Anisa seperti terkena tembakan pistol yang telak mengenai hati nya. Entah kenapa rasa nya sesak mendengar ungkapan Bara yang mencintai wanita lain hingga saat ini.
"Kamu tidak keberatan bukan? kita menikah tanpa cinta dan saya yakin belum ada cinta di hati mu, karena kita baru pertama bertemu. Saya harap ini bukan hanya untuk sekarang, tapi untuk ke depan nya jangan pernah membiarkan hati mu mencintai saya, karena sampai kapan pun saya tidak akan bisa membalas perasaan mu. kita bisa menjadi teman, tapi tidak lebih, meski ada ikatan suci di antara kita," lanjut Bara menatap anisa yang masih terdiam.
"Ya Allah, jika ini jalan takdir yang Engkau garis kan untuk ku lewati, bismilah aku akan jalani," batin Anisa berdoa menyerahkan semua pada sang kuasa.
"Iya Mas, aku tidak keberatan, kita bisa menjadi teman seperti yang Mas katakan, tapi jika suatu saat Mas ingin bersama dengan cinta pertama Mas, katakan saja padaku, aku akan mundur karena aku tidak ingin menjadi penghalang."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aulia rysa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27: Hadiah
H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
🌹✨💞✨🌹
Bara sudah siap. Dia mengenakan pakaian senada dengan Anisa.
"Nisa," panggil Bara.
"Iya, sabar Mas," sahut Anisa.
"Sedang apa? cari apa? ada yang hilang?" tanya Bara. Melihat istri nya sibuk sendiri. Bara penasaran.
"Ini lho Mas, buku desain aku gak ada. Mas lihat?"
"Buku desain?"
"Iya, Mas lihat?"
"Entahlah, aku gak ingat. Coba kamu lihat di tas kerja ku," jawab Bara.
"Tas kerja? emang ada?" bingung Anisa mendapat jawaban dari sang suami.
"Lihat saja sayang, mungkin aku salah masukin dokumen tadi," sahut Bara.
"Mas, aku serius. Buku itu penting untuk ku, di sana ada desain yang sudah susah payah aku gambar tau," ucap Anisa.
"Aku juga serius istri ku. Coba di cek saja, gak salah di cek untuk memastikan benar atau tidak."
"Iya, aku cek," Anisa beranjak pergi ke meja kerja Bara.
Anisa langsung mengecek. Namun di dalam tidak ada isi. Di dalam bersih. Anisa menoleh para Bara.
"Mas kok kosong? bukan nya kata kamu tadi udah siapin dokumen? lalu ini apa? tidak ada apapun di sini," kata Anisa.
"Astaga," Bara menepuk jidat nya.
"Kenapa Mas?" Anisa bingung dan penasaran melihat reaksi Bara seperti ini.
"Itu lho sayang aku lupa masukin. Tadi udah aku siap kan. Coba kamu buka laci," jawab Bara.
"Laci?" ucap Anisa.
"Iya, di buka saja."
Anisa bergegas membuka laci yang di perintahkan Bara.
Mata Anisa terbelalak melihat sebuah kotak mungil. Di samping kotak itu ada sebuah kertas dan di atas kertas ada sebuah foto diri nya.
"Mas ini," Anisa tak bisa berkata lagi. Dia terkejut.
"Untuk mu sayang, lihat lah," ujar Bara. Berjalan mendekati Anisa.
"Aku? tapi untuk apa? aku tidak ulang tahun sekarang?" sahut Anisa. Wajah nya seperti orang bodoh bingung dengan hadiah Bara.
Bara memeluk Anisa dari belakang, meletakan dagu di bahu kanan Anisa.
"Apa memberi hadiah hanya untuk di hari ulang tahun?" Bara menghirup harum nya tengkuk Anisa.
"Tidak, tapi in-"
"Kamu tidak suka?" ucap Bara cepat memotong perkataan Anisa.
"Suka," jawab Anisa. Meski belum mengambil dan melihat, dia yakin pasti isi dalam nya sangat cantik, karena selera suami nya tak perlu di ragukan lagi.
"Ambil dan lihat lah. Beri pendapat mu," Bara mempererat pelukan nya pada Anisa.
Betapa terkejut nya Anisa melihat isi dalam nya.
"Bagaimana, suka?" tanya Bara. Mencium leher Anisa.
"Mas ini untuk ku? apa ini tidak terlalu berlebihan? cincin ini sangat mahal. Aku tau cincin ini," jawab Anisa. Dia masih tidak percaya, bahkan menjadi ragu untuk menerima hadiah semahal ini.
"Tidak. Harga cincin itu tidak sebanding dengan perasaan cinta ku padamu, sayang," sahut Bara. Membalikkan tubuh Anisa menghadap nya.
Bara menatap lekat Anisa. Perasaan cinta nya kini sudah semakin besar.
