Ranjang Psikopat Dalam Penjara

"Dasar pria gila," gumam Rose.

"Kenapa dia bisa masuk ke dalam sini dan bertindak sesuka hati? apakah Devil memang sering berkeliaran bebas di dalam penjara?" batin Rose.

"3788, kamu sudah pulang?" tanya Dokter yang baru melangkah masuk ke kamar Rose

"Dokter, apakah Leo Downson selalu saja bebas berkeliaran di sini?"

"Apa kalian sudah bertemu?"

"Sudah! aku ingin kembali ke penjara saja, aku tidak mau di sini lagi," jawab Rose.

"Percuma saja kalau hanya demi mengelak darinya, karena di mana pun kamu berada, dia tetap akan datang menemuimu," jawab Dokter itu.

"Untuk apa dia menemuiku?" tanya Rose.

"Apa kamu tidak tahu? dia sangat perhatian padamu, sop walet dan obat cairan suntikan itu dia membelinya untukmu. dan selain itu setiap malam dia pasti datang melihatmu. dan memeriksa punggungmu. dia sangat marah karena luka mu tidak sembuh-sembuh."

"Memeriksa punggungku? dia adalah pria dan aku adalah wanita, dia mana boleh seenak saja," jawab Rose dengan kesal.

"Apapun yang dia mau lakukan tidak ada yang bisa melarangnya."

"Aku kembali ke penjara saja!" pinta Rose yang turun dari ranjang

"Sebentar! kamu tidak bisa pergi! kalau tidak, dia pasti akan membunuhku. seperti empat petugas itu semua sudah lumpuh di buatnya," kata Dokter yang merasa cemas .

"Lumpuh? untuk apa dia melakukan itu?" tanya Rose.

"Dia membalas dendam untukmu," jawab Dokter itu.

"Aku tidak mengenalnya sama sekali."

"Tapi dia tertarik padamu, dan selama dia di sini dia tidak pernah dekat dengan wanita manapun."

"Di sini adalah penjara bukan club malam yang bisa bebas bermain wanita," kata Rose.

"Seorang Leo Downson dia bebas mau apa saja, apa kau tahu bahkan ketua petugas saja takut dengannya. selama ini namanya sudah terkenal. dari awal masuk saja dia sudah bebas seperti raja."

"Kenapa dia bisa bebas di penjara dan juga bisa bertindak sesuka hati?"

"Semua ini karena uang, dia memiliki uang yang banyak. dengar info bisnisnya cukup luas. bisa di katakan dia adalah bagian dari mafia juga. jadi, apapun yang dia inginkan dia pasti memilikinya. dan satu lagi dia sudah menikah," jelas Dokter itu.

"Sudah menikah masih saja mengoda wanita lain, memang semua pria seperti dia pantas di hukum mati saja," ketus Rose.

"Dia membunuh orang dan menjalani hukuman lima tahun. dan masa hukuman tidak lama lagi akan berakhir, dan aku yakin di saat itu dia tidak akan menganggumu lagi. bersabarlah untuk sebulan lagi!"

"Sebulan lagi dan itu masih lama, bisa saja aku sudah dihancurkan oleh dia," kata Rose.

Penjara pria.

Di malam itu Leo sedang push up karena ingin menghilangkan ingatannya dengan kejadian tadi. bersentuhan dengan wanita itu membuatnya tidak bisa menahan diri sama sekali.

"85, 86, 87, 88, 89, 100, sia.lan. aku jadi gagal fokus," ketus Leo dengan sambil melakukan aktivitasnya.

"Ini benar-benar gila. untuk pertama kali aku bersentuhan dengan wanita. dan sekarang aku tidak tahu caranya untuk menghilangan hasrat ini. Leo Downson, kau adalah pria yang sangat memalukan. di mana-mana pria selalu saja menyenangkan diri, sedangkan dirimu malah tidak rela melepaskan keperjakaan mu. dan kini kau harus memikirkan cara untuk menidurkan adikmu yang sudah bangun dari tadi," batin Leo.

Tidak lama kemudian Emil mendatangi tempat kurungan bosnya itu.

