau yang sangat mematikan. Tubuh Baskara terhisap ke dalam pusaran cairan hitam yang terasa sangat kental dan sangat dingin seolah ribuan jarum es menusuk sumsum tulangnya secara terus-menerus.

Di bawah permukaan air yang gelap, Baskara melihat ribuan tangan tanpa tubuh mencoba menarik pakaiannya agar ia semakin tenggelam ke dasar danau yang sangat dalam. Ia berusaha menahan napasnya namun cairan hitam itu mulai masuk melalui telinganya dan membisikkan nama-nama yang mulai terasa asing di ingatannya secara berulang-ulang.

"Siapa aku? Kenapa aku berada di tempat yang sangat gelap dan sangat menyesakkan ini?" tanya Baskara di dalam benaknya yang mulai memudar.

Arini muncul dari balik kegelapan air dengan cahaya perak yang mulai meredup akibat tekanan energi negatif dari danau air mata tersebut secara terus-menerus. Ia memegang tangan Baskara dengan sangat erat sambil menyalurkan sisa kekuatannya agar Baskara tidak kehilangan kesadaran sepenuhnya di bawah air secara berulang-ulang.

Arini menunjuk ke arah permukaan di mana bayangan jenderal raksasa itu masih berdiri menunggu mereka dengan tombak yang siap menghujam kembali secara terus-menerus. Baskara melihat bahwa jenderal itu sebenarnya tidak memiliki kaki melainkan tubuh bawahnya menyatu dengan air danau yang bergejolak secara berulang-ulang.

"Kita harus menghancurkan tumpuan airnya jika ingin keluar dari jeratan danau penghapus ingatan ini!" teriak Arini melalui transmisi pikiran yang terasa sangat menyakitkan.

Baskara mencoba menggerakkan tangannya untuk mengambil belati kuku namun jarinya terasa sangat kaku seolah otot-ototnya telah berubah menjadi batu karang yang sangat keras. Ia melihat bayangan masa kecilnya kembali melintas di depan matanya namun kali ini wajah ibunya mulai terhapus dan digantikan oleh wajah jenderal perunggu tersebut secara terus-menerus.

Rasa takut akan kehilangan identitas dirinya memicu adrenalin yang sangat besar hingga Baskara mampu memecahkan lapisan es yang mulai membungkus jantungnya secara berulang-ulang. Ia menarik napas terakhir dari gelembung udara milik Arini dan melesat naik menuju permukaan air dengan sisa tenaga yang sangat terbatas secara terus-menerus.

"Kembalikan ingatanku, mahluk pengecut yang hanya berani bersembunyi di balik kutukan air mata!" raung Baskara saat kepalanya berhasil muncul ke permukaan.

Jenderal raksasa itu mengayunkan tombak perunggunya tepat ke arah wajah Baskara namun pemuda itu berhasil menangkap ujung tombak tersebut menggunakan lilitan tali pendaki miliknya. Baskara menarik tali itu dengan sekuat tenaga hingga tubuh jenderal yang terbuat dari air danau mulai goyah dan kehilangan keseimbangan secara berulang-ulang.

Arini muncul dari belakang jenderal tersebut dan menghujamkan pedang peraknya tepat ke arah tengkuk zirah perunggu yang menjadi titik pusat energi mahluk itu secara terus-menerus. Ledakan energi terjadi hingga menciptakan ombak besar yang melemparkan Baskara kembali ke pinggir dermaga yang sudah hampir hancur menjadi serpihan kayu secara berulang-ulang.

"Baskara! Cepat lari menuju pulau kecil itu sebelum jenderal itu berhasil menyatukan kembali tubuh airnya!" perintah Arini dengan suara yang hampir habis.

Baskara merangkak di atas tanah putih yang terasa sangat panas namun ia merasa ada sesuatu yang hilang dari dalam kepalanya secara terus-menerus. Ia mencoba mengingat nama ayahnya namun yang muncul hanyalah gambaran sebuah pohon besar yang dahannya dipenuhi oleh ribuan wajah yang sedang menangis secara berulang-ulang.

Ia menyadari bahwa danau itu telah berhasil mencuri sebagian kecil dari ingatannya yang paling berharga sebelum ia sempat menyelamatkan diri ke daratan secara terus-menerus. Rasa hampa yang luar biasa mulai menyelimuti hatinya namun ia tahu bahwa ia tidak boleh berhenti di tengah jalan yang sangat berbahaya ini secara berulang-ulang.

"Aku akan mengingat semuanya kembali setelah aku berhasil menghancurkan gerbang terakhir di jantung Alas Mayit ini!" janji Baskara pada dirinya sendiri.

Mereka berdua akhirnya sampai di tengah pulau kecil yang tanahnya terbuat dari gumpalan daging yang masih hangat dan terus berdenyut secara terus-menerus. Di tengah pulau tersebut terdapat sebuah meja batu yang di atasnya terletak sebuah mahkota yang terbuat dari jalinan akar pohon wajah yang sangat mengerikan secara berulang-ulang.

Seorang pria tua dengan pakaian compang-camping sedang duduk di depan meja tersebut sambil memegang sebuah cermin yang permukaannya terus mengeluarkan asap berwarna ungu secara terus-menerus. Pria itu menoleh ke arah Baskara dan tersenyum hingga memperlihatkan giginya yang semuanya terbuat dari emas murni yang sangat berkilau secara berulang-ulang.

"Selamat datang di titik nol, tempat di mana waktu masa lalu dan masa depan bertemu untuk saling menghancurkan satu sama lain," sambut pria tua itu dengan nada tenang.

Baskara merasakan getaran hebat pada jam tangan milik ayahnya yang kini mulai berputar maju dengan kecepatan yang sangat tidak masuk akal secara terus-menerus. Arini mencoba mendekati pria tua itu namun langkahnya terhenti oleh dinding transparan yang muncul secara tiba-tiba dan memisahkan mereka berdua secara berulang-ulang.

"Siapa kamu dan kenapa kamu memiliki mahkota dari pohon wajah yang sangat terkutuk itu?" tanya Baskara sambil bersiap dengan posisinya.

Pria tua itu bangkit dan perlahan-lahan wujudnya berubah menjadi sosok yang sangat dikenal oleh Baskara di dalam foto-foto lama milik keluarganya secara terus-menerus. Baskara membelalakkan matanya saat menyadari bahwa pria di depannya adalah kakek buyutnya yang seharusnya sudah meninggal dunia ratusan tahun yang lalu secara berulang-ulang.

"Aku adalah orang yang membuka gerbang ini, dan aku membutuhkan darah murnimu untuk menutupnya kembali atau membiarkannya terbuka selamanya," bisik sang kakek buyut.

Tiba-tiba tanah di bawah kaki Baskara terbelah dan muncul ribuan akar pohon yang mulai melilit tubuhnya dan menariknya masuk ke dalam inti pulau daging tersebut secara terus-menerus. Baskara mencoba berteriak namun akar-akar itu mulai masuk ke dalam mulutnya dan mengisi paru-parunya dengan aroma tanah kuburan yang sangat menyengat secara berulang-ulang.

Di kejauhan, Arini melihat tubuh Baskara mulai menyatu dengan mahkota akar tersebut hingga wajah Baskara berubah menjadi salah satu wajah yang menghiasi pohon terkutuk itu.

 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!