"Nisa, Aku mencintai mu. Aku ingin memiliki mu seutuhnya," ucap Bara serius. Dia mengambil cincin di kotak yang di pegang Anisa. Bara berlutut.
"Aku ingin menjadi kan mu pertama dalam hidup ku mengisi ke kosongan hatiku."
"Maaf," satu kata keluar dari bibir Anisa.
Bara menoleh menatap tanya pada Anisa, wanita yang berdiri tegak di hadap nya.
"Kenapa? apa tidak ada cinta untuk ku di hati mu lagi?" tanya Bara penasaran.
"Aku tidak ingin jadi yang kedua dalam hidup Mas. Kata Ayah, istri adalah ratu dan pertama dalam hati suami. Tapi aku rasa itu tidak, jika Mas benar mencintai ku. Ubah nama perusahaan Mas, jangan terus berada di bayang masa lalu. Karena itu tidak hanya menyakiti Mas seorang, tapi aku juga," jawab Anisa. Menatap serius Bara.
"Jika tidak bisa, biarkan seperti ini. Tidak perlu mengungkapkan perasaan Mas lagi," lanjut Anisa.
"Tidak, aku akan mengubah nama perusahaan ku. Aku janji itu, aku benar mencintai mu Nisa. Sangat dan sangat hingga rasanya berjauhan dari mu, lebih baik aku tiada saja," sahut Bara berjanji. Yakin dengan ucapan nya.
"Mas serius?"
"Ya, kenapa tidak? aku mencintai mu. Rina telah tiada, dia pasti sudah bahagia di alam nya. Jadi untuk apa berada di bayang masa lalu karena itu hanya membuat ku tersiksa dan menderita sendiri," jawab Bara bijak.
Semalaman, Bara sudah memikirkan semua untuk mengungkapkan perasaan nya pada Anisa. Pikirnya mungkin dengan cara seperti ini hubungan rumah tangga nya akan membaik.
Anisa menitihkan air mata, anisa tidak menyangka Bara bisa berkata seperti itu. Besar cinta Bara membuat nya terharu.
"Hei, kenapa menangis? apa aku salah bicara? maafkan aku sayang. Aku tidak tau jika perkataan ku menyakiti mu," Bara cemas. Melihat Anisa menangis membuat nya takut.
"Tidak Mas, kamu tidak salah. Ini air mata bahagia, aku terharu, tidak menyangka kamu mau melakukan hal sebesar itu padaku," sahut Anisa.
Tak tanggung lagi, Bara bangkit, dan langsung menarik Anisa, mencium bibir ranum nya Itu.
Anisa sempat terkejut. Bara semakin memperdalam ciuman nya. Ciuman awal yang hanya sekedar ciuman, kini semakin menuntut lebih. Bara tidak bisa menahan lagi.
Bara menggendong Anisa membawa ke atas kasur. Membaringkan. Tatapan Bara tak lepas menatap bibir ranum seksi Anisa.
Lum**an nya begitu liar seakan tidak di jelajahi tidak akan tau. Anisa terbawa suasana hingga melupakan membuka toko. Sama hal dengan Bara.
Tapi Bara di sini adalah bos jadi terlambat tidak akan jadi masalah. Lagian di kantor tidak Ada meeting, atau pertemuan penting.
Pelan tapi pasti, Bara sudah membuka pakaian Anisa hingga menyisakan celana alas yang menaruh roti di area sensitif nya. Begitu pun dengan Bara, dia kini polos seperti bayi yang baru lahiran.
Jemari Bara membelai tubuh Anisa dari atas hingga bawah dengan lembut. Bahkan tangan nya menyentuh roti yang di pakai setiap bulan.
"Sayang, seperti nya hampir selesai. Apa lusa sudah bisa?" tanya Bara memastikan. Dia tidak sabar ingin menjadi kan Anisa seutuhnya.
"Aku tidak tau Mas. Nanti aku akan cek lagi kapan selesainya," sahut Anisa.
"Bisakah kamu tidak memanggil ku dengan sebutan Mas?"
"Kenapa? Mas tidak suka?" Anisa tanya balik.
"Aku suka, tapi aku akan lebih suka jika kamu memanggil ku dengan sebutan sayang biar kita sama," jawab Bara memberitahu.
"Iya, Sayang. Seperti Itu bukan?" tanya Anisa. Dia merasa sedikit geli tapi tetap juga berbicara satu kata Itu.
"Sayang, kamu harus lebih hati-hati pada Rini. Dan juga kurangi sindir menyindir dengan nya, karena Rini wanita yang muda tersinggung. Aku tidak selalu berada di sisi mu 24 jam, jadi lindungi diri mu sendiri," Pesan Bara memperingati Anisa.
"Iya, Mas jangan khawatir. Semua yang di rencana kan itu akan gatot, jika berhasil pun orang itu sendiri yang terima, bukan aku," sahut Anisa. Penuh keyakinan.
...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......
...✨____________ 🌼🌼_______________✨...