"Tuan, apa Anda tidak apa-apa?" tanya Emil yang melihat atasannya sedang push up dengan begitu cepat.

"Aku ingin melatih diri!" jawab Leo dengan alasan.

"Melatih diri? Tuan, gerakan mu yang cepat ini akan sangat melelahkan," ujar Emil.

"Lebih lelah di saat hasrat sudah memuncak akan tetapi tidak bisa melepaskannya," batin Leo.

"Emil, ada yang ingin ku tanyakan padamu?" tanya Leo yang menghentikan aksinya.

"Ada apa, Tuan?" tanya Emil.

"Apakah kau pernah....pernah....itu?" tanya Leo dengan merasa segan.

"Itu apa, Tuan?" tanya Emil dengan penasaran.

"Bagaimana caranya kau melepaskan hasratmu selama ini?" tanya Leo dengan berterus terang.

"Hah...itu?" tanya Emil yang kebingungan.

"Apa yang sudah terjadi, Tuan? apakah Anda tertelan obat perangs*ang?" tanya Emil.

"Telan kepalamu, aku bersentuhan dengan Rose Florencia dan sampai sekarang aku masih belum bisa merendamkan hasratku," jawab Leo dengan kesal.

"Bagaimana kalau aku membawanya ke mari saja? ini hal yang wajar ketika kita bersentuhan dengan lawan jenis pasti bisa bereaksi seperti itu," jawab Emil.

"Kau sudah salah, ini adalah pertama bagiku, Jenice dulu pernah mencoba memelukku, bahkan berada di atas ku tapi aku tidak ada reaksi dengannya," jawab Leo.

"Mungkin karena Anda tidak menyukainya," kata Emil.

"Dan bagaimana dengan nona Mancy? bukankah dulu dia juga pernah memeluk Anda, dia begitu cantik dan lebih muda dari Jenice, apa di saat itu Anda tertarik padanya?" tanya Emil.

"Emil, apa kau gila ya? Mancy hanya seperti seorang adik di mataku, dan aku tidak tertarik apa lagi sampai gila seperti ini, dia memeluk ku hanya karena saat orang tuanya baru meninggalkan dan dia butuh sandaran. aku sudah berjanji pada keluarganya untuk menjaga dan melindunginya sebagai seorang kakak saja," jawab Leo.

"Tapi dia ingin menikah denganmu, Tuan," jawab Emil.

"Aku hanya akan melindungi dia sebagai seorang kakak, dan bukan sebagai seorang suami," jawab Leo dengan tegas.

"Nona Mancy pasti sedih mendengarnya," kata Emil.

"Lebih sedih aku lagi, karena dari tadi adikku tidak bisa tidur," jawab Leo dengan menunjukan ke arah senjatanya yang menegang dari tadi.

Emil yang mendengar ucapan atasannya itu hanya bisa menahan tawa. selama ini bosnya itu memang di kenal sangat kejam dan sadis. akan tetapi tidak paham dengan soal wanita. karena dirinya tidak pernah akrab dengan wanita manapun selain Mancy yang di anggap sebagai adiknya.

"Emil, lakukan satu hal untukku!" perintah Leo.

"Tuan, apa Anda butuh seorang wanita?"

"Bukan itu, yang ku ingin kau lakukan adalah selidiki semua kasus Rose Florencia! siapa saja yang bersangkutan di persidangan itu. aku yakin mereka semua sudah termakan suap," jawab Leo dengan tegas.

"Baik, Tuan," jawab Emil.

"Aku ingin selidiki hingga tuntas dan bebaskan Rose Florencia, dia tidak pantas tinggal di sini. dan siapa saja yang menjatuhkan dia maka aku akan memotong mereka menjadi 3788 bagian," ketus Leo.

"Kalau begitu aku pamit dulu," ucap Emil.

"Hm...," jawab Leo.

"Tuan, apakah Anda baik-baik saja?"

"Ada apa?"

"Apa perlu aku membelikan boneka s.e.k.s untukmu?" tanya Emil dengan menahan tawa.

"Emil, kalau kau bertanya lagi aku akan meledakan kuburan mu," ketus Leo dengan kesal.